Menjadi Waliyullah yang Kaya

Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa menempuh jalan tasawuf adalah meninggalkan seluruh perkara dunia dan hidup dalam kemisikinan. Ketahuilah, bahwa itu salah besar. Dr. Abdul Fattah as Samman dalam disertasinya mengungkap bahwa harta kekayaan Rasulullah Saw. jika dijumlahkan mencapai angka yang fantastis, yaitu setara dengan 1.217 Kg emas atau 1.217.000 gram. Jika harga emas pada hari ini adalah Rp.955.000, maka Rasulullah Saw. memiliki kekayaan sebesar Rp.1.162.235.000.000. angka yang sangat tinggi untuk orang yang dianggap miskin. Bahkan, bisa jadi ketika Rasulullah Saw. hidup di zaman ini, maka beliau akan mendapat gelar Crazy Rich Mekkah.
Namun, apakah Rasulullah Saw. menggunakan hartanya untuk kepentingan pribadi? Tentu saja tidak. Beliau menyedekahkan seluruh hartanya untuk kepentingan agama Islam. Maka itu pula yang dijadikan teladan oleh sahabat-sahabat yang lain seperti Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan lainnya. Bayangkan jika Rasulullah Saw. adalah orang yang miskin, tentu orang lain akan menganggap Rasulullah Saw. hanya memanfaatkan harta sahabat-sahabatnya tanpa memberikan kontribusi nyata terhadap keberlangsungan umat.
Perilaku Rasulullah Saw. seperti itulah yang kemudian ditiru oleh wali-wali Allah Swt. Menjadi ahli tasawuf bukanlah melarang kita untuk menjadi kaya dan memilih menjadi miskin. Melainkan melarang kita untuk dibutakan oleh kekayaan tersebut. Justru apabila ahli tasawuf itu adalah orang yang kaya, maka ia akan dengan mudah mendermakan hartanya di jalan Allah Swt. Dengan begitu agama Allah Swt. menjadi hidup dan keberkahannya akan kembali kepadanya. Seorang ulama mengatakan sebuah ungkapan bijak,
“Letakkanlah hartamu di tanganmu, jangan di hatimu. Maka jika kau ingin melepasnya, kau akan melepaskannya dengan mudah.”
Inilah sesungguhnya yang disebut zuhud. Hidup sederhana yang tidak bergantung kepada harta meskipun ia kaya. Jika seseorang berorientasi kepada kekayaan semata, ia akan lalai dikarenakan harta tersebut. Namun jika seseorang itu kaya karena Allah Swt., maka tentu saja ia akan memanfaatkan harta itu dengan sebaik-baiknya di jalan Allah Swt. sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
Rasulullah Saw. Bersabda:
ازهد فى الدنيا يحبك الله وازهد فيما فى ايدي الناس يحبوك
“Berzuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah Swt. akan mencintaimu. Dan berzuhudlah terhadap perkara manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)
Syeikh Abu Hasan as Sadzili adalah salah satu waliyullah yang kaya. Pakaiannya berkelas dan rumahnya seperti istana. Namun seluruh kekayaannya itu tidak membuatnya lupa kepada Allah Swt. bahkan ia berkata,
لا كبيره عندنا اكبر من اثنين حب الدنيا بالايثار والمقام على الجهل بالرضا لانه حب الدنيا راس كل خطيئه والمقام على الجهل اصل معصيه
“Tidak ada dosa yang lebih besar melebihi mencintai dunia hingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya serta ridha terhadap kebodohan. Karena mencintai dunia adalah pokok setiap kesalahan dan ridha terhadap kebodohan adalah pokok dari kemaksiatan”
Wallahu a’lam