Membuktikan Kebenaran Isra Mi’raj Kepada Pendeta

September 20, 2023
Membuktikan Kebenaran Isra Mi’raj Kepada Pendeta

Tersebutlah seorang pendeta yang mempunyai pengetahuan luas, tidak hanya mengetahui tradisi Yahudi dan Kristen, akan tetapi juga mengenai Islam. Ia pun mengetahui isi kitab suci Al Qur’an dan sangat menghargai Nabi Muhammad saw. Ia sebenarnya ingin masuk Islam, namun ia masih ragu tentang satu hal, yaitu tentang Mi’raj Nabi Muhammad terjadi berikut raganya.

Isra’ dan Mi’raj itu terjadi saat Nabi Muhammad saw. diperjalankan dari Makkah ke Yerussalem dengan jasad dan ruh, setelah itu naik ke tujuh lapis langit serta menyaksikan banyak hal. Nabi Muhammad saw melihat surga dan neraka serta mengalami banyak peristiwa yang lain. Sang pendeta tidak menerima peristiwa Mi’raj itu dan segala dan yang disampaikan Nabi Muhammad saw. dikarenakan akalnya tidak dapat menerima peristiwa musykil dan irrasional itu.

Pada suatu saat ia menghadap Khalifah dan meminta kepada Khalifah tersebut untuk mengundang orang bijak dan para Syekh untuk meyakinkannya. Namun tak satu pun yang mampu. Setelah itu suatu sore sang Khalifah memohon kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani untuk meyakinkan si pendeta mengenai kebenaran peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad saw.

Saat Syekh Abdul Qadir datang ke istana, pendeta dan Khalifah sedang bermain catur. Saat pendeta sedang mengangkat satu bidak catur, tiba-tiba matanya beradu pandang dengan Syekh Abdul Qadir. Si pendeta lalu memejamkan matanya. Saat membuka mata, tiba-tiba ia sudah berada di suatu sungai dan dihanyutkan oleh aliran sungai yang sangat deras, ia lalu berteriak dan minta tolong. Seorang pengembala muda melompat ke sungai dan menyelamatkannya. Saat pemuda itu menyelamatkannya, ia sadar bahwa ia tak berpakaian dan dirinya telah berubah menjadi seorang gadis. Si pengembala menghormati, menjaga dan melindunginya. Namun dikarenakan tak ada tempat yang ditujunya, si pengembala menikahinya, dan bahkan dari pernikahan itu mereka mempunyai tiga orang anak.

Suatu hari si isteri (pendeta tersebut) mencuci pakaian di sungai yang menghanyutkannya beberapa tahun silam, ia tergelincir dan jatuh di air. Saat sadar dan membuka mata, ia dapati dirinya masih duduk di hadapan Khalifah, memegang bidak catur dan masih bertatap pandang dengan Syekh Abdul Qadir, lalu Syekh Abdul Qodir berujar kepadanya,

”Hai pendeta yang malang, apakah di sini kau masih enggan mengakui?” Si pendeta yang masih ragu dan menganggap apa yang dialaminya itu hanyalah mimpi, mengelak seraya menjawab, “Apa yang kau maksudkan?”

“Apakah engkau ingin berjumpa dengan anak dan suamimu ?” Tanya Syekh Abdul Qadir seraya membuka pintu. Dan di depan pintu istana itu telah berdiri si pengembala dengan tiga orang anaknya sambil bercerita secara runtut atas kejadian tersebut. Si pendeta seketika itu juga langsung menyatakan keimanan dan mengakui kebenaran Mi’raj Nabi Muhammad saw. Ia dan jama’ahnya yang berjumlah sekitar lima ribu orang akhirnya masuk Islam melalui Syekh Abdul Qadir.