Optimalisasi Akal dan Kebutuhannya Berdasarkan Al-Quran
Dalam ayat-ayat Al-Quran, lafaz ‘akal’ seringkali digunakan untuk mengingatkan manusia agar memaksimalkan apa yang telah mereka terima dari Tuhan-Nya dalam mencari kebenaran, memahami ajaran agama, dan mengambil keputusan.

Akal dari berbagai perspektf memiliki penggunaan yang berbeda karena didasari oleh konteks yang berbeda pula. Dalam ayat-ayat Al-Quran, lafaz ‘akal’ seringkali digunakan untuk mengingatkan manusia agar memaksimalkan apa yang telah mereka terima dari Tuhan-Nya dalam mencari kebenaran, memahami ajaran agama, dan mengambil keputusan. Berikut adalah ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan akal:
1. Qs. Al-Baqarah (2): 164
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
Dalam ayat di atas, lafaz akal dimaknai sebagai kata kerja dari kalimat fiil mudlari’ yang artinya berpikir secara terus-menerus dan berulang-ulang. Ini berarti manusia akan mampu membaca tanda-tanda Allah manakala ia tidak berhenti berpikir secara kontinyu. Dalam kalimat ini, Allah menggunakan kata “memikirkan” untuk sesuatu yang dapat dijelaskan oleh akal. Sehingga, ketika manusia berhasil mengerahkan akalnya, muncullah teori-teori yang berkenaan dengan alam semesta, penciptaan bumi, manusia, proses terjadinya waktu dan lain-lain.
2. Qs. Ali Imran (3): 190
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Dalam ayat di atas, Allah menyebut orang yang akal dengan satu julukan khusus yang menempel pada dirinya yang artinya memiliki banyak “inti”. Inti dalam bahasa lain sama halnya dengan pokok, dasar, prinsip, hakikat dan sesuatu yang dalam. Orang yang disebut dengan Ulil Albab adalah orang yang memiliki pemahaman yang dalam setelah proses berpikir yang terjadi berulang-ulang melalui akalnya. Jadi dari segi bahasa, ‘berakal’ yang ada pada ayat ini sudah terbentuk menjadi jiwa orang tersebut. Sehingga, setiap ada peristiwa yang terjadi, maka ia secara otomatis mengerahkan kemampuannya untuk berpikir dan mengambil pelajaran secara mendalam.
3. Qs. Ar-Rum (30): 21
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Tanpa kita sadari, Allah kerap menggunakan kalimat fiil mudlari’ ketika meminta manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Itu artinya, perlu ketelitian dan pengulangan untuk mendapatkan pelajaran dari setiap tanda-tanda kehidupan yang Allah berikan. Adapun arti kata ‘berpikir’ pada Surat Ar-Rum ayat 21, adalah berpikir yang cenderung melibatkan perasaanya. Sehingga dalam hal ini, Allah sengaja mengajak manusia untuk turut merasakan rahmat yang sudah Allah ciptakan melalui hadirnya pasangan dalam kehidupan para hamba-Nya dan mengambil pelajaran mengapa Allah ciptakan hal tersebut Dan hal ini akan terjawab jika manusia berhasil mengerahkan kemampuan berpikirnya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dengan melibatkan perasaannya.
Penting untuk diingat bahwa akal adalah kemampuan yang dapat ditingkatkan melalui latihan, pembelajaran, dan pengalaman. Semakin seseorang berlatih menggunakan akalnya dengan efektif, semakin baik ia akan menjadi dalam membuat keputusan yang bijak dan menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
Akal yang jarang difungsikan atau kurang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan beberapa dampak negatif. Jika seseorang jarang melakukan aktivitas yang memerlukan pemikiran kritis atau analisis, kemampuan kognitifnya dapat menurun seiring waktu. Akal yang jarang digunakan mungkin tidak efektif dalam menghadapi masalah atau tantangan yang muncul. Sehingga, seseorang mungkin cenderung merespon dengan reaksi refleks daripada pemikiran yang mendalam serta cenderung mengambil keputusan impulsif atau tidak terencana dengan baik, yang dapat berdampak negatif pada kehidupan pribadi dan profesional.
Pemeliharaan akal yang sehat penting juga dilakukan untuk pembelajaran yang berkelanjutan. Akal yang kurang digunakan mungkin menyulitkan seseorang dalam memahami konsep baru atau mengatasi materi yang kompleks. Kemampuan untuk berpikir di luar kebiasaan atau menghasilkan ide-ide baru juga akan sangat terbatas. Sedangkan penggunaan akal yang terbatas dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan perkembangannya. Orang yang mengalami hal tersebut mungkin enggan menghadapi tantangan atau mencoba hal-hal baru.
Akal yang tidak digunakan secara aktif juga bisa jadi akan membuat seseorang kesulitan dalam berkomunikasi dengan jelas dan efektif.Sehingga mereka cenderung tidak puas dengan pencapaiannya atau bahkan merasa frustrasi karena merasa tidak mampu mengatasi masalah pada situasi tertentu.
Untuk menghindari dampak negatif tersebut, penting untuk merangsang dan melatih akal secara teratur melalui berbagai aktivitas seperti membaca, memecahkan teka-teki, berpartisipasi dalam diskusi, dan menjalani kehidupan yang aktif dan beragam. Menggunakan akal dengan cara yang berarti dan bermanfaat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan memfasilitasi pertumbuhan intelektual dan pribadi. Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan akalnya berarti tidak menginginkan pertumbuhan dan kebaikan pada dirinya.