Inilah Provinsi Lampung; Tuan Rumah Muktamar Ke-34 NU

September 20, 2023 - 00:06
Inilah Provinsi Lampung; Tuan Rumah Muktamar Ke-34 NU

Muktamar ke-34 NU telah resmi dibuka pada hari Selasa (22/12) oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo yang juga didampingi oleh Wakil Presiden RI, Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma’ruf Amin. Kegiatan ini berlangsung sejak 22-24 Desember 2021 yang tersebar di beberapa titik yaitu Pondok Pesantren Darussa’adah, UIN Raden Intan, Universitas Lampung, dan Universitas Malahayati yang diikuti oleh peserta dari PWNU, PCNU dan banom NU yang tersebar di seluruh Indonesia.

Namun, bagi peserta muktamar, kami sarankan anda untuk tidak terburu-buru kembali ke daerah asal pasca muktamar karena ada beberapa destinasi yang layak dikunjungi. Terlebih bagi anda pecinta ziarah, ada baiknya anda mengunjungi makam-makam ulama yang terletak di dekat lokasi-lokasi muktamar. Karena kurang afdhal rasanya jika menginjakkan suatu wilayah tanpa berziarah ke tokoh ulama yang ada di wilayah tersebut. Berikut rekomendasi dari kami.

1. Makam Wali Timbas Minak Sangjaya

Pondok Pesantren Darussa’adah adalah lokasi terjauh pelaksanaan muktamar ke-34 NU yaitu di Kabupaten Lampung Tengah. Sekitar satu jam setengah dari lokasi tersebut terdapat makam waliyullah, Timbas Buyut yang bernama lengkap Syekh Imam Ahmad atau Panglima Timbas, atau Senopati Sangjaya atau Minak Sangjaya Terbanggi Besar. Lokasi makam ini terletak di pinggiran sungai Way Seputih, Kampung Buyut Baru, Kecamatan Seputih Raman.

Menurut cerita masyarakat, Wali Timbas merupakan seorang pendakwah yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Terbanggi Besar. Untuk mempercepat proses islamisasi, ia menikah dengan salah satu putri asli Lampung Terbanggi. Mengenai asal-usulnya, belum ada informasi yang pasti namun ada beberapa pendapat yang selama ini berkembang di masyarakat. Pertama, ada yang mengatakan bahwa Wali Timbas adalah pendatang dari Banten. Kedua, Wali Timbas merupakan salah satu moyang keturunan Terbanggi Besar. Ketiga, Wali Timbas adalah salah satu moyang keturunan Sukadana Lampung Timur.

2. Makam Syeikh Malik Abdullah

Masih di Kabupaten Lampung Tengah, terdapat makam seorang waliyullah yang bernama Syeikh Malik Abdullah yang bernama asli Minak Ngediko Pulun Bin Minak Brajo Nato. Menurut cerita, ia datang dari Sulawesi bersama pamannya yang bernama Minak Sangaji Mentanah, kakaknya yang bernama Minak Pulang Sangdiwo dan adiknya yang bernama Minak Pati Agung. Makam tersebut terletak di Kampung Surabaya Ilir, Kecamatan Bandar Surabaya atau sekitar tiga jam dari Pondok Pesantren Darussa’adah. Menurut juru kunci makam, tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam petilasan itu karena konon ceritanya, jika orang tersebut tidak diijinkan untuk berkunjung, maka pintu kecil sebelum masuk kedalam itu tiba-tiba menyempit dengan sendirinya.

Syeikh Malik Abdullah hidup sekitar tiga abad yang lalu dan berguru kepada Syeikh Gentar Bumi. Namun sayangnya ia tidak memiliki murid karena ia mengatakan bahwa aku adalah murid dan guru yang sejati adalah Allah jadi cintailah se cinta-cintanya kepada Allah dan sesopan-sopanlah kepada Allah karna Allah adalah guru kita semua .

3. Makam Syeikh Tubagus Machdum

Setelah mengikuti rangkaian muktamar di Pondok Pesantren Darussa’adah, muktamirin bisa bergegas mengikuti rangkaian selanjutnya di Kota Bandar Lampung. Tidak jauh dari pusat kota, terdapat makam waliyullah Tubagus Machdum yang terletak di di Kuala, Kecamatan Teluk Betung Selatan atau sekitar setengah jam dari Kota Bandar Lampung.

