Disipusda Purwakarta Gandeng JATMAN untuk Gerakan Literasi Masyarakat Peduli Naskah Kuno

Purwakarta, JATMAN Online – Gerakan Literasi Masyarakat Peduli Naskah Kuno (Galendo) yang diadakan oleh Dinas Kearsiapan dan Perpustakaan Daerah (DISIPUSDA) Kab. Purwakarta di Aula Disipusda mendatangkan dua narasumber Kamis (22/06).
Adapun kedua narasumber berasal dari pengurus JATMAN Purwakarta. Pertama, K. Rd. Amal Sibyan (pendiri LSM Kiansantang) sekaligus salah satu zurriyyah Syekh Baing Yusuf dan Kiayi Muda Zeni Rafli selaku Mudir JATMAN Idarah Syu’biyyah Purwakarta.
Tujuan utama diadakannya kegiatan ini yaitu untuk bersama sama membangun dan mengembangkan kesadaran masyarakat dalam menjaga naskah-naskah kuno bersejarah baik berupa litograph karya-karya ilmiah atau manuskrip itu sendiri.
“Kenapa perlu adanya kepedulian terhadap hal tersebut? banyak hikmah yang akan kita dapatkan jika ada kepedulian terhadap naskah-naskah kuno diantaranya menjaga karya-karya ulama sebagai tokoh agama dan tokoh masyarakat dahulu supaya tetap terjaga utuh dan bisa disalin ulang untuk di cetak, disebarkan, dipelajari dan diamalkan,” ungkap Ir. H. Yayat Hidayat selaku Sekretaris Disipuda.
Dalam paparan K. Rd. Amal Sibyan, beliau menyampaikan bahwa fasilitas Pemkab Purwakarta dalam membangun perpustakaan dapat membantu mengembangkan literasi.
“Purwakarta itu memiliki perpustakaan yang sangat bagus rapih dan masuk skala nasional, yaitu adanya Diorama Nusantara dan Diorama Purwakarta, dan bisa dikatakan sudah bisa menjawab tantangan zaman sekarang, kajian literasi seperti ini sangat bermanfaat sekali, apalagi dengan mendatangkan beberapa tokoh agama dan masyarakat, bisa duduk bersama mengkaji, saling melengkapi antar satu dengan yang lainnya,” ungkapnya.
Demikian pula Kang Rafli selaku Mudir JATMAN Purwakarta yang menegaskan bahwa di masa hidupnya Syekh Baing Yusuf, kisaran tahun 1800-1850 Purwakarta termasuk pusat peradaban Islam ditandai dengan banyak ulama skala nasional dan dunia yang terlahir dan berguru kepada Syekh Baing Yusuf.
“Pada masa hidup Syekh Baing, Purwakarta di masa keemasan dalam keilmuan karena menjadi pusat atau pilar ulama-ulama nusantara, boleh dikatakan madinatul ilmi-nya Nusantara, sebagaimana yang pernah kita kaji sejarah dan manuskripnya oleh Dr. KH. Ahmad Ginanjar Sya’ban, MA,” ungkap Badal Talqin Thariqah Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah tersebut.
Kang Rafli juga mengingatkan bahwa dengan keterbataan fasilitas, Syekh Baing Yusuf berhasil menjadi Mahaguru Ulama Nusantara.
“Pelajarilah keilmuan yang telah beliau tinggalkan untuk generasi berikutnya supaya bisa lebih baik lagi dan semakin berkah manfaat,” tambah Kang Rafli.