In Memoriam Bu Nyai Linatul Ismah Lampung

Pringsewu, JATMAN.OR.ID: Jum’at, 18 Desember 2020 pukul 13.30 wib, istri Sekretaris JATMAN Idaroh Wustho Lampung, Ibu Nyai Linatul Ismah dipanggil oleh Allah SWT, berpulang kepada yang maha kuasa. Istri dari Abah Anom Syeh Muffasirien ini kerap terlibat membantu banyak kegiatan JATMAN Lampung.
Linatul Ismah seorang putri dari pasangan suami istri yakni Kyai Muhammad Khoirun dan Ibu Farhatun Mardiyah. Lahir pada tanggal 23 Juni 1987 di Padangratu Lampung Tengah Lampung.
Beliau adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. Linatul Ismah kecil hidup dalam keluarga yg penuh dg kesederhanaan dan bimbingan serta pendidikan keluarga dengan dasar agama yang kuat dan ketat.
Setelah beranjak dewasa Linatul Ismah melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Al Bayan Majenang, yang di asuh oleh KH. Najamudin. Linatul Ismah menempuh pendidikan di pondok pesantren al-Bayan Selama 4 Tahun yakni dari tahun 2004 Sampai dengan tahun 2004.
Setelah selesai menempuh pendidikan pesantren Linatul Ismah yang sudah berusia dewasa dipersunting oleh seorang kiyai yang bernama Abah Anom Syeh Muffasirien, seorang pendakwah muda dari desa Tanjung anom Kec Ambarawa Kab Pringsewu. Beliau menikah pada tanggal 11 Agustus 2006.
Buah dari pernikahan dengan kyai Abah Anom Syeh Muffasirien beliau dikaruniani 3 putra dan 1 putri. Yakni , Muhammad Baehaqi, Halwa, ahmad Abdul Halim, Muhammad Haffiyul Karim.
Selama bersama dengan kyai Abah Anom Syeh Muffasirien beliau ikut serta berjuang ikut mendirikan lembaga pendidikan dan majlis ta’lim diantaranya yaitu lembaga pendidikan manarud Sholihin yang membawahi Paud SPS an-Nabat, Menyelenggarakan Majlis Ta’lim dan Dzikir Rotibul Kubro serta pendirian pondok pesantren Nurul Muttaqien di desa Karangsari Kec Pagelaran Kab Pringsewu.
Ibu nyai Linatul Ismah adalah orang yang sangat sederhana, penyabar dalam mengasuh dan mendidik anak. Seorang istri yang setia menemani perjuangan suami, istri yang tidak pernah menuntut, ikhlas ikut berjuang untuk menjujung tinggi agama Allah SWT.
Kesederhanaan beliau terlihat dan tampak dari keseharian beliau yang tidak pernah nekoh-nekoh, macem macem dalam berhias, dan tidak berlebihan dalam berpakaian.
Kesetiaan beliau terhadap suami tampak dari ketabahan beliau dalam menemani berjuang. Seringkali beliau ditinggal suami berdakwah hingga berhari-hari bahkan minggu, akan tetapi tidak menyurutkan sedikitpun rasa ta’dzim beliau kepada suami untuk tetap memberikan cinta dan kasih beliau dengan tulus.
Kesabaran beliau tampak dari bagaimana beliau mengasuh putra putrinya. Beliau seringkali harus berpeluh keringat ketika ditinggal berdakwah mengasuh sendirian putra putrinya yang masih kecil belia. Apalagi ketika suami sedang mengemban tugas atas nama Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) yang dituntut harus bepergian keberbagai daerah di seluruh propinsi Lampung bahkan ke Jawa.
Setelah kurang lebih 14 tahun hidup bersama dengan Abah Anom Syeh Muffasirien, beliau berpindah tempat tinggal ke daerah karang Sari kec pagelaran kab Pringsewu menemani sang suami untuk mendirikan pondok pesantren. Setelah mulai beraktivitas di tempat tinggal baru tersebut ibu yai Linatul Ismah mulai merasakan sakit. Selama masa sakitpun masih tampak perangai tabah dan sabarnya beliau dalam menerima ujian berat tersebut. Sempat beberapa hari di rawat di rumah sakit, berbagai usaha dan ikhtiar telah dilakukan untuk kesembuhan sakit beliau. Tapi Allah SWT berkehendak lain.
Sebelum berpulang beliau berpesan kepada suami khususnya dan sanak saudara. Pesan beliau adalah:
# untuk selalu berbakti kepada orang tua dan mertua
# untuk selalu guyup rukun terhadap sesama saudara
# Harus selalu mengedepankan rasa husnudzon terhadap sesama
Ada pesan khusus beliau terhapap Abah Anom Syeh Muffasirien, sang suami.
” Abah.. Ibu titip anak anak dunateng Abah, asuh kaleh sabar lan tabah“
” Terus Istiqomah berjuang kagem Lii’lai kalimatillah“
Dari kami para saudara, sahabat dan keluarga. Teruntuk ibu yai…[PC MATAN Pringsewu]