Innalillah, Wafat TB KH Mansyuri bin TB Guru Mahmud Pengamal Thariqah Sammaniyah Citayam
Thariqah Sammaniyah sudah masyhur di kalangan Betawi hingga Citayam yang dikenal dengan Betawi pinggiran. Dilansir dari NU Online bahwa dapat disimpulkan sementara, tokoh yang paling berperan besar dalam penyebaran tarekat Sammaniyah dan ajaran-ajarannya di kalangan masyarakat Betawi ialah Syekh Abdurrahman al-Batawi dan Guru Mughni.
Kabupaten Bogor. JATMAN Online - Telah meninggal dunia Tubagus (TB) KH Mansyuri bin Tubagus Guru Mahmud tokoh ulama pengamal Thariqah Sammaniyah Citayam, Desa Raga Jaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor pada pukul 18.00 WIB pada usia 63 Tahun (19/02) Senin sore.
Kiai Mansyuri kesehariannya mengajar dari majelis taklim, mushala hingga masjid sekitar Citayam. Kajian kitab salafiyah untuk kalangan awam dengan menjaga tradisi kitab arab melayu, juga senantiasa mengamalkan Manaqib Syekh Samman.
Thariqah Sammaniyah sudah masyhur dikalangan Betawi hingga Citayam yang dikenal dengan Betawi pinggiran. Dilansir dari NU Online bahwa dapat disimpulkan sementara, tokoh yang paling berperan besar dalam penyebaran Tarekat Sammaniyah dan ajaran-ajarannya di kalangan masyarakat Betawi ialah Syekh Abdurrahman al-Batawi dan Guru Mughni.
Adapun silsilah nasab, Tubagus KH Mansyuri bin Tubagus Guru Mahmud bin Guru Naimin bin Guru Hasan bin Guru Naseh bin Guru Kailani bin Guru Sulaiman bin Syekh Maulana Mansyur bin Sultan agung Tirtayasa bin Sultan Abu Ma'ali bin Sultan Abdul Mufakhir bin Maulana Nasruddin bin Sultan Maulana Yusuf bin Sultan Hasanuddin bin Sultan Agung Muhammad Syarif Hidayatullah.
Ayahnya, KH.Tubagus Mahmud (Guru Mahmud) Bin KH.Tubagus Na’imin (Guru Na’imin) merupakan ulama besar penyebar agama Islam di Citayam-Bojonggede. Beliau wafat tahun 1974. Makamnya terletak tak jauh dari Masjid Daarul Mu’miniin Citayam.
Almarhum juga pernah menuturkan bahwa pembangunan Masjid Jami Annaja Citayam (Masjid Sendok) pertama kali di bangun oleh KH Tubagus Guru Na’imin Bin KH Tubagus Guru Kasen pada tahun 1933.
Salah satu karamah kewalian Tubagus Guru Mahmud terbukti setelah meninggal. Ada cahaya yang menerangi makam peristirahatan terakhirnya yang disaksikan oleh orang-orang yang kebetulan lewat makam pada malam hari pertama dikebumikan.
Literatur sejarah melaporkan, bahwa KH.Tubagus Mahmud (Guru Mahmud) adalah seorang ulama kharismatik. Mereka menjulukinya sebagai Tubagus, artinya bagus atau baik (Akhlak perilaku dan cara pergaulannya di masyarakat). Ketika masih belia, Guru Mahmud belajar langsung agama Islam dan literatur Ilmu keIslaman lainya langsung dengan Ayahnya, KH Tubagus Na’imin (Guru Na’imin).
Menurut penuturan salah satu murid beliau yang bernama, Kiai Hasan Syazili Citayam, sejak tahun 1960 Citayam-Bojonggede menjadi muara datangnya para habaib waliyullah yang masyhur zaman itu, seperti Habib Ali bin Abdurrahman Kwitang, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, pernah berdakwah menginjakkan kakinya di kampung Citayam-Bojonggede berkat wasilah Tubagus Guru Mahmud. Begitu pula Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas, Habib Hasyim al Atthas Kramat Empang Bogor, Habib Ali Al Bahar, Habib Hamzah dan para Habaib yang masyhur lain yang pernah berdakwah tahun 1970-an.
Pewarta: Abdul Mun'im Hasan
Editor: Khoirum Millatin