Ngaji TI LTN PBNU; Tele Learning dan e-Library

Jakarta, JATMAN.OR.ID: Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU menggelar kegiatan Madrasah Teknologi Informasi dengan tema Tantangan NU di Era Disrupsi Teknologi. Kali ini adalah sessi ke-5 dari 15 sessi yang dijadualkan dan juga disiarkan langsung melalui 164 channel.
Sessi ke-5 yang diselenggarakan pada Sabtu (26/12) ini mengangkat tema Tele Learning dan E-Library dengan menghadirkan para pakar teknologi pendidikan pada pembicara.
Hadir Dr. techn. Saiful Akbar, ST., MT (Dosen Teknik Informartika STEI – ITB), Dr. Hasan Chabibie, ST., M.Si (Plt. Kapusdatin Kemendikbud RI) dan dipandu Hari Usmayadi, M.Kom., M.M Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU.
Di era pendidikan 4.0 ini dimana ketersediaan sumber ilmu pengetahuan yang melimpah, meninggalkan pertanyaan bagaimana kualitas dan keabsahannya? Dr. techn. Saiful Akbar, ST., MT menjawab tantangan ini agar kita tetap memilih sumber dengan sanad keilmuan yang jelas.
Dr. techn. Saiful Akbar, ST., MT memaparkan bahwa metode dan paradigma pembelajaran saat ini terutama di masa berubah sangat cepat. Kita mengenal MLS dan MOOC. Life long learning, Outcome base education, Learned Centered Education, New literacy competency, dll.
Pesan yang ingin disampaikan Dr. techn. Saiful Akbar, ST., MT adalah bagaimana kita memiliki kebiasaan belajar online yang mandiri, sistematis, kreatif, eksploratif, ingin tahu, pantang menyerah, berani mencoba dan berani gagal, selain memiliki pengetahuan menggunakan teknologi informasi dan koneksi internet yang baik.
Mengutip Simonson (2015) bahwa kunci sukses online learning bukan pada teknologi apa yang digunakan, tetapi bagaimana pelaku menggunakan teknologi dan informasi apa yang dikomunikasikan menggunakan teknologi tersebut.
Dr. Hasan Chabibie, ST., M.Si berbicara tentang peran pemerintah dalam menjaga nyala api pendidikan jarak jauh atau tele learning.
Kondisi saat ini ada beberapa tantangan yang sedang dihadapi pemerintah. Pertama, ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah. Kedua, adanya keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran. Ketiga, keterbatasan sumber daya untuk pemanfaatan teknologi pendidikan seperti internet dan kuota, dan keempat, relasi guru, murid, orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.
Untuk jenjang PAUD, peserta didik diberikan kuota 20GB/bulan selama 4 bulan. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah diberikan kuota 35GB/bulan selama 4 bulan. Sedangkan bagi pendidik untuk jenjang PAUD, dasar dan menengah diberikan sebanyak 42GB/bulan selama 4 bulan. Untuk mahasiswa dan dosen diberikan sebanyak 50GB/bulan juga selama 4.
Selain bantuan kuota data, pemerintah juga menyediakan media pendukung pembelajaran. Paling tidak ada 11 media yang bisa dimanfaatkan masyarakat pendidikan saat ini yaitu Portal Bersama Hadapi Corona, Rumah Belajar Pusdatin Kemendikbud, Pembelajaran Digital, Laman Guru Berbagi, SIAJAR, Aplikasi Daring untuk Paket A, B, C, Membaca Digital, Suara Edukasi, Tatap Muka Daring Melalui Sapa DRB dan Program Belajar dari Rumah TVRI.
Mengutip Kihajar Dewantara, Gus Hasan menyampaikan harapan bahwa setiap orang bisa menjadi guru dan setiap rumah bisa menjadi sekolah.
Dengan ini kemudian mengantarkan Dr. Hasan Chabibie, ST., M.Si sebagai Top IT Manager on Digital Implementation 2020 dalam Top Digital Awards 2020 yang dikeluarkan oleh Majalah It Works setelah meraih apresiasi Menteri Nadiem Makarim atas prestasinya yang luar biasa baiknya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bagi peminat diskusi teknologi informasi yang belum sempat bergabung pada sessi ini juga dapat mengikutinya melalui Youtube 164 channel.
Menariknya, peserta yang mengikuti pelatihan ini disediakan banyak doorprize disamping e-sertifikat.[Af]