Kisah Perpisahan Dua Mistikus Islam Yang Menyedihkan (1)

September 20, 2023
Kisah Perpisahan Dua Mistikus Islam Yang Menyedihkan (1)

Meskipun sumber mengenai pertemuan pertama Jalaluddin Rumi dan Syams at-Tabriz di Syiria tidak banyak ditemukan, namun banyak sumber-sumber lain yang bercerita mengenai mereka, termasuk perpisahan keduanya.

Syams at-Tabriz oleh masyarakat Konya pada waktu itu dikenal sebagai pribadi yang kuat dengan perilaku aneh. Lelaki ini kerap membuat orang-orang terkejut dengan teguran-teguran dan kata-katanya yang kasar. Ia juga mengatakan bahwa ia telah mencapai tahap keberadaan ‘yang terkasih’ bukan lagi tahap sang kekasih.

Namun siapa sangka, sosok ini mampu memengaruhi mistiskus besar Islam, Jalaluddin Rumi yang kemudian sangat menentukan kehidupannya kelak.

Mereka bertemu sekitar akhir bulan Oktober tahun 1244 di Konya. Namun rupanya pertemuan mereka tidak disukai oleh pengikut-pengikut Jalaluddin Rumi karena menyebabkan ia menelantarkan keluarga dan muridnya selama berbulan-bulan.

Karena tidak menyukai pertemuan tersebut, masyarakat sekitar menuntut Syams at-Tabriz untuk meninggalkan kota. Ia akhirnya pergi dan meninggalkan luka dalam yang dirasakan oleh Jalaluddin Rumi.

Karena melihat kesedihan yang mendalam di wajah Jalaluddin Rumi, Putra pertamanya, Sultan Walad kemudian membawanya kembali dari Syiria.

Setelah lama berpisah, akhirnya mereka berjumpa kembali. Keduanya saling berpelukan dan berlutut di hadapan masing-masing temannya itu. Keakraban hubungan mereka tumbuh sekali lagi dan menjadi begitu meluap-luap sehingga menimbulkan kecemburuan bagi beberapa murid Rumi.

Selanjutnya para murid, yang dibantu oleh putranya itu memutuskan untuk mengirimkan Syams at-Tabriz ke tempat yang tidak ada jalan kembali.

Suatu malam mereka memanggilnya keluar dari rumah Jalaludin Rumi yang terletak berhadapan dengan rumah putranya. Setelah Syams at-Tabriz keluar, mereka menusuknya dan membuangnya ke sumur dekat tempat itu.

Melihat sahabatnya menghilang, Sultan Walad mencoba menenangkan kecemasan ayahnya dengan mengatakan kepadanya bahwa setiap orang mencari Syams at-Tabriz. Sementara ayahnya tidur, ia cepat-cepat menguburkan badan Syams at-Tabriz yang diambilnya dari dalam sumur. Kemudian ia menutupi kuburan itu dengan semen yang dipersiapkan dengan tergesa-gesa.

Dalam pengalaman kasih yang membakar habis jiwanya ini membentuk Jalaluddin Rumi menjadi penyair. Ia yang mencari Syams at-Tabriz dengan sia-sia di segala penjuru negeri akhirnya menemukan bahwa ternyata ia dipersatukan dengan sahabatnya itu dan menemukan dalam dirinya sendiri bercahaya laksana rembulan.

Sejak lirik yang dilahirkan dari pengalamannya ini ditulis, Jalaluddin Rumi lebih memilih nama sahabatnya dari pada namanya sendiri pada akhir sebagian besar sajak-sajaknya. Di mana ia menyanyikan kasihnya, kerinduannya, kebahagiaannya dan keputusasaannya dalam baris-baris sajak yang tidak pernah tertandingi kesungguhannya. Pengalaman inilah yang ia berikan dalam bait-bait terkenal dalam karyanya Al-Masnawi.