Memahami Tahun Baru Hijriyah, Membangun Kesadaran Spiritual

Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah saw. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah. Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

September 15, 2023 - 12:52
Memahami Tahun Baru Hijriyah, Membangun Kesadaran Spiritual

Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah saw. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah. Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

Tahun baru hijriyah diperingati dengan maksud agar umat Islam mampu mengambil i’tibar (pelajaran) dari peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah. Dalam peristiwa hijrah tersebut, umat muslim hendaknya mengambil makna dan pesan yang terkandung. Terutama dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hal yang ditekankan oleh Rasulullah adalah mengenai ketulusan niat, yang kemudian diulas oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam berkut,

وانظر إلى قوله صلى الله عليه وسلم فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إلى ما هاجر إليه فافهم قوله عليه الصلاة والسلام وتأمل هذا الأمر إن كنت ذا فهم

 “Perhatikanlah sabda Rasulullah saw., ‘Siapa saja yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Akan tetapi siapa yang berhijrah kepada dunia yang akan ditemuinya, atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya kepada sasaran hijrahnya.’ Pahamilah sabda Rasulullah saw ini. Renungkanlah hal ini jika engkau termasuk orang yang memiliki daya paham.”

Syekh Ibnu Ajibah dalam Iqazhul Himam lebih dalam mengulas tentang pandangan Syekh Ibnu Athaillah ini. Menurut beliau, hijrah merupakan perpindahan tingkat tinggi, yaitu perpindahan spiritual atau migrasi keruhanian. Beliau memaparkan tiga jenis hijrah spiritual tersebut sebagai berikut:

الهجرة هى الانتقال من وطن إلى وطن آخر بحيث يهجر الوطن الذى خرج منه ويسكن الوطن الذى انتقل إليه، وهى هنامن ثلاثة أمور: من وطن المعصية إلى الطاعة ومن وطن الغفلة إلى وطن اليقظة ومن وطن عالم الأشباح إلى وطن عالم الأرواح.

أوتقول من وطن الملك إلى وطن الملكوت أومن وطن الحس إلى وطن المعنى أو من وطن علم اليقين إلى وطن عين اليقين أو حق اليقين فمن هاجر من هذه المواطن قاصداً بهجرته الوصول إلى رضا الله عنه ورسوله أو الوصول إلى معرفة الله ورسوله فهجرته موصلة إلى الله ورسوله على حسب قصده وهمته. ومن كانت هجرته إلى حظوظ نفسه وهواه  فقد خاب قصده ومسعاه.

“Hijrah adalah migrasi dari satu tempat ke tempat lain daerah dimana seseorang meninggalkan tanah asalnya dan mendiami tanah tujuan. Hijrah itu terdiri atas tiga macam, yaitu;  migrasi dari lapangan maksiat ke lapangan taat, dari lalai ke sadar, dan dari alam jasmani ke alam Ruhani.”

“Atau dapat di katakan migrasi dari alam malak ke alam Malakut dan kemudian alam Jabarut, dari lahiriyah ke bathiniyah, dan dari ilmu Yaqin ke ‘Ainul Yaqin kemudian ke Haqqul Yaqin. Orang yang berhijrah dari tiga tempat asal tersebut ke tiga tempat tujuan dengan maksud menghaharapkan ridla Allah dan Rasul-Nya atau dengan maksud makrifatullah dan Rasul-Nya, maka aktivitas hijrah itu akan mengantarkan hamba kepada Allah dan Rasul-Nya sesuai qasad (maksud) dan himmah (tekad) Nya. Adapun orang yang berhijrah menuju hawa nafsunya, maka maksud dan upayanya akan sia-sia akhir dari hijrahnya adalah hawa nafsu itu sendiri sebagai tempat berlabuh sehingga aktivitas hijrah itu akan membuatnya celaka.”

Syekh Ajibah menjelaskan hijrah menjadi  “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah”. Ini dapat diartikan berpindah secara intelektual dan spiritual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi dengan kerja keras dan tawakal, perpindahan dari kelalaian kepada terbangun hati untuk berjalan menuju Allah dengan mendatangi para mursyid sufi, berrabithah dan menjalankan praktik amaliah tarekat seperti zikir, tawajjuh, suluk dan lainnya. Dalam kata lain hijrah adalah berpindah dari satu maqamat ke maqamat lebih tinggi seperti berpindah dari terhijab hati selain Allah Swt. menuju musyahadah kepada Allah dan tenggelam fana ke dalam hadrah Wahdah.

Demikianlah, dalam kita memahami makna tersirat di dalam hakikat hijriyah sebagai suatu momentum sangat mulia, supaya makna hijriyah dapat diaplikasian dalam kehidupan individual maupun sosial.

Penulis: Budi Handoyo
Editor: Khoirum Millatin