Apakah Membaca Biografi orang-orang Shalih Termasuk Zikir?

Kisah Rasulullah yang masyhur di Indonesia tertuang dalam beberapa tulisan dan sering dibaca pada momen-momen tertentu, seperti riwayat yang ditulis oleh Al Imam Al Jalil Abdurrahman Ad Diba’i, Al Imam Abdul Karim Al Barzanji juga yang tertuang dalam bentuk qasidah seperti Shalawat Burdah karya Syekh Muhammad Al Bushiri dan lain-lain.
Tidak hanya kisah Rasulullah, masyarakat Indonesia juga kerap membaca riwayat-riwayat para Aulia’ Allah seperti Manaqib Syekh Abdul Qadir al Jilani, Manakib Syekh Imam Sadzili dan banyak waliyullah lainnya dalam beberapa kitab yang dikaji di pesantren atau majelis-majelis ilmu.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah membaca biografi para kekasih Allah itu termasuk zikir dan bernilai ibadah?
Perlu diketahui bahwa zikir tidak hanya terbatas pada kalimat-kalimat thayyibah seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah dan zikir-zikir setelah shalat lainnya. Karena pada dasarnya, tujuan zikir adalah mengingat Allah agar diingat oleh Allah.
Lalu jika kita membaca biografi dan dampaknya dapat mengokohkan hati, yang sebelumnya malas beribadah menjadi terpacu dan bersemangat untuk beribadah sebab membaca kisah mereka, maka menceritakan kehidupan orang shalih itu termasuk zikir.
Adapun yang dimaksud mengokohkan hati yaitu dalam kisah-kisah para waliyullah, disebutkan bagaimana cara mereka bisa sampai wushul kepada Allah. Karena masih banyak yang belum percaya, kisah-kisah sepeti ini tentu perlu dipublikasikan dan termasuk dalam min junudillah (tentara-tentara Allah).
Berdasarkan keterangan Dr. Kiai Akhmad Sodiq, MA
(Kepala Ma’had UIN Jakarta/Pimpinan Majelis Mihrabul Muhibbin)