Cara Sahabat Menjalankan Tarekat

Januari 17, 2024
Cara Sahabat Menjalankan Tarekat

Cukup jelas bahwa Rasulullah saw. sentiasa berzikir kepada Allah Swt. dalam keadaan apapun dan dalam situasi apapun sepanjang hidupnya, baik siang, malam, dalam keadaan tidur maupun sadar. Sayyidatina Aisyah berkata:

كان رسول الله يذكر الله في كل أحيانه

“Rasulullah saw. berzikir kepada Allah dalam setiap waktunya.”

Selain Rasulullah saw. sendiri, kebiasaan itu juga ditularkan kepada para sahabat. Di mana mereka senantiasa berzikir dengan bertahlil, bertasbih, bertahmid, menyebut nama-nama Allah dan sebagainya. Demikian pula dengan para istri baginda Rasulullah saw. yang tidak pernah ketinggalan untuk melakukannya. Allah Swt. Berfirman dalam Qs. Ali Imran ayat 190,

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَاب

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”

Lalu Siapakah golongan “ulul-albab” yang disebut dalam ayat di atas? Di zaman Rasulullah, ulul-albab adalah sebagian sahabat yang sentiasa berzikir dan tafakkur. Mereka telah diajarkan oleh baginda Nabia saw. bagaimana cara berzikir. Mereka yang senantiasa berzikir disebut ashabus-suffah, yaitu sahabat yang suka beruzlah dan beri’tikaf di serambi Masjid Nabi di Madinah.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah menyebutkan keadaan mereka dan apa yang mereka amalkan ketika berada di dalam masjid itu. Ia menyatakan :

Lalu Siapakah golongan “ulul-albab” yang disebut dalam ayat di atas? Di zaman hayat Rasulullah, ulul-albab adalah setengah sahabat yang sentiasa berdhikrullah dan tafakkur. Mereka telah diajar oleh baginda (s.’a.w.) bagaimana cara berdhikrullah. Antara mereka yang sentiasa berdhikrullah ialah ashab’s-suffah – sahabat yang beruzlah dan beri’tikaf di serambi Masjid Nabi di Madinah. Saidina ‘Ali pernah menyebutkan keadaan mereka dan apa yang mereka sentiasa amalkan ketika berada di dalam masjid itu. Beliau mengatakan yang artinya,

“Demi Allah, sesungguhnya aku dapat menyaksikan (dengan sebenar-benarnya) para sahabat Nabi Muhammad saw. Aku tidak melihat apapun (sifat manusia lainnya) yang serupa dengan mereka. Di pagi hari wajah mereka pucat, rambut mereka kusut dan berdebu. Mereka tampak (lelah) seperti (musafir) menunggangi unta. Mereka terjaga pada malam hari dengan sujud dan berdiri (senantiasa mendirikan shalat), membaca Al-Qur'an. Saat subuh mereka berzikir kepada Allah sambil menggerakkan badannya (kiri dan kanan) seperti pohon di musim angin kencang. Mata mereka dipenuhi dengan air mata, demi Allah sampai pakaian mereka basah.”

Golongan ashabus-suffah disebut oleh Allah sebagai orang-orang yang sentiasa berzikir dengan tujuan mendapat keridlaan-Nya. Ciri khas mereka adalah pakaian mereka tidak rapi, seperti pakaian orang miskin. Mereka terlihat berbeda dengan orang-orang kaya dan bangsawan. Sebab itu pada satu ketika golongan bangsawan Yahudi mengutus seorang wakil menemui Rasulullah saw. yang menyatakan bangsawan dan orang-orang kaya Yahudi akan memeluk Islam. Maka Rasulullah saw. diminta untuk menjauhkan diri dari ashabus-suffah itu. Kemudian Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. agar jangan mengikuti kehendak Yahudi itu dan tetap bersabar bersama para ashabus-suffah. Allah Swt. berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِي يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَنَهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فَرطَا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”

Dari ayat 28 surat al-Kahfi di atas, dapat kita simpulkan bahwa para sahabat adalah orang yang senantiasa berzikir. Mereka adalah sebaik-baik contoh yang layak untuk diikuti amal perbuatannya, baik secara zahir maupun batin.

Para sahabat adalah orang yang beramal untuk mengharapkan ridla Allah semata. Kedudukan mereka jelas, sangat mulia dan disanjung tinggi oleh Allah Swt., sekalipun pada zahirnya pakaian mereka dan tubuh mereka tidak terlihat sempurna. Sejarah kehidupan para sahabat ketika bersama-sama dengan Rasulullah saw. menunjukkan bahwa mereka senantiasa berzikir seperti yang Nabi saw. lakukan juga.

Suatu hari ketika seluruh semenanjung Tanah Arab dapat dikuasai oleh pihak Islam dan keadaan Negara sudah aman, para sahabat menggunakan sebagian waktu mereka untuk berbincang-bincang mengenai kehidupan ekonomi mereka atau hal-hal yang bersifat keduniawian. Perbuatan mereka itu rupanya telah menganggu zikir mereka. Kemudian Allah Swt. memberikan teguran dengan turunnya Qs. Al-Hadid ayat 16 berikut,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”