Mengenal KH Ahmad Bushaeri: Tokoh Pendidikan Berpengaruh Di Karawang

KH Ahmad Bushaeri dikenal sebagai seorang ulama dan tokoh pendidikan yang sangat berpengaruh di Karawang pada abad ke-20. Ia mendirikan banyak sekolah dan pondok pesantren di Karawang untuk memajukan pendidikan dan mengembangkan potensi masyarakat setempat. Selain itu, ia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat peduli dengan kesejahteraan masyarakat dan memperjuangkan hak-hak mereka. Kontribusinya dalam bidang pendidikan dan sosial sangat dihargai dan diingat oleh masyarakat Karawang hingga saat ini.

Desember 19, 2023

1. MASA KECIL KH AHMAD BUSHAERI

Di sebuah kampung yang jauh dari keramaian, kampung tersebut bernama Rawamerta. Di sebuah kampung itu lahirlah seorang anak kecil yang bernama Surya beliau adalah anak kedua dari enam bersaudara hasil dari pernikahan H.Musa bin Salwa dengan Hj.Syafi’ah binti ramunah beliau di lahir kan pada tahun 1923 masehi. Sukamerta adalah sebuah perkampungan yang termasuk salah satu desa dari kecamatan Rawamerta kabupaten karawang. Penduduknya dari dahulu sangat bersahaja dan religius. Hal itu merupakan karakter sebuah masyarakat pedesaan yang di kelilingi oleh persawahan atau lebih terkenal dengan lumbung padi nya. 

Surya demikian nama kecil Kh Ahmad bushaeri lahir dan di besarkan dalam lingkungan keluarga agamis. Hidup di bawah bimbingan Mbah ma'il, surya tumbuh sesuai dengan harapan orang tua yakni orang baik, berbudi luhur, rendah hati dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Sebuah harapan mulai tampak ketika usia surya menginjak remaja. Pemuda begitu kelihatan lincah, rajin belajar dan rajin beribadah. Ketekunan dan keta’atan surya untuk membuat kedua orang tuanya Berinisiatif untuk memondokkan surya ketanah leluhurnya yaitu di banten guna belajar memperdalam baca’an Al-Qur'an, itu di tempuh kurang lebih selama satu tahun. 

2. MENUNTUT ILMU DI PESANTREN

Pemuda surya yang memiliki hilmmatul ulya (cita cita yang tinggi) di dalam hatinya bergelora Untuk terus belajar menggali ilmu agama. hal itu di tunjukan setelah beliau pulang dari banten mengaji al Qur'an dan di lanjutkan untuk menuntut ilmu. 

Di pondok pesantren sukamiskin bandung yang saat itu di asuh oleh ulama besar yaitu Kh. Raden Dimyati dalam kurun waktu menjelang tahun-tahun kemerdekaan republik indonesia tahun 1945. 

Pesantren sukamiskin bandung dalam sejarah merupakan salah satu pesantren yang jadi penggerakan para ulama, santri dan masyarakat sekitarnya untuk melawan kolonial belanda.

Karena itu pemuda surya dalam menuntut ilmu di pesantren tersebut agak terganggu sehingga beliau memutuskan untuk pulang kampung sementara. Setelah reda pergolakan republik indonesia dan bangsa indonesia mencapai puncak kemerdekaannya, pemuda surya melanjutkan menutut ilmu ke pondok pesantren sempur yang di asuh oleh ulama besar waliyullah bernama Kh. Tubagus Ahmad Bakri bin Kh.Tubagus Syaeda’. Yang kala itu pesantren sempur merupakan salah satu pesantren besar di jawa barat sehingga ada peribahasa di kalangan santri

  "kurang sempurna jadi santri di jawa barat kalau tidak mondok di sempur". 

 Surya yang mempunyai pribadi yang tekun dan rajin di dalam hati bergelora untuk terus menguras ilmu yang di miliki oleh mbah sempur sehingga dalam catatan dalam mondok nya pemuda surya yang paling lama mesantren di sempur. Dengan kearifan seorang guru yaitu mbah sempur yang mursyid telah mengetahui ketekunan dan kerajinan belajar muridnya yang bernama surya begitu tinggi dan beliau Kh. Tubagus Ahmad Bakri menaruh harapan kepada pemuda surya untuk bisa meneruskan perjuangan para alim ulama sebagai warosatul Ambiya kelak di kemudian hari. 

 Perhatian mbah sempur kepada surya yang begitu tinggi tidak membuat sikap dan hati pemuda surya lantas menjadi sombong justru sebaliknya ia menjadi rendah hati dan terus meminta petunjuk guru. Hal itu beliau buktikan ketika mau pindah ke pesantren lain selalu minta ridho dan petunjuk mbah sempur. Setelah mendapatkan restu dari mbah sempur pemuda surya melanjutkan mesantren nya di pondok pesantren Waru Doyong sukabumi walaupun hanya beberapa bulan saja. setelah itu kembali lagi ke sempur atas permintaan keluarga di rumah (Rawamerta) terutama kakeknya mbah mail pemuda surya melangsungkan nikah sirih dengan Hj.Qona'ah. Tetapi tidak lama kemudian beliau melanjutkan pengembaraanya untuk menuntut ilmu ke pondok pesantren Lirboyo kediri jawa timur yang saat itu di asuh oleh dua tokoh pejuang kemerdekaan yaitu Kh. Marjuki Dahlan dan Kh. Mahrus Ali. Pemuda surya terus menimba ilmu agama kepada ke dua tokoh tersebut di samping menggali ilmu-ilmu keorganisasian kepada Kh.Mahrus ali, karena Kh.Mahrus ali termasuk pejuang kemerdekaan Dan perintis kodam V Brawijaya dan pengurus besar Nahdlatul Ulama (NU). Nama kecil surya di ganti menjadi Kh Ahmad bushaeri setelah beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1957 masehi. 

