Mengenal Rais Aam PBNU Periode 2021-2026

KH Miftachul Akhyar resmi menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026 dalam Muktamar ke-34 NU digelar Kamis (24/12) malam.
Seperti apa sosok KH Miftachul Akhyar?
KH Miftachul Akhyar biasa disapa Kiai Miftah, lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya, KH Abdul Ghoni merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya
Sejak muda, Kiai Miftah gemar menekuni Agama Islam.
Kiai Miftah muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Pernah belajar di Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur dan di Pondok Pesantren Rejoso, Jombang, Jawa Timur.
Beliau juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah dan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur,
Kiai Miftah juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia.
Penguasaan ilmu agama Kiai Miftah ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga ia diambil menantu oleh oleh kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas.
Kemudian Kiai Miftah mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan mulai dari nol. Awalnya ia hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat fenomena pentingnya “nilai religius” di tengah masyarakat setempat, maka mulailah beliau membuka pengajian.
Dalam berorganisasi Kiai Miftah awalnya menjadi Rais Syuriyah PCNU Surabaya pada tahun 2000-2005
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.
Berikutnya Kiai Miftah dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020 menggantikan KH. Ma’ruf Amin karena menjadi Wakil Presiden RI.
Kiai Miftah merupakan sosok kiai yang sederhana dan memiliki akhlak yang bagus, khususnya adab penghormatan kepada tamu. Beliau tidak segan-segan langsung menyuguhkan, menuangkan, mengambilkan, menyajikan makanan dan minuman melalui tangan beliau sendiri, tanpa bantuan qodim (pembantu).
Hal ini adalah akhlak beliau yang meneruskan teladan akhlak dari ayah beliau yang juga belaku demikian kepada para tamunya.