Sistem Pendidikan Pesantren Dikagumi oleh Ulama Besar Al-Azhar

Jakarta, JATMAN Online – Sistem pendidikan pesantren tradisional di Indonesia di kagumi oleh Ulama Besar Mazhab Syafi’i dari Al-Azhari Mesir Syekh Abdul Aziz al-Syahawi. Sebab, kehadirannya di beberapa pesantren disambut dengan penghormatan luar biasa.
“Dari pesantren-pesantren yang sudah beliau singgahi, beliau mendapatkan tarhib sambutan dan penghormatan yang luar biasa. Beliau juga menyaksikan adab yang luhur, juga tradisi keilmuan yang mendalam,” tulis Ahmad Ginanjar Sya’ban, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir yang mendampingi safari dakwah Syekh al-Syahawi di Indonesia, Kamis (21/7).
Dosen Fakultas Islam Nusantara Unusia itu mencatat, bahwa tradisi keilmuan Islam yang berkembang di pesantren-pesantren tradisional (NU) seperti Pesantren Lirboyo, Pesantren Sarang, Pesantren Langitan memiliki akar dan koneksi dengan khazanah turots (karya-karya ulama klasik) lintas generasi. Artinya, pesantren menjadi laboratorium literatur dan karya-karya keilmuan Islam yang ditulis oleh para ulama besar lintas abad dan generasi.
Literatur keilmuan tersebut, lanjutnya, saling terhubung dan tersambung satu sama lain. Ia mengibaratkan sebuah pohon keilmuan yang menjulang tinggi, dengan akar yang mendalam, dan ranting dahan yang berjalinan.
Hal demikian ini mirip dengan apa yang berlangsung di Al-Azhar. “Tradisi keilmuan di pesantren tradisional (NU) yang demikian ini adalah sama halnya dengan yang juga berkembang di institusi Al-Azhar Mesir pada zaman kemegahan dan keemasannya,” jelasnya.
Ia mencontohkan tradisi hafalan yang masih diterapkan baik di pesantren maupun di Al-Azhar. Pun pengajaran kitab-kitab klasik karya para cendekiawan Islam dahulu.
Selain itu, di pesantren-pesantren tradisional NU, kitab-kitab karya ulama Al-Azhar lintas generasi masih dipelajari hingga saat ini. Misalnya, kitab-kitab karya Syekh Ibn Hajar al-Asqalani, Syekh Zakariya al-Anshari, Syekh Syams al-Ramli, Syekh Taj al-Subki, Syekh Jalal al-Mahalli, Syekh Jalal al-Suyuthi, Syekh al-Isnawi, al-Qulyubi, al-Dimyathi Syatho, al-Syarqawi, al-Dasuqi, al-Bajuri, al-Inbabi dan lain sebagainya.
“Bagi generasi pra-millenial, nama-nama ulama tersebut di atas banyak dijadikan sebagai nama orang-orang pesantren,” katanya.
Menurut Syekh Abdul Aziz al-Syahawi, di Mesir sendiri secara umum, tradisi ini sudah mulai punah. Kuttab-kuttab (lembaga semacam pesantren tradisional di Mesir) yang dahulu menjalankan tradisi hifdzul mutun dan mengaji kitab-kitab klasik sudah tidak seperti dulu lagi.
“Yang tersisa dari kuttab-kuttab tersebut hanya sebagai tempat menghafal al-Quran bagi anak-anak dan mempelajari dasar-dasar keilmuan agama Islam,” tulis Alumnus Al-Azhar itu mengutip pandangan Syekh As-Syahawi.
- Baca Juga: KH. Afifuddin Muhajir Bertemu Ulama Mesir
Namun demikian, tulisnya, sejak kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini, institusi Al-Azhar Mesir di bawah kepemimpinan Grand Syekh Ahmad al-Thayyib, kembali merevitalisasi tradisi keilmuan Islam klasik ini.
Sejak masa Syaikh Ahmad al-Thayyib, halaqah-halaqah keilmuan dan majelis talaqqi kitab-kitab klasik mulai kembali semarak. Hal yang sama juga untuk tradisi “hifzhul mutun” dan tradisi mensyarah kitab-kitab turots.
Karenanya, Syekh al-Syahawi mengatakan, bahwa tradisi keilmuan di pesantren merupakan gambaran yang dilakukan para ulama terdahulu.
“Tradisi keilmuan yang berkembang di pesantren-pesantren NU di Indonesia adalah cerminan dari tradisi keilmuan Islam klasik di Al-Azhar Mesir,” ucap ulama pakar fiqih itu.
Syaikh Abdul Aziz al-Syahawi juga sangat mengapresiasi terhadap tradisi kepengarangan, ta’lif dan syarah kitab yang masih berkembang dan dilestarikan oleh beberapa ulama pesantren NU di Indonesia.
“Hal ini mengukuhkan jika pesantren NU di Indonesia benar-benar menjadi penjaga tradisi peradaban dan keilmuan Islam selama berabad-abad lamanya. Tradisi ta’lif dan syarah kitab-kitab klasik adalah bagian terpenting dalam bentangan sejarah peradaban dan keilmuan Islam” ungkapnya.
Diketahui, pada pagi hari Kamis itu, Syaikh Abdul Aziz al-Syahawi dihadiahi beberapa buah kitab karya Kiyai Ahmad Fakhrur Rozi (pengajar di Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang). Di antara kitab karya beliau adalah “al-Faidh al-Rahmani fi al-Tsabat al-Maimuni” (الفيض الرحماني في الثبت الميموني) yang berisi himpunan sanad (tsabat) keilmuan KH. Maimoen Zubair (w. 2019).
Kitab lain karya Kiyai Fakhrur Rozi yang dihadiahkan adalah “al-Nafahat al-Maimuniyyah fi Syarh al-Syamail al-Muhammadiyyah” (النفحات الميمونية في شرح الشمائل المحمدية) yang merupakan penjelasan (syarah) atas kitab hadits “al-Syamail al-Muhammadiyyah” yang sangat populer.
Kiyai Ahmad Fakhrur Rozi menulis kitab “al-Dani fi Asanid al-Syaikh Khalil al-Bankalani” (الداني في أسانيد الشيخ خليل البنكلاني) yang berisi kajian atas sanad keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan (w. 1925).