Pentingnya Orang Alim Mengamalkan Ilmunya

September 20, 2023
Pentingnya Orang Alim Mengamalkan Ilmunya

Seseorang dapat dikatakan alim apabila ia mempelajari dan menguasai suatu ilmu kemudian mengamalkan ilmunya. Karena dengan demikian banyak orang yang memperoleh pengetahuan karenanya. Oleh karena itu, seseorang yang alim memiliki tanggung jawab atas ketidaktahuan orang-orang di sekitarnya atas suatu hukum.

Diriwayatkan dari Abu Darda’ Apabila seseorang melakukan kesalahan, namun ia tidak mengetahui ilmunya, maka ia akan celaka satu kali. Berbeda halnya jika orang tersebut memahami ilmunya tapi tidak mengamalkan, maka baginya celaka tujuh kali.

Menurut Sufyan ats-Tsauri, untuk menjadi orang alim, perlu menjalani beberapa tahap agar ilmu tersebut melekat dan tidak akan pernah hilang dari dirinya.

1. Diam (الصمت)
Dalam menerima ilmu, seseorang harus ‘mengosongkan gelas’ terlebih dahulu, menerima data-data baru dan tidak menyela, agar setiap penjelasan dapat diterima dengan sempurna

2. Memperhatikan (الإستماع)
Selama proses penyerapan ilmu berlangsung, ada baiknya seseorang memperhatikan si pemberi ilmu, mendengarkan dengan seksama, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses mencerna

3. Menghafal (الحفظ)
Supaya ilmu yang didapat tidak hilang begitu saja, maka perlu ditanamkan di otak dengan cara dihafalkan. Proses ini tentu saja memerlukan pengulangan (مراجعة), agar senantiasa tertanam dalam otak dan hati

4. Mengamalkan (العمل به)
Jika seseorang telah menjadi alim, seberapa banyak pun ilmu yang diperoleh, jika tidak diamalkan maka akan sia-sia. Di sinilah sebenarnya urgensi menuntut ilmu, karena apa yang diamalkan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya merepresentasikan ilmu yang dimiliki

5. Menyebarkan (النشر)
Setelah konsisten dengan amal yang dikerjakan oleh alim. Maka ada baiknya, orang alim itu mengajarkan kembali kepada siapapun yang berada di sekitarnya. Selain menjadi pahala jariyah, ilmu tersebut juga tidak berhenti di satu orang saja, sehingga orang lain berpotensi untuk menjadi lebih baik atas wasilah orang alim tersebut.

Namun sayangnya, tidak semua orang alim memahami lima hal di atas, sehingga tidak semua berkeinginan mengamalkan ilmunya. Ini sepadan dengan ucapan Nabi Isa as. yang mengatakan,

“Banyak sekali pohon, tapi tidak semuanya berbuah. Begitu pula dengan banyaknya ulama, tidak semuanya memberikan petunjuk. Betapa banyak buah tapi tidak semuanya enak, begitu pula dengan banyak ilmu, tapi tidak semuanya dapat bermanfaat.”

Dari sini, Nabi Muhammad saw. memperingatkan kita untuk meninggalkan orang alim yang demikian, yaitu orang alim yang tidak memberikan manfaat di sekitarnya dan tidak mampu membimbing orang lain untuk menjadi lebih baik. Nabi Muhammad saw. bersabda,

“Janganlah kalian duduk di sisi orang alim sehingga mereka mengajak kalian untuk meninggalkan lima perkara untuk menuju pada lima perkara, yaitu dari keraguan menuju keyakinan, dari kesombongan menuju ketawadhuan, dari permusuhan menuju nasihat, dari riya’ menuju ikhas dan dari mencintai dunia menuju zuhud.”

Karena orang yang alim sangat menentukan bagaimana perilaku umat nantinya. Jika yang alim hanya mementingkan diri sendiri, lalu bagaimana nasib umat ke depan? Maka, di hari kiamat nanti, setiap orang yang dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya, akan mengelak karena merasa tidak diberitahu dan diajarkan oleh seseorang yang alim. Tentu saja, ini merupakan tugas yang harus dikerjakan.

Namun yang perlu diingat adalah ketika seseorang ingin menjadi alim, jangan sampai ada unsur lain yang menjadi tujuan utamanya selain mengharapkan ridha Allah swt. sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. bahwa ada golongan orang-orang yang ingin menjadi alim namun karena niatnya ia akan masuk neraka, yaitu:

1. Orang yang ingin memperoleh ilmu untuk menjadikannya ajang saingan
2. Orang yang ingin memperoleh ilmu untuk menyombongkan diri kepada orang-orang yang tidak tahu dan mencari simpati mereka
3. Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari pemerintah
4. Orang yang mencari ilmu dengan tujuan untuk memperoleh kehormatan, kemuliaan dan pangkat

Oleh sebab itu, pentingnya orang alim mengamalkan ilmunya, karena orang-orang yang tidak memiliki ilmu akan mengambil contoh dari perilaku sehari-hari si alim. Jika antara ilmu dengan kebiasannya bertolak belakang, maka orang lain justru akan meremehkan dan memandang buruk, sehingga tidak ada secuilpun ilmu yang bisa bermanfaat darinya. Na’udzu billah min zalik

Sumber: Kitab Tanbihul Ghafilin, Syekh Nashr ibn Muhammad ibn Ibrahim as-Samarqandi