Intuisi Sebagai Basis Epistemologi Islam

September 24, 2023 - 09:47
Intuisi Sebagai Basis Epistemologi Islam

Epistemologi merupakan cabang filsafat, yang membahas tentang jenis-jenis pengetahuan manusia dan menjadikan patokan ukur antara benar dan salah dalam pengetahuan. Kini epistemologi, memiliki corak yang berbeda antara Islam dan Barat. Epistemologi Islam yang mencakup bayani (teks), burhani (akal), dan Irfani (intuisi). Sedangkan epsitemologi yang digemboskan Barat menghasilkan sains Modern, hanya mengacu pada rasional (burhani) dan eksperimen (tajribi).

Mereka membuang jauh peranan intusi, yang dianggapnya hanya sebuah ilusi belaka bahkan menutup rapat peran Tuhan dalam keilmuan mereka. Islam, tentunya, mengenalkan epistemologi irfani (intuisi), melalui kaum sufi, semisal, al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, Suhrawardi, Ibn ‘Arabi, Mulla Sadra dan masih banyak lainnya. Karena, bagi mereka, intuisi amat penting sebagai metode atau pelantara (wasilah) dalam memperoleh ilmu, intusi sebagai saudara kandung dari wahyu. Wahyu diberikan khusus kepada para Nabi dan Rasul sedangkan intuisi diperuntukan bagi orang-orang yang hatinya bersih dan terhindar dari debu dosa.

Wahyu, merupakan kedudukan yang paling penting bagi manusia. Dengan wahyu, manusia dapat mengetahui baik dan buruk serta mengetahui kewajiban-kewajibannya, tata cara ibadah kepada Allah. Jika tidak ada wahyu, manusia akan kebingungan dan kalap dalam melakukan ibadah yang harus dikerjakan, ditambah tidak ada kewajiban juga tidak ada larangan bagi manusia. Dengan begitu, fungsi wahyu sangat penting guna mengetahui kebenaran yang diridoi oleh Allah. Kembali pada Intuisi, ia juga dapat dilalui dengan cara mimpi. Karena mimpi merupakan separuh wahyu dari kenabian. Dan unsur dari tersibaknya kegaiban.

Dalam tasawuf alam Mimpi disebut dengan alam mitsal yaitu alam yang memiliki rupa dan bentuk akan tetapi tidak bermateri. Sekali lagi, intusi masuk pada hati yang bersih dan suci tazkiyah al-Nufus. Karena hati yang bersih dapat memantulkan cahaya Tuhan. Dengan pantulan itu tersibaknya rahasia ilmu-ilmu. Pancaran itu disebut mukasyafah (tersibak) ilmu-ilmu Tuhan yang begitu luas, sehingga dengan akal pun akan sulit menggapai ilmu tersebut bahkan harus memakan ribuan tahun untuk belajar, dengan mukasyafah hanya beberapa detik saja sudah mendapatkan ilmu tersebut. Sehingga tak heran banyak kaum sufi yang menelorkan banyak karya bahkan puluhan jilid tebal dari mulai ilmu fikih, hadis, tafsir, sastra, tasawuf dan lainnya. Dengan mudahnya mereka menulis literatur keilmuan bagaikan kran mengucurkan air yang berlimpah. Wallahualam..

Penulis: Rifqi Miftahul Amili