Selamat Jalan Mbah Dim, Sosok Ulama Zuhud Masa Kini

Hidup adalah pilihan, memilih kesederhanaan (zuhud) merupakan ajaran dari al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad saw. yang diamalkan oleh para sahabat nabi hingga ulama sebagai pewaris para nabi.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib diajari oleh Rasulullah tentang makna zuhud. Ia menjelaskan kembali kepada para tabi’in akan keseluruhan arti zuhud yang berada pada dua kalimat al-Qur’an sebagaimana firman Allah Swt
لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَاكُمۡۗ
“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (Qs.Al-Hadid: 23)
Adapun hadis Nabi Muhammad terkait makna Zuhud yaitu
فقد روى سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه قال: جاء رجل إلى رسول الله صلّى الله عليه وسلّم فقال: يا رسول الله دلّني على عمل إذا عملته أحبني الله وأحبني الناس قال له: ازهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما في أيدي الناس يحبوك
“Sahal bin Sa’d as-Sa’idi ra. berkata: Ada lelaki yang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Ya Rasulullah, tunjukkan padaku sebuah amal apabila aku mengamalkan maka Allah akan mencintaiku dan manusia juga akan menyukaiku, lantas Nabi saw. bersabda. ‘zuhudlah di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya mereka akan menyukaimu.”
Perintah Rasulullah saw. untuk berlaku zuhud agar dicintai Allah dan juga masyarakat ini, sangatlah jelas bahwa orang yang dalam hatinya tidak begitu mempedulikan duniawi maka hatinya lebih difokuskan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, lebih mudah dalam melakukan ketaatan yang berkaitan dengan harta seperti infak, sedekah, atau jihad dengan harta. Dan orang yang tidak peduli atau berapa harta yang diinfakkan tanpa merasa takut hartanya akan berkurang sudah tentu akan dicintai-Nya. Barangsiapa yang tidak menyesali apa yang telah berlalu dan tidak terlampau senang dengan apa yang ia dapatkan maka itulah orang yang zuhud.
Zuhud bukanlah tidak memiliki kekayaan. Bila orang miskin hidup sederhana, ia tidak zuhud. Ia melakukan apa yang dengan sendirinya harus ia lakukan. Tak ada usaha, tak ada pilihan. Tapi kesederhaan dalam limpahan harta memerlukan kekuatan batin. Inilah gaya hidup yang harus ia pilih dengan penuh kesabaran. Ia mempunyai kekayaan, tapi ia hanya mengambil dari kekayaan itu yang mencukupi keperluannya saja. Kelebihannya ia bagikan untuk membahagiakan manusia lain. Ketika mendefinisikan zuhud (زهد) , Imam Ahmad mengutip hadist Nabi saw.,
وخير الرزق ما يكفي خير الذكر الخفي،
“Sebaik-baik rizki ialah yang cukup dan sebaik-baik zikir adalah yang tersembunyi.”
Alhasil, orang zahid (زاهد) bukanlah orang yang tidak memiliki dunia, tetapi orang yang tidak dimiliki dunia. Zahid bukanlah orang yang tidak menguasai dunia, tetapi orang yang tidak dikuasai dunia.
Orang Zahid (زاهد) ialah orang yang bekerja keras untuk mencari dunia, tetapi ia tidak menyimpan hatinya dalam dunianya. Ia tidak ingin kebahagiaan hidupnya ditentukan oleh ada atau tidaknya dunia. Terlalu rendah meletakkan tujuan hidup pada pengumpulan kekayaan, kedudukan, popularitas atau kebanggaan.
Pada riwayat yang lain, Sayyidina Ali bin Abi Thalib menunjuk orang zahid dengan mengatakan, “Mereka penghuni dunia tapi tidak termasuk pada penghuni dunia.”
Kesaksian dan kesan Kiai Muda Khadimul Ma’had Al-Muhajirun Assalafi Alkholili terhadap Mbah Dim saat mengaji pasaran di Bulan Ramadlan bahwa penampilan Mbah Dim yang super sederhana, seorang Kiai Besar, Alim-Allamah, tapi pakaiannya hanya baju taqwa lusuh dan peci hitam lawas.
“Di sana (Pondok Al-Fadhlu wal Fadhilah Kaliwungu) Saya mengaji ke kiai, yang penampilannya nggak kayak kiai sama sekali. Kayak orang biasa “ Tuturnya
Tambahnya, “Hingga suatu hari saya tercengang ketika mobil BMW yang tiap hari terparkir di depan ndalem tersebut digunakan hanya untuk mengangkut gabah. Dan mobil Ford Ranger hanya digunakan untuk mengangkut ikan bandeng. Saya tersentak oleh sesuatu yang dulu saya unen-uneni.” Terang alumni Darul Musthofa Tarim Yaman.
“Saya yakin, selain sosok yang super tawadhu, zuhud dan sederhana, Mbah Dim adalah seorang yang benar-benar ikhlas dalam memperjuangkan agama. Saya pernah mendengar bahwa semua bangunan Pondok Al-Fahdlu yang beliau asuh itu murni dari uang pribadi beliau, bukan uang sumbangan donatur atau bantuan pemerintah.” Pungkas Ismail Amin Alkholili
Selamat jalan Mustasyar PBNU Mbah KH Dimyati Rois. Kepergian engkau menjadikan ribuan jamaah menangis kehilangan sosok ulama warasatul ambia. Pada Hari Jum’at, 10 Juni 2022 di raja hari ini menjadi saksi bahwa engkau sebagai hamba yang mendapatkan ridla dan janji Allah Swt. yang akan dimasukan ke surga-Nya kelak. Amin.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan
Editor: Wartoi