MATAN UINSA Bahas Toleransi Berkeluarga bersama Gus Alaika

Surabaya, JATMAN.OR.ID: Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN) UIN Sunan Ampel surabaya kembali mengadakan kajian tematik tentang pendidikan toleransi dalam keluarga dengan narasumber Gus Alaika M. Bagus Kurnia, pengasuh YPPP an-Nuriyah Surabaya. Kajian diadakan Rabu sore (20/1) secara virtual melalui aplikasi zoom.
Gus Alaika menyampaikan, ada beberapa faktor di rumah tangga yang menjadi potensi pembentukan kepribadian anak agar menjadi anak yang lebih toleran, cerdas dalam toleran itu ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni faktor genetika, karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Maksudnya kepribadian seseorang tidak jauh beda dengan kepribadian orang tuanya. Faktor kedua yakni faktor eksternal, ini yang lebih mendominasi dan perlu adanya perhatian khusus orang tua. Karena di mana anak itu belajar, siapa yang mengajar, lingkungan bermain menentukan bagaimana masa depannya.
“Manusia itu makhluk sosial, jadi wajar jika ada perbedaan. Karena makna toleransi itu pilihan bukan menyalahkan, kalau menyalahkan itu bukan toleransi. Hasil dari meyalahkan yakni permasalahan.”
Kemudian Gus Alaik melanjutkan bahwasannya pendidikan yang utama yakni pendidikan spiritual, moral, ini yang fundamental. Kemudian penguatan literasi, baik digital maupun non-digital. Ini perlu dibiasakan menjadi tradisi ilmiah dalam rumah tangga. Banyak membaca buku, buku apapun itu, akan memperluas pengetahuan dan wawasan. Jika suatu saat dihadapkan dengan berbagai macam sekte atau kelompok apapun kita akan luwes dalam menyikapi.
Dijelaskan, kita perlu memberikan kebebasan kepada anak, namun tidak untuk urusan amaliyah, tauhid. Kita perlu mengajarkan toleransi, tapi jangan sampai kebablasan. Jangan sampai anak kita mudah mengkafirkan orang lain, ini perlu diperhatikan oleh orang tua. Sebagai orang tua jangan terlalu fokus mencari uang hingga lupa dengan pendidikan anak.
Diakhir, beliau memberikan pesan untuk selalu menghormati orang tua. Menjaga akhlak kepada siapapun meski beda pandangan. Berterima kasih kepada orang lain dalam segala hal. Karena ini semakin lama semakin ditinggalkan oleh kebanyakan pemuda sekarang.[Ahmad Rizkiansah Rahman]