Khalwat dan Uzlah Sebagai Terapi Ruhani

Dalam ilmu tasawuf kita telah mengenal istilah khalwat dan uzlah yang merupakan dua kedudukan ruhani salik (maqamat) yang saling menyertai. Khalwat dan uzlah adalah salah satu praktik dalam tarekat Sufi. Adapun tarekat itu jalan seseorang untuk menuju Allah di bawah bimbingan mursyid dengan mengamalkan segala ketentuan syariat untuk sampai kepada hakikat, yaitu Hadrat Ilahiyyah.

September 15, 2023 - 12:50
 0
Khalwat dan Uzlah Sebagai Terapi Ruhani

Dalam ilmu tasawuf kita telah mengenal istilah khalwat dan uzlah yang merupakan dua kedudukan ruhani salik (maqamat) yang saling menyertai.

Khalwat dan uzlah adalah salah satu praktik dalam tarekat Sufi. Adapun tarekat itu jalan seseorang untuk menuju Allah di bawah bimbingan mursyid dengan mengamalkan segala ketentuan syariat untuk sampai kepada hakikat, yaitu Hadrat Ilahiyyah.

Syekh Ahmad Zarruq dalam Qawa’id al-Tashawwuf menyatakan bahwa, “Khalwat lebih spesifik dari uzlah, khalwat tidak dilakukan di dalan masjid, meskipun ada juga khalwat dilakukan dalam masjid.”

Khalwat dan uzlah tidak seperi yang dipahami oleh masyarakat awam yaitu dengan menyendiri di padang pasir, hutan belantara dan gua-gua ataupun meninggalkan dan memutuskan interaksi sosial dalam masyarakat. Adapun makna Khalwat dan uzlah sebagai mana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Raudhah ath-Thalibin,

“Khalwat itu dengan hati sehingga ia tenggelam sepenuhnya bersama Allah. Hatinya itikaf, terpesona, dan rindu kepada-Nya, seraya meyakini seakan-akan Dia hadir di hadapannya.”

“Seseorang mengatakan bahwa prinsip pertama ketika suluk hendaknya memperbanyak zikir (zikir yang di talqin oleh mursyid) dengan hati dan lidah, hingga zikir itu mengalir ke seluruh tubuh dan otot-otot. Lalu, zikir itu beralih ke hati. Saat itulah lidahnya diam dan hatinya tetap berzikir dengan mengucapkan الله الله الله dalam hati tanpa melihat zikirnya. Kemudian hatinya, diam dan tetap melihat apa yang ia cari. Ia tenggelam dalam itikaf kepada-Nya, terpesona dan menyaksikan-Nya. Lantas haibah (hilang) dari dirinya karena Musyahadah al-Haq (menyaksikan) ia fana dari kulliyat (keseluruhan) dirinya karena kulliyat-Nya, hingga seolah-olah ia di Hadhrat-Nya, sebagaimana Firman-Nya, ” kepunyaan siapakah kerajaan hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa Lagi Maha Mengalahkan, ” (QS. Ghafir: 16).”

“Ketika itu Allah ber-tajalli menuju hatinya hingga ia bergetar dan asyik (terpesona) karena mengalami kemabukan dan hudhur mengagungkan. Hatinya tak bisa lagi menampung, selain tujuannya yang paling Agung, seperti dikatakan, ” Orang-orang yang sampai kepada ahlu al-hudhur tak membutukan selain Syuhud-Nya. Allah berfirman, “Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan, ” (QS. Al-Buruj: 3).

Imam Al-Qusyairiy dalam Risalah Al-Qusyairiyah sendiri menjelaskan bahwa khalwat (menyendiri pengaruh duniawi) adalah sifat Ahlu Tasawuf. Sedangkan Uzlah (mengasingkan diri) adalah lambang orang yang wushul kepada-Nya. Khalwat sangat diperlukan bagi murid pada awal kondisi Ruhaniyahnya. Sedangkan Uzlah pada akhir kondisi Ruhaniya, karena telah mencapai keakraban Ruhaniyahnya.

Adab uzlah harus dilandaskan dengan ilmu tauhid Irfani untuk memantapkan tauhidnya agar setan tidak menggodanya. Ia juga harus diperkuat dengan ilmu syariat agar segala urusannya berada di atas dasar pondasi yang kokoh.

Sesungguhnya uzlah adalah menjauhi sifat-sifat keburukan, mengubah sifat buruk itu, bukannya menjauhkan diri lewat jarak tempat. Itulah sebabnya mengapa lahir pertanyaan, “Siapakah orang Arif Billah itu?” Mereka menjawab, “Orang-orang yang secara jelas bersama makhkuk, namun jauh dari mereka dengan segala sirri (rahasianya).”

