Apakah Malam Nisfu Sya’ban Sama Seperti Malam Biasa?

Jakarta, JATMAN Online – KH. Ma’ruf Khozin mendapat kiriman video dari ceramah seorang ustadz yang menilai bahwa keutamaan malam Nisfu Sya’ban sama seperti di malam lain tentang turunnya rahmat Allah di tiap malam.
Kiai Ma’ruf mejelaskan hal tersebut dengan mengutip perkataan ulama terkemuka.
“Saya tentu tidak berani menjawab versi saya sendiri, melainkan berdasarkan jawaban ulama ahli hadis,” kata Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur dikutip dari laman facebooknya (17/03).
Lanjut, Kiai Ma’ruf, Ulama tersebut yaitu Al-Hafidz Al-Iraqi, guru dari banyak ahli hadis termasuk Amirul mukminin fil hadis Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, yang dikutip oleh Ahli hadis Syekh Abdurrauf Al-Munawi yang menjawab kelebihan malam Nisfu Sya’ban dibanding malam-malam biasa:
ﻗﺎﻝ اﻟﺰﻳﻦ اﻟﻌﺮاﻗﻲ ﻣﺰﻳﺔ ﻟﻴﻠﺔ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﻊ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﻨﺰﻝ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﻧﻪ ﺫﻛﺮ ﻣﻊ اﻟﻨﺰﻭﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺻﻒ ﺁﺧﺮ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ ﻓﻲ ﻧﺰﻭﻝ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ
Zainuddin Al-Iraqi berkata: “Keistimewaan malam Nisfu Sya’ban padahal rahmat Allah turun tiap malam adalah di samping ada kelebihan lain yang tidak disebut dalam nuzul tiap malam, yaitu
ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻟﻪ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻷﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻋﺪﺩ ﺷﻌﺮ ﻏﻨﻢ ﻛﻠﺐ ﻭﻟﻴﺲ ﺫا ﻓﻲ ﻧﺰﻭﻝ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ
1. Allah memberi ampunan lebih banyak dari pada bulu kambing kabilah Kalb. Ini tidak ada dalam nuzul tiap malam
ﻭﻷﻥ اﻟﻨﺰﻭﻝ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﺆﻗﺖ ﺑﺸﺮﻁ اﻟﻠﻴﻞ ﺃﻭ ﺛﻠﺜﻪ ﻭﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻐﺮﻭﺏ
2. Nuzul tiap malam ditentukan dengan syarat separuh malam atau sepertiga malam. Di malam Nishfu Sya’ban sejak terbenam matahari
ﻭﺧﺺ ﺷﻌﺮ ﻏﻨﻢ ﻛﻠﺐ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻲ اﻟﻌﺮﺏ ﺃﻛﺜﺮ ﻏﻨﻤﺎ ﻣﻨﻬﻢ
Pengkhususan bulu kambing kabilah Kalb karena di Arab tidak ada kambing yang lebih banyak dibanding kabilah Kalb (Faidh Al-Qadir, 2/136)
Diketahui malam Nishfu Sya’bân adalah malam yang diberkahi dan dimuliakan. Menghidupkan dan mengisi malam tersebut dengan berbagai macam ibadah seperti shalat, dzikir dan membaca al Qur`ân adalah sesuatu yang dinilai baik dan mengandung pahala yang agung. Rasulullah shalallahu ‘ alaihi wassalam bersabda:
إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها
Maknanya: “Jika tiba malam pertengahan Sya’bân, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang hari (setelah malam)nya.” (H.R. Ibnu Mâjah)