Gandeng Profesor dari CNRS Prancis, Prodi PAI UNJ Gelar Kuliah Umum

Jakarta, JATMAN Online – Program Studi Pendidikan Ilmu Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar studium generale dari CNRS (Centre National De La Recherche Scientifique) asal Prancis Prof. Dr. Ahmed Karim Ifrak di Aula Maftuchah UNJ, Senin (10/07/2023).
Kuliah umum ini mengangkat tema Simposium Ilmiah Mengenai Sejarah Ilmu Keislaman, Model dari Al-Quran.
Koordinator Prodi PAI UNJ Dr. Izzatul Mardhiah menjelaskan bahwa stadium generale ini merupakan rangkaian acara visiting lecture untuk PAI. “Besok ada workshop, FGD, Seminar nasional kunjungan ke ulama dan pondok pesantren,” katanya.
Kerja sama ini, terutama lembaga internasional merupakan salah satu jalan meningkatkan reputasi universitas. Kegiatan ini sendiri juga berkaitan erat dengan upaya program studi PAI untuk meraih akreditasi tingkat internasional.
“Prodi PAI ada dua jurnal Sinta Tiga, kami sedang mencari reviewer dan editor Internasional,” pungkasnya.
Sementara itu, Prof. Karim menyampaikan bahwa perkembangan ilmu Al-Quran (Ulumul Qur’an) sudah bermula dari Nabi Muhammad.
“Ajaran islam kepada sahabat langsung secara lisan, lalu pada masa Khilafah Umar Bin Khatab, ulama mulai didistribusikan ke Kawasan kekuasaan,” ucapnya.
Menurut Profesor asal Prancis ini pada perkembangannya, mulai bermunculan sahabat Nabi yang menjadi pakar dalam periwayatan dari Nabi Muhammad.
Sedangkan perkembangan keilmuan sistematis baru mulai muncul pada dinasti Abbasiah yang khususkan bidang ilmu masing-masing. Perkembangan ini tidak lepas dari perhatian para sahabat rasul yang menaruh perhatian.
“Satu kekeliruan bahwa Sayidina Ustman yang pertama menulis, sebelum itu tulisan sudah dilakukan,” kata Prof. Karim.
Ia juga sampaikan bahwa seandainya sahabat sejak awal tidak tekankan pengajaran secara lisan dan tulisan, maka ada kemungkinan ajarannya tidak sampai saat ini.
Ulumul Qur’an sebagai ilmu sistematis pun juga muncul belakangan, lanjutnya, muncul pada abad ketiga. Namun seperti yang disebutkan sebelumnya, peran sahabat nabi sangat penting karena memiliki kepakaran yang berkontak langsung dengan sumber utama.
“Para ahli tafsir yang langsung dididik oleh Baginda Rasul. Di antaranya adalah Ibnu Abbas yang disebut pernah didoakan agar kelak jadi ahli tafsir. Keilmuan ini terus menerus bersambung ke generasi selanjutnya,” ungkapnya.