Syekh Abu Yazid Al-Busthami mengatakan, “Aku melihat Tuhan dalam mimpi. Lalu aku bertanya, ‘Bagaimana aku harus menjumpai-Mu? Tuhan menjawab, ‘Tinggalkan keakuan dirimu dan kemarilah’.”

Hubungan interaksi dengan masyarakat sangat mempengaruhi kondisi batin bagi pemula para ahli tarekat atau para salik tingkat mubtadi (awal). Selama ia belum dapat benar-benar wushul dan makrifat kepada Allah. Maka selama  masa khalwat dan uzlah para salik tingkat mubtadi selalu senantiasa istiqamah ber zikir, riyadhah dan mujahadah. Hal ini wajib di bawah bimbingan mursyid. Di samping patuh dan menjaga adab terhadap mursyid, supaya cahaya-cahaya makrifat mursyid mengalir kepada salik.

Khalwat dan uzlah sebagai salah satu bentuk terapi ruhani, agar fisik, hati, nafsu dan ruhnya tetap bersama Allah dalam segala waktu. Kalau tidak sudah tentu hati dan nafsu salik akan terpengaruh dari perkara-perkara duniawi yang dapat menjadi tabir penghalang untuk wushul kepada Allah.

Syekh  Sayyidi Abdul Qadir Isa Al-Hallabi Asy-Syadzili mengatakan bahwa ada dua macam Khalwat, yaitu khalwat umum dan Khalwat khusus.

Khlawat umum adalah seorang mukmin yang menyepikan dirinya untuk berzikir kepada Allah Ta’ala dengan lafal apa saja, atau untuk membaca Al-Qur’an atau untuk melakukan muhasabah atau untuk bertafakur tentang penciptaan Langit dan bumi. Sedangkan khalwat khusus bertujuan untuk sampai ke maqam Ihsan dan makrifat. Khalwat tingkatan ini tidak dapat dilakukan tanpa bimbingan seorang Murysid yang Arif Billah. Dialah yang mendiktekan lafal zikir tertentu kepada muridnya. Lalu dia terus menjaga hubungan dengan muridnya untuk menghilangkan keraguan yang ada dalam hatinya. Mursyid juga perlu memotivasi agar sampai ketingkatan makrifat, melenyapkan segala hijab dan bisikan dalam jiwa dan membawanya dari alam Khalqiyah ke alam Uluhiyah.

Seorang murid tidak boleh beranggapan bahwa khalwat adalah akhir pendakian (Manazil). Khalwat tidak lain hanyalah langkah awal dalam perjalanan menuju Allah. Setelah melakukan Khalwat pertama, seorang murid dituntut untuk melakukan khalwat-khalwat berikutnya. Dia juga harus melakukan mujahadah yang panjang dan muzakarah secara terus-menerus bersama mursyidnya dengan penuh semangat, jujur dan istiqamah.

Selain itu, seorang murid terus melakukan zikir dengan Isim Ismu Dzat الله الله الله pada pagi dan petang hari, serta pada waktu luang yang dimilikinya, sehingga ia dapat berinteraksi secara terus menerus dengan Allah. Dengan demikian, dia telah menggabungkan dua tingkatan Ihsan, yakni muraqabah dan musyahadah sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya, “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak melihat-Nya, maka Allah melihatmu.” (HR. Bukhari).

Dengan demikian dapat dipahami, khalwat adalah memutuskan hubungan dengan manusia dan meninggalkan segala aktivitas duniawi untuk tertentu, agar hati dapat dikosongkan dari segala aktivitas hidup yang tidak ada habisnya dan akal dapat beristirahat dari kesibukan sehari-hari yang tidak ada ujungnya. Selain itu, khalwat adalah zikir kepada Allah dengan hati yang hadir dan khusyuk, serta tafakur tentang nikmat dan karunia-Nya di waktu siang dan malam hari. Yang demikian ini dilakukan oleh murid dibawah bimbingan seorang Murysid yang makrifat kepada Allah, yang dapat mengajarinya apabila dia tidak tahu, mengingatkannnya apabila dia lalai, memotivasinya apabila dia malas, dan membantunya untuk mengatasi segala gangguan  dan apa-apa yang terlintas dalam hatinya

Sumber:
Kitab Raudhat ath-Thalibin wa Umdatu Salikin, dalam Majmu Rasa’il Al-Ghazali, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qaherah
Kitab Risalah Al-Qusyairiyah fi ilm Al-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah Al-Qaherah
Kitab Haqa’id at-Tashawwuf, Dar At-Taqwa, Damaskus

Penulis: Budi Handoyo
Editor: Khoirum Millatin