Tapak Tilas Mursyid TQN Syekh Muhammad Sa’ad Selakau

Makam Syekh Muhammad Sa’ad (w. 1922 M) terletak di Selakau, Sambas, Kalimantan Barat. Syekh Muhammad Sa’ad Selakau adalah murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Sambas di Makkah (w. 1875 M), ulama besar Nusantara di Tanah Suci yang juga inisiator Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN) dan beliau juga merupakan mursyid TQN.
Menurut catatan riwayat hidup yang diterima dari ahli keturunan, didapati informasi jika Syekh Muhammad Sa’ad lahir pada tahun 1807 M di Selakau, wilayah Kesultanan Sambas. Beliau pergi haji ke Makkah saat usia 13 tahun (1920 M) dan menetap di sana untuk belajar.
Banyak sekali guru yang ia dapati selama di Makkah, di antara guru beliau adalah Syekh Dawud Pattani (w. 1847), Syekh Abdul Ghani Bima (w. 1853), Syekh Ahmad Khatib Sambas (w. 1875) dan lain-lain.
Tampaknya, Kesultanan Sambas dan beberapa kesultanan lainnya di Kalimantan Barat memiliki kedekatan dengan para ulama Pattani.
Di Sambas, misalnya, ada Syekh Abdul Jalil Pattani yang menjadi ulama besar wilayah itu pada abad 19 M. Demikian halnya di Kesultanan Mempawah, ada Syekh Muhammad Ali b. Faqih Pattani, yang menjadi mufti Mempawah kedua, menggantikan Syarif Husain al-Qadri (w. 1771), mufti pertama Mempawah dan ayah dari Syarif Abdurrahman al-Qadri (w. 1808), pendiri Kesultanan Pontianak.
Syekh Ahmad Khatib Sambas berasal dari Sambas sesuai dengan nama yang melekat di belakangnya. Beliau adalah salah satu ulama besar Nusantara yang legendaris. Jaringan murid-murid TQN yang diinisiasinya menyebar di banyak wilayah Nusantara.
Di antaranya adalah Syekh Abdul Karim Banten di Makkah (yang menurunkan Syekh Asnawi Caringin Banten, Syekh Tubagus Falak Bogor, Syekh Ibrahim Brumbung Demak, Syekh Arsyad Thowil Banten-Minahasa), Syekh Thalhah Kalisapu Cirebon (yang menurunkan Abah Sepuh Suryalaya, lalu Abah Anom Suryalaya), Syekh Ahmad Hasbullah Madura (yang menurunkan Syekh Tamim Peterongan), Syekh Abdurrahman Bali (penghimpun materi ajaran Syekh Ahmad Khatib Sambas dan mengkodifikasikannya menjadi Fath al-‘Arifin) dan lain-lain.
Ternyata, murid-murid Syekh Ahmad Khatib Sambas berasal dari banyak daerah. Di antara mereka adalah Syekh Nuruddin Teukarang (Sambas) yang berasal dari Mindanau (Filipina), juga Syekh Muhammad Sa’ad Selakau yang kita bicarakan di muka.
Sepulang dari Makkah, selama kurang lebih 11 tahun lamanya Syekh Muhammad Sa’ad Selakau terlebih dahulu singgah dan mengajar di Kesultaanan Banjar (Kalimantan Selatan). Setelah itu, beliau kembali ke kampung halamannya yang terletak di tepi Sungai Selakau, Sambas.
Di kampung halamannya itu Syekh Muhammad Sa’ad kemudian mendirikan masjid Sirajul Islam dan madrasah. Dalam catatan yang terdapat di pintu masuk, dikatakan masjid tersebut selesai dibangun pada tahun 1340 H (1921 M).
Di Selakau pula Syekh Muhammad Sa’ad menyebarkan ajaran TQN yang beliau warisi dari Syekh Ahmad Khatib Sambas ketika di Makkah, sekaligus mentalqin dan membaiat murid-muridnya. Hingga saat ini, di kecamatan Selakau dan kecamatan Sambas lainnya, masih terdapat para pengamal TQN yang jalur transmisinya (sanad) berasal dari Syekh Muhammad Sa’ad ini. Wallahu A’lam.
Oleh: A. Ginanjar Syaban
Sambas, 14 Rabiul Awwal 1442 Hijri.
Catatan:
1. Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada al-Mukarram KH. Ma’ruf Khozin, Ketua Aswaja Center Jawa Timur yang telah bermurah hati membawa saya untuk pergi ke Kalimantan Barat dalam rangkaian program muhibbah maulid beliau.
2. Terima kasih juga kepada para sesepuh PWNU Kalimantan Barat yang juga para akademisi IAIN Pontianak, KH. Dr. Wajidi Sayadi, Dr. Erwin Mahrus, Dr. Faizal Amin yang dalam diskusi kemarin di kantor PWNU memberikan banyak limpahan informasi mengenai jaringan keilmuan ulama Kalbar.
3. Juga terima kasih kepada kawan-kawan PW Ansor Kalbar, Hisaniah (Himpunan Santri dan Alumni Kiyai Yahya Sabrawi Malang) Kalbar dan Himasal (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) Kalbar yang telah bebaik hati menemani saya dalam ziarah ini.
Sumber: Sanad Media