Wafatnya KH. Abdul Hamid Husen, Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah

Jakarta Selatan, JATMAN Online – Telah kembali keharibaan Allah Ta’ala seorang ulama kharismatik, Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah pada pukul 15.00 di hari ke-3 Idul Fitri 1443 H atau pada Hari Rabu (04/05) di Kota Jakarta Selatan, KH. Abdul Hamid Husen yang dikenal dengan keramahan serta sangat arif bijaksana berdakwah menebar Islam Aswaja An-Nahdliyah. Ia merupakan ulama yang membimbing masyarakat sekitar Jalan Haji Samali, Pasar Minggu.
Almarhum KH. Abdul Hamid Husen mendapat ijazah Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah dari gurunya Syeikh Muslih bin Abdurahman Al-Maraqi, Syeikh Abdul Lathif Banten, Syeikh Abdul Al-Waqit Syeikh Abdul Karim Syeikh Ahmad Khatib As-Sambasi.
Sanad Thariqah tersebut sampai kepada Syeikh Imam Musa Al-Kazim bin Syeikh Imam Ja’far As-Shadiq bin Syeikh Imam Muhammad Al-Bagir bin Syeikh Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein (Cucu Rasulullah SAW) bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bogor, Gus Turmudi Hudri menceritakan kenangannya dengan Almarhum.
“Kami direkomendasikan oleh Abah KH. Lukman Hakim, PhD. Pimred Cahya Sufi yang saat ini merupakan Pimpinan Ponpes Ma’had Aly Roudhotul Muhibbin Caringin Bogor. Abah Kiai Hamid sapaan akrab kami langsung mengetahui dan cerita tentang Keluhuran Mama KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan saat kami sowan bersama putra bungsu Mama Abdullah bin Nuh, yakni KH. M. Mustofa ABN (Rois Syuriah Kota Bogor), beliau mengajak kami (Turmudi Hudri) untuk ikut ngaji rutin setiap Senin malam kitab Sirrur Asror karya Syekh Abdul Qodir Jaelani yang dimulai pengajiannya berawal jam 10 malam lanjut waktu berikutnya tengah malam sampai menjelang subuh,” Tuturnya kepada Jatman Online.
“Pengajian ini khusus, tidak boleh ada yang ngantuk atau becanda. Rata-rata dihadiri alumni Al Azhar Mesir sampai tingkat S3. Kami duduk mendengarkan beliau Sambil mengoreksi bacaan kitab yg dibaca alumni Al Azhar Tersebut. Abah Kiai Hamid yang saya kenal walau beliau seorang ‘alim, namun menghadapi pertanyaan orang awam dari kami selalu menyesuaikan dengan gaya santai penuh kehangatan,” Lanjutnya.
Dalam kenangannya bersama Almarhum, Gus Turmudi juga menceritakan bahwa pernah suatu ketika ia mengajukan keinginannya untuk melaksanakan ibadah umroh atau haji. Kemudian Almarhum memberikan ijazah kepadanya untuk membaca Surat Yasin, dan jika masih belum bisa ke Mekkah, ia diminta untuk membaca Surat Al-Waqi’ah.
“Dan kalau juga masih belum coba saja Jual surat tanah.” Kenang Gus Turmudi menirukan candaan Almarhum Kiai Hamid Husein.
“Alhamdulillah sebulan atau dua bulan berikutnya saya pun bisa umroh pertama, dan selanjutnya hingga bisa berhaji ke baitullah padahal hal yang mustahil pada kondisi kami saat itu.” Tambahnya.
Semasa hidupnya, KH. Abdul Hamid Husen mendirikan Majelis Ta’lim dan Zikir yang diberi nama Ikhwanusshofa yang mendakwahkan Islam ala Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang Rahmatan lil ‘ālamīn.
Kegiatan di dalamnya seperti pengajian dengan pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw. serta Mahallul Qiyam berdampak pada aspek spiritualitas masyarakat sekitarnya. Karena itu sampai sekarang jama’ahnya pun semakin banyak.
KH. Abdul Hamid Husen juga mengisi majelis dengan membaca kitab Risalatul Mu’awanah karangan Al-Habib Alwi Al-Haddad shohibur rotib, kemudian memimpin bacaan Manaqib dan kitab turots lainnya. Kegiatan rutin majelis ini setiap Hari Kamis (malam Jum’at) dan pengajian akbar setiap tiga bulan sekali.
Jamaah pengajiannya diperkirakan ribuan orang, hal ini terbukti ketika kegiatan rutin setiap tiga bulan selalu membludak. Para anggota maupun jama’ahnya pun beraneka ragam latar belakang. Dari kalangan Asatidz, ada yang pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, maupun pekerja kantoran. Adapun jama’ah dari kalangan millennial kebanyakan adalah mahasiswa dan mahasiswi sekitar Jakarta.
Kini sang mursyid telah tiada. Namun semoga amalnya dan khidmahnya di masyarakat akan selalu menjadi ladang jariyahnya sepanjang masa.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan
Editor: Khoirum Millatin