Pentingnya Shalat Istikharah dalam Memilih Mursyid

Shalat Istikharah adalah cara yang diajarkan Rasulullah kepada sahabatnya untuk memutuskan suatu perkara. Tidak hanya perihal menentukan pasangan hidup, Shalat istikharah juga menjadi pembuka jawaban dari Allah Swt tentang perkara yang lain seperti urusan pekerjaan, pendidikan, bahkan dalam memilih calon mursyid.
Memilih mursyid ibarat memilih jodoh. Sebetulnya Allah sudah pasangkan, namun tetap perlu diperjuangkan. Bisa jadi seseorang melihat mursyid dengan pandangan kepada ulama pada umumnya, bahkan bisa jadi ada ‘kerentek’ di hati yang biasa terjadi ketika seseorang menemui kekasihnya. Jika demikian yang dirasakan, maka calon murid perlu melakukan hal berikut:
1. Taubatan Nasuha
Taubatan Nasuha adalah usaha seorang hamba menjadi diri yang baru. Seolah ia telah terlahir kembali dan bersiap memulai lembaran baru. Dalam konteks ini, murid berusaha menghilangkan dosa-dosa yang menyelimutinya agar terbuka hijab Allah dan dapat mudah menerima petunjuk
2. Tidak Hubbud-dunya
Salah satu perkara yang menyebabkan seseorang sulit menerima petunjuk dari Allah lainnya adalah karena ia memiliki sifat tamak dan mencintai dunia secara berlebihan. Oleh sebab itu, setelah dilakukan taubat, maka sebaiknya murid juga mulai mengawali taubatnya dengan hidup zuhud, yaitu tidak menggantungkan hatinya kepada dunia
3. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah adalah penutup dari ikhtiar yang dilakukan murid, karena semua perkara yang dilaksanakan setelah istkharah itu tidak akan menyangsikan kesaksian dan menimbulkan pertanyaan. Kebanyakan orang ketika menimbang suatu pillihan dengan hanya menggunakan akalnya, pada akhirnya ia merasa tidak puas dengan pilihannya. Namun jika ia menutupnya dengan Shalat Istikharah, berarti ia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dan menerima segala hasil yang ia dapatkan, termasuk memilih mursyid.
Jika ketiga hal itu sudah dilakukan, dan mulai timbul kemantapan hati berdasarkan petunjuk Allah, maka tidak ada lagi jauh atau dekat. Karena untuk menemukan mursyid hakiki, jarak bukan sebuah masalah. Bahkan jika ia yakin dengan pilihan Allah, kalaupun harus merangkak tetap harus ia laksanakan. Namun bukan berarti mencari mursyid yang lebih dekat tidak diperbolehkan. Tentu hal ini sah-sah saja dan tidak ada yang melarang. Justru dekat akan lebih baik. Karena orang berthariqah seperti menanam benih, perlu ada yang merawat.
Sebagaimana murid yang sulit mencari mursyid hakiki, pada dasarnya mursyid pun sulit mencari murid hakiki. Dalam kata lain, sulit bagi seorang mursyid menemukan murid yang dengan sepenuh hatinya menerima semua perintah mursyid.
Meskipun demikian, biasanya yang amat dijaga oleh para mursyid thariqah itu, mereka tidak mempromosikan thariqahnya dengan mengajak siapapun untuk bergabung. Karena prinsipnya mereka memegang dalil,
قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ
“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Qs. Al-Baqarah: 256)
Sehingga pada dasarnya para murid itu sudah mengetahui siapa yang bisa membimbing ruhani mereka. Apalagi calon murid yang sudah melakukan tiga hal yang sebelumnya telah diterangkan di atas.
Karena iman adalah tauhid, maka ia akan memancarkan ‘Nur’ (cahaya) yang juga merupakan Nur Tauhid berupa lafaz ‘Laa ilaaha illallah’ dan akan mewariskan Nur Tauhid. Sebab itu, iman yang sudah ditanam Allah di ruhani seseorang sehingga menjadikannya muslim itu akan semakin semerbak, semakin bercahaya dengan kalimat Laa ilaaha illallah yang ditalqin oleh mursyid dan didawamkan oleh murid. Itulah mengapa Rasulullah saw. bersabda,
“جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ “، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟ قَالَ: ” أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ “
“Perbaharuilah iman kalian,” Kemudian Rasulullah ditanya (oleh para sahabat), “Ya Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?” Beliau bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’.”