Bulan Ramadhan Usai, Kiai Zakky Ingatkan Agar Tetap Konsisten Beribadahnya

April 23, 2024 - 13:21
 0
Bulan Ramadhan Usai, Kiai Zakky Ingatkan Agar Tetap Konsisten Beribadahnya

Jakarta, JATMAN Online – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH. Zakky Mubarak, MA membahas amaliah pasca atau setelah Ramadhan.

Kiai Zakky menyampaikan usai berpuasa Ramadhan sebulan penuh, umat Islam diarahkan agar mengevaluasi diri, sampai sejauh mana ibadah itu dapat membentuk dirinya menjadi insan yang bertakwa.

"Puasa Ramadhan seharusnya dapat mengubah sikap dan perilaku manusia muslim menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih produktif. Amaliah pasca Ramadhan, merupakan suatu indikator mengenai berhasil atau tidaknya pembinaan pribadi dalam ibadah puasa yang lalu," ucapnya.

Kiai Zakky menjelaskan bahwa apabila ibadah itu memberikan dampak yang positif, tentunya segala kegiatan yang dilakukan dalam bulan Ramadhan akan diikuti dan dibiasakan dalam bulan-bulan berikutnya sampai Ramadhan yang akan datang.

"Amaliah pasca Ramadhan hendaknya diisi dengan kebiasaan-kebiasaan yang diamalkan dalam bulan Ramadhan sesuai dengan syariat Islam," tulis Kiai Zakky diakses JATMAN Online, Selasa (23/04/2024) dalam akun facebook Zakky Mubarak Syamrakh.

"Pada malam-malam Ramadhan, kita melaksanakan shalat Tarawih dan shalat Witir. Shalat seperti itu kita lakukan juga dalam bulan-bulan lain yang disebut dengan shalat Tahajud dan shalat Witir. Mengerjakan shalat Tahajud, utamanya dilakukan setelah lewat tengah malam dan telah tidur atau setelah masuk dua pertiga malam," imbuhnya.

Disebutkan dalam al-Qur’an: “Dan pada sebagian malam, shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (QS. al-Isra, 17:79).

Dosen Senior Universitas Indonesia ini memaparkan shalat Tahajud merupakan shalat sunnah yang sangat istimewa, ia merupakan shalat sunnah yang syariatnya disebutkan dalam al-Qur’an, sebagaimana disebutkan di atas.

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan keutamaan shalat ini dalam hadisnya. Tatkala Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam ditanya: “Apakah shalat yang paling utama selain shalat lima waktu?”. Nabi menjawab: “Shalat pada waktu tengah malam”… (Hadis Shahih, riwayat Muslim: 1983). Shalat Tahajud, sebagaimana shalat Tarawih, ditutup juga dengan shalat Witir.

Kiai Zakky juga menjelaskan bahwa shalat Witir sebagai penutup shalat Tahajud, boleh dilakukan dengan satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat atau lebih dari itu, asal rakaatnya ganjil. Rasul Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Witir itu adalah hak, siapa yang suka mengerjakannya dengan lima rakaat maka kerjakanlah, siapa yang suka mengerjakannya dengan tiga rakaat maka kerjakanlah, siapa yang suka mengerjakannya dengan satu rakaat maka kerjakanlah,”. (Hadis Shahih, riwayat Abu Dawud: 1212 dan al-Nasa'i: 1692).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan ‘Aisyah r.a. disebutkan: “Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam shalat sebe¬las rakaat di antara setelah shalat Isya sampai terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua rakaat (shalat Tahajud) dan ditutup dengan satu rakaat (shalat Witir)…”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 5835 dan Muslim: 1216).

"Dalam ibadah puasa, disyariatkan agar melakukan makan sahur yang dikerjakan kira-kira satu atau setengah jam sebelum Shubuh. Kegiatan ini membiasakan kita untuk bangun seperti waktu sahur tadi, meskipun di luar bulan Ramadhan. Hal itu hendaknya dipergunakan untuk melaksanakan shalat Tahajud dan shalat Witir, dilanjutkan dengan membaca doa dan beristighfar sebelum Shubuh," jelasnya.

Menurutnya, waktu seperti itu merupakan saat yang baik (mustajab) untuk memohon pada Allah subhanahu wa ta’ala. Dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Shubuh, sehingga shalat Shubuh di luar bulan Ramadhan tidak pernah tertinggal.

Membaca al-Qur’an dan tadarus, lanjutnya, merupakan kegiatan rutin yang kita kerjakan di bulan Ramadhan. Pada bulan-bulan lain, hendaknya kebiasaan itu kita rutinkan dengan mendalami ajaran al-Qur’an dan memahami isinya, selain membacanya seperti yang sudah dilestarikan.

"Dengan kegiatan ini diharapkan, manusia muslim dapat memahami al-Qur’an dengan baik dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi setiap pribadi muslim, untuk meniti kehidupannya agar mencapai kesuksesan yang agung pada masa kini dan masa depan," ujarnya.

Kiai Zakky mengingatkan bahwa kebiasaan bersedekah dan membantu fakir dan miskin dalam bulan Ramadhan, hendaknya dilanjutkan juga dalam bulan-bulan lain. Dengan ibadah puasa dan kebiasaan bersedekah akan mening¬katkan solidaritas yang tinggi terhadap orang-orang fakir, miskin, anak-anak yatim, orang tua dan para jompo.

"Ajaran Islam sangat mementingkan hal ini, sebagaimana tercantum dalam berbagai ayat al-Qur’an seperti surat al-Ma’un dan surat-surat lainnya. Dalam surat al-Ma’un disebutkan bahwa orang-orang yang menga¬baikan orang-orang miskin dan menelantarkan anak-anak yatim digolongkan sebagai pendusta agama," ungkapnya.

Kiai Zakky berpesan di luar bulan Ramadhan disyariatkan kepada kita agar melaksanakan puasa sunnah, sehingga ibadah itu rutin kita laksanakan dan menyatu dengan kehidupan kita. Di bulan Syawal disyariatkan puasa sunnah enam hari, pada bulan lain disyariatkan puasa sunnah setiap hari Senin dan Kamis serta puasa Ayyamul Baidh (puasa pada hari putih), yaitu puasa pada tanggal 13,14 dan 15 setiap bulan dalam tahun Hijriyah.

"Puasa Arafah pada bulan 9 Dzul¬hijjah, dan puasa-puasa sunnah lainnya. Amaliah pasca Ramadhan pada dasarnya adalah pelestarian aktifitas Ramadhan, yang dapat diterapkan pada bulan-bulan lain, sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah," pungkasnya.