Senat UIN Pekalongan Kukuhkan Ketua LDTQN Jawa Tengah Jadi Guru Besar Bidang Ilmu Tasawuf

Pekalongan, JATMAN Online – Senat UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan resmi kukuhkan Ketua Lembaga Dakwah Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyah (LDTQN) Jawa Tengah, Prof. Dr. H. Imam Kanafi, M.Ag. sebagai Guru Besar Ilmu Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Rabu (27/7).
Pada prosesi pengukuhan Guru Besar ini turut dihadiri oleh berbagai tamu dan undangan. Di antara tamu dan undangan yang hadir adalah Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Rektor IAIN Bone, Rektor IAIN Kudus, Rektor UIN Salatiga, Rektor Universitas Muhammadiyah Pekajangan, perwakilan Kejaksaan Negeri Kota Pekalongan, Polres Kota Pekalongan, dan Kodim 0710/Pekalongan.
Adapun dari tokoh agama, prosesi pengukuhan Prof. Dr. Imam Kanafi, M.Ag., turut dihadiri ulama karismatik asal Kota Pekalongan Habib Baqir Al Athos.
Dosen sekaligus Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Pekalongan itu meraih jabatan akademik tertinggi yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 020913/B.II/3/2022 tertanggal 24 Mei 2022 tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen. Dengan angka kredit sebesar 927 kum.
Prof. Dr. Imam Kanafi, M.Ag terhitung mengajar di IAIN Pekalongan sejak 1999, dan saat ini tercatat sebagai dosen di Fakultas Ushuluddin, Adab & Dakwah.
Dalam pengukuhan itu, Prof. Imam menyampaikan orasi ilmiah berjudul ‘Membumikan Tarekat Nusantara; Aktualisasi Ajaran Tarekat untuk Pengembangan Karakter Moderat di Indonesia’.
Prof. Iman mengatakan sebagai guru besar memiliki peran strategis bagi seorang dosen agar lebih bisa berperan secara maksimal dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan bagi kemajuan umat dan bangsa.
“Bagi institusi guru besar berperan bagi peningkatan reputasi pribadi dosen, juga merupakan peningkatan institusi kampus yang sedang berproses menjadi UIN Abdurrahman Wahid,” jelasnya.
Ketua LDTQN Jawa Tengah menyampaikan, perlunya membangun suatu pemahaman yang benar tentang eksistensi ilmu tasawuf dan tarekat serta perannya dalam membangun dan menguatkan pilar-pilar kebangsaan.
“Tarekat pada hakekatnya adalah suatu metode atau cara yang sistematis untuk memahami dan mengolah aspek ruhani manusia, yang berpusat pada al Qalbu, agar bersih dari sifat tercela dan kotoran batin lainya, dapat menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia dan dapat mengantarkan semua amalan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” katanya.
Di akhir orasinya, Prof Imam menyampaikan tokoh-tokoh seperti K.H. Abdurrahman Wahid dan tokoh-tokoh tarekat yang lainnya telah memberikan sumbangan yang signifikan bagi pembentukan karakter moderat di Indonesia.
“Dengan strategi 5 M; mengamalkan, melestarikan, memberdayakan, mendakwahkan dan mengkolaborasikan, maka Tarekat Kebangsaan berkonstribusi bagi pengembangan karakter bangsa yang beriman, humanis, kompetitif, bersatu, berakhlak mulia, toleran, gotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi pada iptek,” ungkapnya.