Kisah Perpisahan Dua Mistikus Islam Yang Menyedihkan (2)

September 20, 2023
Kisah Perpisahan Dua Mistikus Islam Yang Menyedihkan (2)

Kisah penangkapan dan eksekusi atas Abu Mansur al-Hallaj sangat menyentuh. Suatu hari, ia berkata kepada sahabatnya, Asy-Syibli, bahwa ia sibuk dengan tugas amat penting yang bakal mengantarkan dirinya pada kematiannya.

Pada akhir tahun 902 Masehi, Al-Hallaj ditangkap ketika sedang mengadakan perjalanan di Thus. Tiga hari lamanya ia dipamerkan kepada khalayak ramai kemudian dipenjarakan.

Pada tahun 909 Masehi, Menteri Hamid berusaha sekuat tenaga untuk menyeretnya ke hukuman mati. Sehingga mereka harus menemukan bukti-bukti yang dapat membuat Al-Hallaj dijatuhi hukuman mati.

Dalam penggeledahan di rumah-rumah pengikutnya, polisi menemukan bagian-bagian surat yang ditulis dengan huruf-huruf yang tidak jelas yang mungkin merupakan kaligrafi nama Ali dan beberapa nama Allah. Namun beberapa tahun kemudian sang menteri berhasil memaksa hakim tertinggi Irak untuk menandatangani hukuman mati. Dan pada tanggal 26 Maret 922 ia pun dihukum mati.

Sebelum kematiannya, ia selalu menari-nari meski terbelenggu dalam perjalanan menuju tempat pelaksanaan eksekusi sambil membaca syair tentang kemabukan mistik.

Pada saat itu sahabatnya Asy-Syibli selalu menyertainya.  Kemudian Al-Hallaj meminta kepada sahabatnya itu untuk meminjaminya sajadah dan berdoalah ia. Kemudian Asy-Syibli bertanya, “Apa itu tasawuf?”

Al-Hallaj menjawab bahwa apa yang disaksikan Asy-Syibli saat itu adalah tingkatan tasawuf paling rendah. “Adakah yang lebih tinggi dari ini?” tanya Asy-Syibli.

“Kurasa, engkau tidak akan mengetahuinya!” jawab Al-Hallaj.

Lalu ketika Al-Hallaj diikat di tiang gantungan dan orang-orang mulai melemparinya dengan batu, Asy-Syibli justru melemparinya dengan sekuntum mawar dan karena mawar itulah Al-Hallaj mengeluh kesakitan.

Ketika ditanya mengapa seperti itu, dia menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, tetapi ia tentunya tahu dengan ungkapan mawar yang dilemparkan oleh sahabat terasa lebih menyakitkan daripada batu manapun.

Menjelang napas terakhirnya, kata-kata terakhir yang diucapkan Al-Hallaj adalah “Hasbul Wajid Ifradul Wahid Lahu”, Cukuplah bagi si pecinta untuk menjadikan Yang Esa Tunggal, yakni bahwa keberadaannya harus disingkirkan dari jalan cinta. Itulah tauhid sejati sepenuhnya batiniah dan dibayar dengan darah si pecinta. Anggota badan Al-Hallaj dipotong-potong dan ia diikat di tiang salib atau mungkin tiang gantungan kemudian dipenggal lehernya, tubuhnya dibakar dan abunya disebar di sungai Tigris.