Menurut cerita, ia berasal dari Kenari, pulau Jawa dan menginjakkan kakinya di Lampung pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 untuk menyebarkan Islam dan wafat karena terbunuh oleh penjahat di Bilangan Pesisir.

4. Makam Syeikh Tubagus Yahya

Sekitar tiga puluh menit dari Kota Bandar Lampung, tepatnya di Kampung Kramat Baru, Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat terdapat makam Syeikh Tubagus Yahya yang menjadi salah satu destinasi ziarah popular di Lampung.

Menurut cerita, ia merupakan salah satu waliyullah yang shalih dan taat beribadah ke pada Allah Swt. Salah satu bentuk dakwah Tubagus Yahya semasa hidupnya yaitu pengobatan dengan menggunakan air, atas izin Allah banyak orang yang sakit kemudian sembuh setelah meminum air yang telah didoakan oleh Tubagus Yahya. Bahkan karena kemampuannya pada saat itu, tentara Belanda menuduhnya mimiliki ilmu sihir.

Tubagus Yahya konon merupakan keturunan Sultan Hasanuddin, Banten yang datang ke Lampung sekitar tahun 1900. Setelah menyebarkan agama Islam selama 30 tahun, Tubagus Yahya akhirnya meninggal dunia pada tahun 1930.

5. Makam Raden Intan II

Pasca selesainya muktamar, jika muktamirin membawa kendaraan pribadi, tentu akan melewati Kabupaten Lampung Selatan. Maka jangan segan untuk menziarahi Makam waliyullah Raden Intan yang namanya disematkan pada universitas islam negeri dan Bandar udara di Lampung.

Makam Raden Intan terletak di Desa Gedung Harta dikenal dengan nama Benteng Cempaka, jarak tempuh 18 km dari Kota Kalianda. Raden Intan II Gelar Kusuma Ratu (1834-1856) merupakan keturunan Fatahillah dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung, dikenal sebagai pemimpin yang gigih menentang penjajahan Belanda. Gunung Rajabasa penuh dengan bekas peninggalan benteng dan kubu pertahanan perang yang menjadi saksi bisu dari kepahlawanan Raden Inten II.

Raden Intan II resmi dinobatkan sebagai Ratu Lampung, pemimpin rakyat untuk memerangi kolonialisme pada usia 16 tahun. Ia dilantik pada tahun 1850 dan langsung dihadapkan dengan serangan pihak Belanda beserta ratusan tentaranya di daerah Merambung, tempatnya menjalankan roda pemerintahan kerajaan. Dari beberapa kali serangan yang dilakukan Belanda, pasukan Radin Intan selalu dapat mengandaskannya. Namun, akhirnya Raden Intan II gugur di tangan Belanda karena kalah persenjataan dan kalah jumlah. Ia wafat pada 5 Oktober 1856 pada usia 22 tahun.

6. Makam Al-Habib Ali bin Alwi Al Idrus

Bagi yang ingin menjejaki napak tilas penyebaran Agama Islam di wilayah Lampung Selatan, wajib hukumnya berkunjung ke Masjid Jami’ Nurul Huda yang berada di Kecamatan Ketapang. Selain karena masjid tersebut merupakan masjid tertua di Kabupaten Lampung Selatan, di dalam masjid juga terdapat makam waliyullah Al-Habib Ali bin Alwi Al Idrus yang menyebarkan Islam untuk pertama kalinya di kawasan Lampung Selatan.

Makam tersebut terletak di dalam masjid, karena awalnya Habib Ali hanya mendirikan mushalah kecil. Setelah meningga, ia dimakamkan di dekat mushalah tersebut. Dalam perjalanan waktu, mushalah tersebut direhab dan diperluas untuk dijadikan masjid, sehingga makam Habib Ali pun selanjutnya berada di dalam masjid dan menjadi salah satu destinasi wisata religi di Lampung Selatan

Selain makam-makam wali di atas, sebetulnya masih banyak lagi makam waliyullah yang dipusarakan di Provinsi Lampung. Sayangnya, bangunan dan fasilitas di lokasi tersebut belum terlalu memadai dan masih perlu mendapat perhatian lebih dari Pemprov Lampung