Kenapa Harus Mengikuti Tarekat Mu’tabarah?

Jakarta, JATMAN Online – Sekretaris Awwal Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nahdliyyah (JATMAN) KH. Ali M. Abdillah menjelaskan pentingnya mengikuti tarekat mu’tabarah supaya terhindar dari penyimpangan.
Hal tersebut ia sampaikan Ketika mengisi pengajian Nuzulul al-Qur’an yang diminta langsung oleh Abuya Amran Wali al-Khalidi Mursyid Naqsabandiyah Khalidiyah. Sebagaimana dalam status akun facebooknya pada 28 April 2022.
Kiai Ali mengatakan bahwa ada alasan penting para ulama Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1957 mendirikan organisasi tarekat mu’tabarah yaitu sebagai wadah para pengamal tarekat yang memenuhi syarat mu’tabarah.
“Kemudian wadah ini berproses menjadi Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nahdliyyah (JATMAN) sebagai badan otonomi dibawah PBNU,” kata Ketua Mahasiswa Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nahdliyyah (MATAN) DKI Jakarta.
Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Dr. Ali M. Abdillah menjelaskan bahwa syarat utama dalam tarekat mu’tabarah yaitu:
1. Memiliki silsilah muttasil dari para guru yang tersambung hingga Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wasssalam supaya kaifiyat (tata cara) zikir, riyadhah mujahadah dan praktiknya tidak menyimpang dari ajaran Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wasssalam baik secara dhahir dan batin.
2. Mursyid yang membimbing memiliki kedalaman ilmu (tabahhur ilmi) baik ilmu syariat, hakikat, tarekat maupun marifat.
3. Mursyid akan mengajarkan tazkiyatun nufus (melakukan riyadahah mujahadah untuk menyucikan nafsu-nafsu tercela), tasfiyatul qulub (mengamalkan zikir nafi itsbat dan ismu dzat untuk menjernihkan hati dari segala sesuatu selain Allah) melalui pengajian dan praktek suluk yang istiqamah.
- Baca Juga: Mudik Batiniyah, Mudik Menuju Diri Sendiri
4. Mursyid akan mengajarkan bahwa tujuan salik itu wushul ilallah bukan mencari kesaktian, bukan mengejar mimpi-mimpi ghaib, bukan pula berambisi mengejar martabat kewalian. Selama masih ada lintasan-lintasan tersebut selama itu pula tidak bisa merasakan aroma ma’rifah.
5. Mursyid akan mengajarkan disiplin dalam melaksanakan ibadah yang fardhu dan sunnah sehingga praktek syariah, hakikat, tarekat dan marifah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
6. Mursyid akan mengajarkan supaya para salik menunjukkan akhlak karimah (akhlak terpuji) dan menjadi pribadi yang bermanfaat di tengah masyarakat.