Awas, Tipu Daya Setan melalui Kasyaf!

Januari 6, 2024
Awas, Tipu Daya Setan melalui Kasyaf!
Sumber foto: Facebook VISIT besilam babussalam

Kasyaf, ilmu laduni dan ilham telah mengakibatkan banyak kesalahpahaman yang yang serius khususnya di kalangan pengamal tarekat. Banyak dari mereka tertipu dengan kasyaf itu sendiri. Mereka berzikir, bertawajuh, bersuluk, sedangkan yang mereka kejar ialah kasyaf yang bukan kasyaf ilmu tetapi Kasyaf Suwari (kasyaf yang memperlihatkan berbagai rupa dan warna pengalaman).

Ada banyak pengalaman yang terjadi di luar nalar yang pernah diceritakan oleh pengamal tarekat itu sendiri. Cerita kasyaf itulah yang menjadi salah satu puncak kebanggaan mereka. Ada yang merasa didatangi tokoh-tokoh sufi atau wali-wali Allah, ada pula yang mengaku didatangi oleh Syekh Abdul Qadir al-Jilani berulang-ulang kali. Bahkan bukan hanya sekedar menampakkan diri, tetapi juga menerima taklim dan tarbiyah.

Berbagai macam kasyaf yang diterima oleh ahli tarekat ketika berzikir juga bisa berbeda-beda. Kadang bisa tampak harta karun, uang yang banyak, pedang Imam Mahdi, surga, neraka, arasy, ikan-ikan di laut, kalimat Allah yang bercahaya, bahkan ada pula seseorang yang ketika berzikir melihat banyak orang yang telanjang dan berbagai macam kasyaf lain.

Tujuan Tarekat

Tujuan mengamalkan tarekat antara lain:

  1. Dari sudut ilmu ialah hakikat dan makrifatullah
  2. Dari sudut hati, membersihkan hati dari semua sifat tercela dan menghiasi diri dengan semua sifat terpuji
  3. Dari sudut sifat takwa menjadi sebaik-baik hamba Allah dan hanya menggantungkan hati kepada Allah
  4. Dari sudut amalan, sebaik-baik dan sebanyak-banyak amal.
  5. Dari sudut akhlak, sebaik-baik akhlak karena meniru akhlak Rasulullah saw.

Walaupun kasyaf sebenarnya bukan menjadi tujuan mereka, namun atas izin Allah, mereka pasti akan menempuh kasyaf, baik yang hak maupun yang batil. Sebab, mereka pasti menghadapi berbagai tipu daya setan ketika melayari lautan mujadah al-kasyf wal-ittila’ (mujahadah menuju kasyaf akan menyingkap berbagai hijab hati, ruang hati terang benderang dilimpahi nur hidayat, mata hati atau basirah nampak dengan jelas berbagai perkara yang hak dan yang batil).

Dalam mujahadah tersebut, aspek ruhani menjadi kuat dan jasmani menjadi lemah. Apabila aspek ruhani cukup kuat dan jasmani cukup lemah, maka orang tersebut menjadi insanun ruhiyyun (manusia ruh saja). Pada peringkat ini kasyaf akan terjadi. Demikianlah menurut pandangan Ibn Khaldun dalam kitabnya Syifa’us-Sail.

Adapun pandangan Syekh Muhammad Zakaria al-Kandahlawi dalam kitabnya al-Syari’ah wa al-Tariqah sama saja. Ahli tarekat harus menempuh jalan mujahadah untuk mencapai derajat ihsan. Setelah sampai di derajat ihsan, mereka pasti menempuh kasyaf. Maksud hadis Nabi saw.,

“Ihsan ialah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak (seolah-olah) melihat, maka Allah melihatmu”.

Kasyaf Ilmu

Kasyaf yang dimaksud dalam tarekat tasawuf ialah kasyaf ilmu, di mana Allah telah mengilhamkan pada akal. Dalam kata lain, kasyaf berkaitan dengan hakikat dan makrifah yang Allah limpahkan dalam hati yang hidup. Prosesnya diawali dengan Allah menghidupkan hati dan melimpahkan Nur Hidayah-Nya sebagaimana yang Allah tegaskan dalam al-Quran, Qs. Al-An’am ayat 122.

اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Sebagaimana contoh, kasyaf dari hakikat perbuatan Allah yang diperlihatkan dalam mata hati (basirah) golongan ulul-albab hingga mereka dapat melihat, mempelajari dan memahami ayat-ayat Allah yang tersirat dalam semua kejadian di langit dan di bumi seperti yang Allah ceritakan dalam al-Quran, Qs. Ali Imran ayat 190,

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”

Para ulama terkemuka yang berhasil menghasilkan banyak buku hingga hari masih kita pelajari dan tetap menjadi rujukan umat sepanjang zaman merupakan sebagian dari fenomena mukasyafah ilmiyyah tersebut.

Kasyaf Sifat Tercela Diri Sendiri

Selain mencari Kasyaf Ilmu, mengetahui sifat-sifat buruk diri sendiri juga sangat diperlukan. Maksudnya, tidak sebatas mengetahui keburukan sifat-sifat tercela pada diri sendiri dan akibat buruknya di sisi Allah, melainkan pandangan mata hati (basirah) dalam hati yang hidup dengan cahaya yang disertai pengalaman spiritual yang nyata.

