Cara Cepat Menjadi Wali Ala Gus Baha

Tangerang Selatan, JATMAN Online - Istilah wali di Indonesia popular karena frasa “Wali Songo” sebagai penyebar Islam di tanah Jawa. Di kalangan sufi, wali memiliki strata yang berbeda. Ada istilah Wali Quthub, sebagai wali tertinggi di suatu zaman atau pimpinan para wali. Ada pula yang disebut Wali Aimmah, Wali Autad, Wali Abdal, dan banyak lagi.
Tapi untuk menjadi wali setingkat itu rasanya sangat sulit bagi masyarakat awam. Maka, KH. Bahaudin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memberi resep mudah agar tidak hilang semangat menjadi wali.
Dalam kegiatan Maulid Nabi Muhammad saw. di Pondok Pesantren Bayt al-Qurani pada Sabtu lalu (28/09/24), Gus Baha yang menjadi Narasumber bersama KH. Quraisy Shihab kerap kali memberikan Roasting pada KH. Mukhlis Hanafi yang memoderatori acara tersebut.
“Model wali sama intelek biasanya keramat yang model wali. Tak jamin,” celetuk Gus Baha yang meng-gojloki KH. Mukhlis.
“Saya sering di mana-mana cerita wali. Bukan karena apa-apa. Supaya orang masih punya cita-cita dicintai Allah. Mungkin kita kelamaan hidup di dunia ini ingin dicintai pejabat, orang kaya, orang terkenal. Mbok yo’o, kamu ini makhluk pingin dicintai Allah Swt.”
Kemudian Gus Baha mengutip Surat Al-Baqarah ayat 257:
Allah berfirman:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ
“Allah mencintai orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”
Menurutnya untuk menjadi wali di zaman ini tidak perlu bersusah payah seperti Wali Songo.
“Kita jadi wali yang gampang-gampang, saya berikan satu hadis yang resep jadi wali.”
Gus Baha kemudian mengutip hadis yang diriwayatkan Imam Muslim,
عَنْ أنسٍ - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: «إنَّ اللهَ ليرْضَى عَنِ العبْدِ أنْ يأكلَ الأكلَةَ فيحمَدَه عليها، أو يَشْربَ الشَّرْبَةَ فيحمَدَه عليها» رواه مسلم
“Dari Anas Ra. Berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah benar-benar ridla hambanya memakan makanan kemudian memuji Allah atas makanan itu atau meminum minuman kemudian memuji Allah atas minuman itu.”
Gus Baha menjelaskan bahwa Lafaz tersebut memakai kata “inna”, yang dalam Bahasa Arab disebut taukid yaitu penekanan. Sementara pada kalimat selanjutnya masih ada “lam littaukid”, yaitu huruf yang juga menunjukkan arti penekanan. Artinya, Allah Swt. itu sangat ridla kalau hamba-Nya memakan sesuatu dan dalam setiap suapannya itu membaca tahmid.
“Orang diridlai Allah itu di atas wali. Tidak usah kamu menjadi wali (karena) wiridan Qulhu (Surat Al-Ikhlas) sepuluh ribu kali, tidak ada yang percaya. Sudah pokoknya kalau makan (baca) Alhamdulillah,” terangnya.