Mencegah Penyebaran Hoax, MATAN UINSA Adakan Kajian Tematik

Surabaya, JATMAN.OR.ID: Dalam rangka meningkatkan softskill, Pengurus Komisariat Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (PK MATAN) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali mengadakan kegiatan rutin kajian tematik pada Rabu Sore (11/11) secara virtual melalui Zoom Meeting.
Dalam kajian ini tema yang diangkat adalah “Pentingnya Kesalehan Digital untuk Menangkal Hoax di Era Disrupsi” dengan narasumber Shohibah Risma Savhira D.L selaku Staf Redaksi NU Online Jatim, Bendahara LKAS PW RMI NU Jatima, Sekretaris PK MATAN UINSA, Kontributor MATAN Media Official dan santrimilenial.net.
Kajian ini dihadiri oleh beberapa pembina dan senior MATAN UINSA, serta diikuti oleh beberapa anggota dan muhibbin MATAN dari berbagai daerah.
Dalam paparanya, Shohibah Risma menyampaikan bahwa saat ini dinamika kehidupan bermasyarakat mengalami perkembangan yang begitu cepat tanpa adanya batas ruang dan waktu, hal itu terjadi karena dampak adanya pekembangan teknologi yang kian hari semakin berkembang pesat sehingga sangat mempengaruhi kehidupan di masyarakat.
“Dinamika kehidupan masyarakat berkembang begitu cepat, sehingga mempengaruhi perubahan kehidupan di masyarakat. Hal itu disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang sangat cepat,” terangnya.
Kemudian Shohibah Risma melanjutkan, bahwasanya adanya teknologi itu melahirkan adanya media sosial. Adanya media sosial memiliki dampak positive dan negative. Dampak positif tersebut memudahkan seseorang untuk berkomunikasi, mudah mencari informasi dan termasuk memunculkan ngaji atau kajian yang dulunya offline, sekarang bisa online.
Dijelaskan, Namun di sisi lain adanya media sosial memunculkan dampak buruk bagi masyarakat, seperti tersebarnya berita atau informasi hoax, kebebasan mengkritik, menghujat, menghina, dan memfitnah satu sama lain. Sehingga hal itu dapat menyebabkan terpecah belahnya masyarakat.
“Adanya media sosial menimbulkan dampak positif dan negative. Dampak positif seperti halnya kita saat ini melakukan kajian secara online, kemudian dampak negativenya adalah dengan mudahnya tersebar berita atau informasi hoax, hujatan, hinaan, dan fitnah yang hal ini akan mengakibatkan pecah belah masyarakat,” kata perempuan yang saat ini tengah menempuh pendidikan studi Ekonomi Syariah di UINSA.
Di akhir, ia mengingatkan bahwasanya dalam bermedia sosial perlu adanya etika-etika, baik etika tertulis maupun etika tidak tertulis. Etika tertulis adalah sesuai apa yang ada di UU ITE, kemudian etika tidak tertulis adalah seperti norma-norma, adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Setelah itu, dalam pengaplikasian kesalehan digital adalah dengan adanya tabayyun (mencari asal muasal, sumber yang jelas) dan juga memiliki kesantunan dalam berbahasa.
“Ada dua macam etika dalam bermedia sosial. Etika tertulis yaitu seperti yang tertuang dalam UU ITE, kemudian etika tidak tertulis yakni, seperti norma-norma atau adat-istiadat yang berlaku di masyarakat. Kemudian untuk menjadi saleh digital adalah dengan melakukan tabayyun terlebih dahulu sebelum menyebarkan berita atau informasi, dan memiliki kesantunan dalam berbahasa,” pungkasnya. [Muhammad Alvin Jauhari/ Ketua PK MATAN UINSA].