Habib Luthfi Menjawab – Apa Hakikat Ilmu Jiwa dan Kasyaf?

September 24, 2023 - 13:42
Habib Luthfi Menjawab – Apa Hakikat Ilmu Jiwa dan Kasyaf?

Pertanyaan: Habib Luthfi yang saya hormati, saya ingin menanyakan perihal orang yang memiliki kemampuan untuk melihat atau membaca kepribadian, karakter, maupun tingkah laku seseorang, dengan hanya bertatap muka secara langsung.

Pada suatu ketika saya mengikuti tes seleksi menjadi karyawan di suatu perusahaan, meliputi ujian psikotes (tertulis) dan interview (wawancara). Setelah selesai mengikuti ujian psikotes, dilanjutkan dengan wawancara. Pada saat itu, si pewawancara mengatakan bahwa ia mengetahui kepribadian, karakter, maupun tingkah laku saya. Ini tentu membuat saya terkejut.

Saya hanya terdiam ketika ia mengatakan kepada saya ihwal sesuatu yang menjiwai sikap spiritualitas dan keagamaan pada diri saya. Saya bingung, padahal saya sendiri merasa tidak pernah mengetahuinya. Saya hanyalah seorang hamba Allah swt yang biasa saja, tak punya keistimewaan lain. Saya sekadar berusaha melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan segala urusan saya serahkan kepada Allah Swt.

Kemudian saya bertanya kepada orang tersebut, kok bisa mengetahui hal-hal yang ada pada diri saya, ia cuma tersenyum dan merahasiakannya. Saya kecewa, karena orang itu tidak terbuka. Apakah la menyada-ada, bercanda atau mungkin benar ia memiliki indra ke enam. Inilah yang ingin saya tanyakan kepada Habih Luthfi Bagaimana menurut pandangan Habib? Apakah saya mempercayai perkataannya?

Jawaban Habib Luthfi: Dalam bidang pendidikan memang ada suatu studi yang bisa dipelajari secara umum, seperti psikologi atau yang populer disebut ilmu jiwa. Ilmu ini salah satunya adalah mempelajari watak manusia secara umum. Namun, adakalanya orang memiliki pengetahuan tentang watak manusia itu karena didukung pengalamannya dalam bidang spiritual.

Orang-orang yang mendalami olah spiritual, tujuan utamanya adalah menggapai maghfirah (ampunan) dari Allah swt dan meningkatkan pendekatan dirinya kepada Allah swt. Tidak untuk mencari pamor atau mendapatkan kewaskitaan atau untuk diangkat menjadi kekasih-Nya (wali). Sama sekali arahnya tidak ke sana, melainkan bagaimana menyadari tempat dirinya sebagai hamba Allah swt, apa a kewajiban kawula (hamba) kepada Gusti (Allah swt).

Setelah kita menerapkan pendekatan yang demikian, dibarengi dengan bertambahnya keikhlasan dalam beramal shaleh, tabir yang menutup hati kita, yang penuh dengan kotoran, akan dibuka oleh Allah swt. Yang disebut kotoran-kotoran hati itu, diantaranya, dengki, hasud, sombong. Ini bisa menjadi hijab (penghalang) dirinya dalam usaha menembus ke tingkat kewaskitaan (kasyaf). Ikhtiar untuk membersihkan kotoran-kotoran dalam hati itu dilakukan secara indivi dual; sebab menyangkut masalah hati.

Penyakit-penyakit hati itu menjadi penghalang bagi kita untuk mendapatkan cahaya langsung dari Ilahi. Sabda Nabi Saw: ‘Takutlah kepada firasat seorang mukmin, karena ia memandang dengan cahaya Allah’. Itu hanya bisa dicapai hamba Allah Swt yang sudah mampu mengendalikan amarahnya. Orang-orang separti itulah yang diberikan Allah Swt anugerah pengetahuan hakekat dari perbendaharaan ilmu yang tidak bisa dicerna dengan kacamata logika, lahiriah.

Apabila ada seseorang yang sudah mencapai tingkatan itu, tugasnya adalah membenarkan apa yang telah disyari’atkan Allah Swt dalam agama-Nya. Bukannya justru mengambil jalan sendiri. Sebab syari’at dan hakekat itu bersinambung, sehingga tidak mungkin berbeda jalan. Apabila kita mendapat pengetahuan linuwih (kelebihan), janganlah dimiliki sendiri. Masih ada tugas lain, yaitu memberitahukan kepada kaum muslimin lainnya.

Jadi, bukan hal yang mustahil kalau ada orang yang mengetahui watak atau perilaku seseorang setelah memandang atau mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan kunci. Demikian juga orang yang telah mendapatkan ilmu dari Allah swt, maka ia akan memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tertutup. Tapi tetap saja semua itu memiliki langkah awal, yaitu kita harus memperbaiki ibadah kita kepada Allah swt sesuai dengan syari’at.

Sumber: Umat Bertanya Habib Luthfi Menjawab