Derita, Jalan Menuju Hakikat Hidup Sejati

Seorang Guru Sufi mengatakan: “Jika engkau tidak mengalami kesulitan dan penderitaan, maka engkau tidak akan dapat memperoleh ilmu sejati”. Nasehat ini sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang menempuh jalan (salik) Keridhoan-Nya.
Didunia ini, segala sesuatu yang hebat tentu diperoleh dengan susah payah dan terkadang dengan pengorbanan. Seorang wanita dapat mendapat gelar ibu dan dipanggil “Ibu” sepanjang hidupnya, setelah dia melewati cobaan berat, yaitu mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anaknya. Pengorbanan yang begitu besar inilah yang membuat wanita mendapat panggilan mulia. Bahkan Nabi Muhammad saw. sendiri menasehati kita untuk mendahulukan panggilan Ibu dari pada yang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, perjuangan berat untuk mendapatkan sesuatu yang besar tentu bukan hanya dialami oleh manusia, namun juga makhluk lain. Seekor ulat yang gemuk ketika ingin menjadi kupu-kupu yang langsing nan cantik harus melewati proses yang berat. Dia harus menjadi kepompong terlebih dulu dengan berpuasa dalam waktu tertentu dan kemudian ia harus lulus melewati ujian akhir yang sangat berat, yaitu melewati cangkang kepompongnya. Andai kita bantu untuk membuka cangkang kepompong tersebut, maka dia akan gagal menjadi kupu-kupu. Karena syarat untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik harus melewati celah sempit, sehingga seluruh cairan di badannya keluar dan barulah dia bisa menjadi seekor kupu-kupu yang indah dan disenangi orang.
Seorang yang menyatakan diri menjadi murid dari seorang guru tentu harus melewati cobaan-cobaan sehingga dia bisa sampai kepada posisi (maqam) tertentu. Cobaan tersebut baik diberikan secara langsung oleh Gurunya maupun berasal dari alam. Kadang kala seorang murid dicoba dengan harta. Tuhan mengambil hartanya sehingga dia menjadi miskin. Bagi seorang yang benar-benar mencintai Tuhan, kemiskinan tidak menyurutkan kakinya untuk terus melangkah menggapai cinta-Nya.
Suatu hari, Guru Sufi yang mulia bertanya kepada murid-muridnya: “Sebenarnya apa yang dicari manusia sehingga dia mau melewati berbagai macam derita?” Semuanya diam dan tidak ada yang bisa menjawab. Kemudian Beliau melanjutkan: “Yang kita cari adalah Tilik Kasih Allah, itu yang paling berharga!. Karenanya kalau kalian disini berniat ingin kaya ataupun keramat serta tujuan yang lainya, maka kalian tidak akan bisa bertahan, karena untuk menuju ridlanya harus berniat karena Allah”.
Apabila kita membaca sejarah orang-orang berguru, pasti yang kita mendapatkan bahwa mereka melewati ujian dan cobaan seorang murid untuk meninggikan derajatnya. Guru tidak pernah menginginkan murid-muridnya susah. Setiap Guru pasti menginginkan muridnya bahagia, namun kebahagiaan itu harus diperoleh melalui proses atau tahapan yang dalam pandangan awam biasa menyebut dengan istilah “derita”. Padahal segala proses yang kita sebut derita tiada lain adalah wujud dari kasih sayang Allah kepada kita semua.
Nabi dan Para Sahabat Beliau mengalami tekanan secara fisik dan mental di awal perjuangan menegakkan Agama ini. Mereka mengalami berbagai macam derita dan kesemuanya menjadikan Nabi dan Para Sahabat kuat dan menjadi insan yang mulia disisi Allah Swt.
Satu hal yang arus di ingat bahwa Allah-lah yang memberikan cobaan dan derita namun Allah juga yang memberikan jalan keluar dari berbagai macam cobaan tersebut. Diperlukan ketabahan dan kesabaran serta semangat yang tinggi agar bisa melewati semuanya.
Guru sebenarnya telah memberikan senjata ampuh kepada murid-muridnya yang merupakan warisan dari Nabi dan Para Wali berupa Kalimah “Allah” yang Maha Dahsyat yang bisa mengatasi segala persoalan hidup. Tinggal bagaimana kita sebagai murid mau dengan tekun menggunakan senjata itu untuk menyelesaikan segala masalah hidup kita.
Salah satu bentuk godaan atau serangan setan kepada manusia adalah diciptakan rasa putus asa kepada kita. Dengan putus asa tersebut, kita akan berhenti melangkah bahkan mengambil jalan pintas yang membuat kita terlempar dari jalan Tuhan. Oleh karenanya, apabila kita mengalami persoalan hidup, yakinlah dalam hati bahwa tidak ada persoalan yang tidak dapat terselesaikan. Teruslah bermunajat kepada Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim hingga Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk kita.
Kampoeng Pitulikur, 21 Maret 2022.
Oleh: KH.Cholidin Chosim (Badal Mursyid Syadziliyyah)
Editor: Hamzah