3. BERJUANG MENDIRIKAN PESANTREN NIHAYATUL AMAL RAWAMERTA

Pendidikan tradisional klasik, Pesantren Nihayatul Amal lahir dari masyarakat untuk masyarakat, hal itu di buktikan dengan terlibat nya unsur lapisan masyarakat, tokoh agama dan pejabat pemerintahan seperti Kh Ahmad Syatibi sebagai titik agama, Bapak Camat jabrudin sebagai pejabat pemerintahan, Mbah uca selaku orang tua serta mbah ma'il sebagai tokoh masyarakat sekaligus sebagai kakek. 

Kh Ahmad bushaeri yang baru datang dari pesantren lirboyo langsung di bebani tugas dan di tunjuk untuk memimpin PNA bersama Kh Ali Marsyidi,Kh Taryan Sulaeman (kang iyong) dan Ustadz H. Mad Kamil. Beliau bahu membahu bersama para pengajar lainnya untuk membesarkan dan membimbing langsung para santri ponpes Nihayatul Amal Rawamerta pada saat itu dalam mengkaji kitab-kitab kuning (kutub sofro) yang merupakan literatur wajib pondok pondok pesantren salaf. 

Selanjutnya dalam mengembangkan pesantren Nihayatul Amal Rawamerta, Kh Ahmad bushaeri yang di dukung oleh kh Syatibi selaku tokoh agama di Sukamerta terus menjalin komunikasi dengan semua unsur termasuk pejabat pemerintah yang saat itu berada di bawah naungan pemerintah orde baru. kita semua tahu bagaimana politik orde baru yang coba memposisikan para ulama ulama pesantren untuk tidak berpolitik praktis. beliau Kh Ahmad bushaeri yang mempunyai prinsip politiknya Yaitu “Seperti ikan dalam lautan Artinya air laut boleh asin ikannya tetap tawar” disini terbersit begitu dalam mahir nya Kh Ahmad bushaeri berpolitik. Beliau menyadari bahwa perjuangan untuk menegakan amar ma'ruf nahi munkar dan meneruskan perjuangan pondok pesantren merupakan basis lembaga pendidikan agama islam agar terus maju dalam kondisi apapun. sebab beliau Kh Ahmad bushaeri di dalam hatinya ingin mencetak kader kader agama (santri) yang mampu menguasai ilmu agama dan ta’at beribadah kepada Allah SWT, serta bersikap tawadhu, sikap tawadhu ini yang menjadi ciri khas kepribadiannya nya. 

Kerendahan hati beliau Kh Ahmad bushaeri terbukti ketika di tanya teman mesantrennya "berapa santrinya?" Beliau menjawab “cukup untuk shalat berjama'ah” padahal kita semua tahu bahwa Pesantren Nihayatul amal dalam kurun 20 tahun telah mengembangkan pondoknya dengan membuka pondok pesantren lainnya, di antaranya yaitu; 

 • Pesantren Nihayatul amal putri (Al-banat ) dengan pimpinan ajeungan Anom/Muda yaitu Kh Abdurrahman yang berdiri pada tahun 1984 masehi. 

 • Pada tahun 1992 Masehi membuka Tk Tarbiyatul wildan nihayatul amal dengan pimpinan Kh.Mamduh Mastari sekaligus cabang dari sedayu gersik jawa timur yang di resmikan langsung oleh Kh Abdul muksit muhammad sidayu. 

 • Pada 1996 atas prakasa beliau sendiri dan desakan para alumni dan tokoh masyarakat PNA membuka lembaga pendidikan formal yaitu madrasah ibtidaiyah Nihayatul Amal. 

 • Pada tanggal 08 agustus 1999 beliau juga membuka Tarbiyatul athfal dengan pimpinan Kh.Umar Syahid. 

 • pada tahun 2002 berdiri nya SMP Nihayatul Amal 

 • pada tahun 2005 berdiri nya MAS Nihayatul Amal Rawamerta. 

 • pada tahun 2009 berdiri nya SMK Nihayatul Amal. 

Begitupun pada tahun 1980-an sampai tahun 2000-an ini berdiri cabang cabang Pesantren Nihayatul amal baik di dalam kabupaten karawang maupun di luar kabupaten karawang. pada tahun 2009 ini santri Pesantren Nihayatul amal di Rawamerta yang tercatat kurang lebih berjumlah Dua ribu orang itu semua merupakan bukti nyata bahwa beliau Kh Ahmad bushaeri seluruh hidupnya di curah untuk perjuangan dua pendidikan khususnya pendidikan pesantren. 

Yayan Hidayat Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta