Berikan Ceramah Kebangsaan di Polda Jatim, Habib Luthfi Tekankan Cinta Tanah Air

September 6, 2024 - 14:27
September 6, 2024 - 17:28
Berikan Ceramah Kebangsaan di Polda Jatim, Habib Luthfi Tekankan Cinta Tanah Air

Surabaya, JATMAN Online – Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Habib Luthfi bin Yahya memberikan ceramah kebangsaan di Polda Jawa Timur, Suarabaya, Jawa Timur, pada Rabu (04/09/2024).

Acara yang dikemas dalam bentuk Jawa Timur Bersholawat dan Doa Bersama tersebut dihadiri oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Drs. Imam Sugianto, M.Si, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono, Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), Forkopimda dan para pejabat utama Polda Jatim, serta para tokoh agama Jawa Timur.

Habib Luthfi dalam tausyiahnya memberikan ilustrasi bahwa mencintai tanah air ibarat zakat yang diwajibkan bagi orang yang mampu. Substansi zakat sesungguhnya adalah sebuah kehormatan dan amanat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang yang bisa berzakat.

"Semakin baik kondisi ekonomi seorang pemberi zakat maka jumlah zakatnya akan semakin besar, sebaliknya apabila kondisi ekonomi pemberi zakat terganggu maka jumlah zakatnya akan berkurang," paparnya.

Ketua Majelis Sufi Dunia ini menjelaskan begitupun halnya dengan tanah air. Tanah air adalah titipan Allah subhanahu wa ta’ala dan mencintainya adalah bagian dari keimanan (hubbul wathan minal iman).

"Semakin kita mencintai dan merawat tanah air kita maka Allah SWT akan terus menambah keberkahan bagi bangsa ini. Namun sebaliknya apabila nasionalisme kita luntur maka bangsa ini akan mudah dipecah belah dan keberkahan akan hilang," ucapnya.

Habib Luthfi mengingatkan seluruh yang hadir agar jangan pernah melupakan sejarah. Para sahabat utama nabi (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) seluruhnya mati terbunuh. Sayidina Umar radhiyallahu anhu dibunuh oleh anak umur 13 tahun, mirip dengan yang menimpa Sultan Trenggono (Raja Demak, 1521-1546) yang juga dibunuh oleh anak umur 13 tahun.

Menurutnya, diantara semua itu, pembunuh Sayidina Ali jauh “lebih hebat” lagi karena seorang penghafal qur’an, gemar puasa senin-kamis, rajin tahajud dan melakoni sunnah nabi.

"Inilah peringatan bagi kita semua agar jangan sampai republik ini hancur karena ulah kita sendiri sebagai bangsa yang relijius. Sejarah akan selalu berulang dan kita harus waspada atas seluruh fenomena yang memungkinkan bangsa ini terbelah," pungkasnya.