Pekalongan, JATMAN Online – Majelis Kliwonan pimpinan Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang biasa diselenggarakan secara rutin pada Jumat Kliwon kembali digelar di Kanzus Shalawat, Pekalongan pagi ini (18/02).
Bersamanya, turut hadir pula Syekh Muhammad Rajab Dieb dan puteranya dari Suriah. Dalam kesempatan tersebut Syekh Muhammad Rajab mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang telah mengumpulkannya bersama para jamaah dalam sebuah majelis zikir. Menurutnya, Majelis zikir ini adalah majelis yang dibanggakan Allah Swt. di hadapan para malaikat-Nya. Sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan bahwa malaikat berkumpul sampai memenuhi langit Allah Swt. Mereka berdoa untuk orang yang hadir dan berkata, “Ya Allah, berikan ampunan kepada mereka.” Dan ketika majelis itu selesai, malaikat itu naik kepada Allah. Dan kemudian Allah bertanya, “Dari mana kalian?” Sedangkan Allah mengetahui apa yang dilakukan malaikat-Nya. Malaikat menjawab, “Kami baru datang dari sebuah majelis dan hamba-Mu sedang meminta rahmat dan keridhaan kepada-Mu. Kemudian Allah berkata kepada malaikat-Nya, “Saksikanlah para malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka semua.”
Syekh Muhammad Rajab juga menyampaikan bahwa sebaik-baik majelis di muka bumi ini adalah majelis zikir, majelis shalawat kepada Rasulullah Saw., majelis ilmu dan majelis makrifat. Sedangkan manusia yang paling utama adalah manusia yang menghadiri majelis ilmu dan majelis zikir seperti yang dilaksanakan di Kanzus Shalawat dan mereka mengambil manfaat dari majelis tersebut.
Keutamaan majelis ini disebutkan pula oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Qs. Fusshilat: 30)
Majelis zikir ini sejatinya menjadikan hamba lebih dekat kepada Tuhannya. Maka jika seorang hamba benar-benar beristiqomah secara syariat kepada Allah Swt. dengan mengerjakan perintah-Nya, baik yang fardhu maupun sunnah, maka Allah Swt. akan memberikan cinta-Nya kepada hamba tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits qudsi:
إنَّ اللهَ قال: من عادَى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحربِ ، وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ ممَّا افترضتُ عليه ، وما يزالُ عبدي يتقرَّبُ إليَّ بالنَّوافلِ حتَّى أُحبَّه ، فإذا أحببتُه : كنتُ سمعَه الَّذي يسمَعُ به ، وبصرَه الَّذي يُبصِرُ به ، ويدَه الَّتي يبطِشُ بها ، ورِجلَه الَّتي يمشي بها ، وإن سألني لأُعطينَّه ، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه ، وما تردَّدتُ عن شيءٍ أنا فاعلُه ترَدُّدي عن نفسِ المؤمنِ ، يكرهُ الموتَ وأنا أكرهُ مُساءتَه
“Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali- Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba- Ku mendekat kepada- Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada hal- hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba- Ku tidak henti- hentinya mendekat kepada- Ku dengan Ibadah- Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada- Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada- Ku, Aku pasti melindunginya. Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu- raguan- Ku tentang pencabutan nyawa orang Mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya. (H.R. Bukhari).”
Seseorang hamba yang mencintai Tuhannya, ia akan berpindah derajat dari cinta menjadi dicintai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syekh Muhammad Rajab dan oleh mutarjim diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia,
“Yang mulia itu bukan mencintai yang mulia itu bagaimana kalau engkau dicintai oleh Allah Swt.” Kata Syekh Muhammad Rajab.
Terakhir, ia menyampaikan kepada jamaah Kanzus Shalawat bahwa mencintai itu tidak hanya melaksanakan perintah fardhu, tetapi juga Sunnah. Sebagaimana shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah, shalat sunnah tahajjud, puasa Sunnah, dan lain-lain dengan niat meneladani orang yang kita cintai yaitu Nabi Muhammad Saw.
“orang yang cinta dia akan mengikuti jalan orang yang dia cintai. Dan seorang pecinta itu akan melakukan sesuatu yang diridhai kekasih hatinya. Dan kita semua memiliki madrasah perguruan kita, yaitu perguruan cinta, perguruan zikir dan perguruan ilmu. Sesuai dengan thariqah Nabi Muhammad Saw. Dan semoga Allah Swt. menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan dan mengamalkannya dengan baik.” Ungkapnya.