Contohnya, seorang yang suka berkata buruk, ketika sedang berzikir, tiba-tiba ia seolah melihat api dari neraka dan mendengar jeritan serta raungan orang-orang yang disiksa di  dalamnya. Kemudian, timbullah rasa takut terhadap Allah dan siksa neraka. Kemudian ia merasakan mulutnya hilang. Lalu ia mencoba memegang mulutnya dan merasa tidak bermulut lagi. Hatinya yakin mulutnya hilang entah kemana. Ia pun terus menangis.

Contoh lain, ketika pada masa hidupnya Imam Malik, ada seorang perempuan yang sedang memandikan jenazah dan tangannya menempel pada tubuh jenazah itu dan tidak bisa dipisahkan walaupun dibantu oleh orang banyak. Akhirnya setelah perempuan itu didera 80 kali sesuai petunjuk Imam Malik, barulah tangannya dapat dilepaskan. Rupanya ketika memandikan jenazah, perempuan itu menuduh si jenazah berzina. Sehingga Allah kasyafkan sifat buruknya.

Kasyaf Suwari

Kasyaf Suwari adalah berbagai bentuk dan warna peristiwa yang dapat dilihat dengan mata hati (basirah) seseorang yang hatinya telah dihidupkan kembali dan dipenuhi cahaya oleh Allah sebagai rahmat. Misalnya seperti melihat sosok tertentu, seperti melihat Rasulullah, melihat malaikat dan sejenisnya. Demikian juga seperti pengalaman Khalifah Umar bin Khattab ketika sedang membaca khutbah, tiba-tiba ia ditampakkan dengan jelas pasukan tentara Islam yang dipimpin oleh Sariah sedang berada dalam keadaan bahaya. Tentara musuh di atas bukit sedangkan tentara Islam di bawah. Khalifah Umar segera memekik mengingatkan Sariah. Sariah dapat mendengar suara Khalifah Umar bin Khattab Tentara Islam bukan hanya selamat, tetapi juga berhasil mencapai kemenangan.

Kasyaf Suwari bukan kemampuan seseorang, tetapi karunia dari Allah. Bila Allah sudah menghendaki, maka terjadilah Kasyaf Suwari, seperti yang terjadi pada khalifah Umar bin Khattab. Sebaliknya, bila Allah tidak menghendaki maka tidak akan berlaku Kasyaf Suwari.

Hamba Khalifah Umar bin Khattab, Abu Lu'lu' sempat berpikir untuk membunuhnya, nyatanya saat Umar berjalan menuju masjid, Abu Lu'lu' bersembunyi di pinggir jalan tanpa diketahui oleh Umar bin Khattab. Akhirnya Abu Lu'lu' tiba-tiba muncul dan menikamnya hingga meninggal. Mengapa Umar tidak kasyaf? Karena Allah tidak menghendaki.

Kasyaf Setan

Selain kasyaf yang merupakan anugerah dari Allah, ada pula kasyaf yang merupakan tipu muslihat setan. Kasyaf Syaitan bisa menjadi kemampuan seseorang. Mereka adalah orang-orang yang sesat dan mengikuti petunjuk setan seperti dukun, orang pintar, orang yang berteman dengan setan dan orang yang selalu dibayangi setan untuk menipu semua orang tanpa ia disadari.

Salah satu indikator pengamal tarekat yang menjadi korban Kasyaf Setan, baik guru maupun murid, adalah sikap yang selalu membesar-besarkan kehebatan kasyaf. Konon didatangi tokoh-tokoh besar, seperti Nabi Muhammad saw., tokoh sufi, para wali Tuhan, Imam Mahdi, pahlawan nasional, bidadari dan lain sebagainya. Konon mereka telah mengunjungi Arsy, akhirat, surga, neraka, tujuh samudera, tujuh langit dan melihat berbagai makhluk yang menakjubkan. Konon mereka melihat anggota kubur yang disiksa atau sebaliknya, melihat bulan yang dijadikan dasar puasa Ramadan atau Idul Fitri dan sebagainya.

Ibnu Arabi berkata,

“Sesungguhnya setan itu senantiasa menunggu hati ahli kasyaf. Baik ahli kasyaf itu mampu memahami tentang tanda-tanda sesuatu yang haq dan yang batil, atau pun yang jahil. Setan tetap bersikeras untuk menipu dan menyesatkan. Karena setan mengetahui, ada kalanya Allah hendak merendahkan seseorang hamba-Nya dengan disesatkan. Jika setan tidak dapat berbuat apa-apa, keadaan orang tersebut diperiksa; jika ia mendapat makrifat dari perenungannya tentang penciptaan bumi, maka setan akan membayangkan bumi buatan sehingga ia bisa mendapat pencerahan palsu. Orang yang sampai pada derajat al-kamil terkadang mengambil sesuatu dari setan.”

Allah Swt. berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 27,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَاۗ اِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Editor: Khoirum Millatin

*Tulisan merupakan makalah dari Syekh Dr. Hj Jahid Bin Hj Sidek Al-Khalidi yang dipresentasikan dalam kegiatan Seminar Internasional Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, di Babussalam Langkat, Indonesia, 2023