Refleksi Akhir Tahun 2020, PBNU Ingatkan Kembali Kepada Jati Diri Bangsa

Jakarta, JATMAN.OR.ID – Menutup lembaran tahun 2020, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan butir-butir refleksi dan tausiyah kebangsaan. Butir refleksi tersebut meliputi politik kebangsaan, keadilan sosial, keadilan dan hukum, serta penanggulangan Pandemi Covid-19.
Di lansir dari situs resmi NU Online, refleksi dan taushiyah kebangsaan ini langsung disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa, (29/12). Refleksi ini juga disampaikan secara virtual melalui Youtube 164 Channel.
Politik kebangsaan Pada 2020 ini, Kiai Said mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih menyaksikan sikap intoleransi yang masih merebak. Bahkan cenderung meningkat. Oleh karena itu, PBNU mengingatkan semua pihak agar kembali kepada jati diri bangsa.
“Jati diri yang menghargai kemajemukan, pluralitas serta heterogenitas yang dirumuskan dalam konsensus agung bernama Pancasila yang dibangun di atas bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” tegas Kiai Said.
PBNU memandang bahwa perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa. Bukan justru dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan.
“Kebinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Kebinekaan tidak boleh menjadi anasir destruktif yang berkontribusi bagi rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa,” lanjutnya.
Di samping itu, PBNU juga mengingatkan bahwa demokrasi sebagai sistem untuk mewujudkan kesejahteraan publik berpotensi dibajak oleh gerakan apa pun. Baik gerakan fundamentalisme agama dan ideologi maupun fundamentalisme pasar.
Kiai Said menegaskan, kebebasan sebagai watak bagian demokrasi sudah memberikan panggung kepada kelompok radikal untuk mengeskpresikan pikiran dan gerakannya. Hal itu berpotensi merongrong NKRI melalui provokasi, permusuhan, dan juga terorisme.
Pada momentum revolusi 4.0 ini, iklim demokrasi salah satunya bertumpu pada digitalisasi. Ekspresi demokrasi dan politik diungkapkan melalui kanal-kanal media sosial. Dunia maya berkembang sangat pesat. Didalamnya berisi konten positif dan negatif.
“Sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, radikalisme, yang selama ini teresonansi gerakannya melalui medsos dapat diatasi dengan baik,” ungkap kiai kelahiran Cirebon itu.
Pada kesempatan itu pula, atas nama PBNU, Kiai Said menyampaikan duka sedalam-dalamnya dan memohon kepada Allah agar menerima segala amal bakti yang telah diberikan seluruh pahlawan kesehatan Covid-19.
“Pahlawan korban Covid-19 dari para dokter, paramedis, dan korban dari para ulama, pemangku pesantren, para kiai, dan pengurus NU. Juga kepada seluruh masyarakat yang telah meninggalkan dunia, mendahului kita semua akibat wabah ini,” katanya.
Di tahun 2021, PBNU berharap pemerintah dapat melaksanakan berbagai program yang telah dirancang dengan sangat baik dan secara konsisten.
“Semoga Indonesia selalu dijaga dan dipelihara oleh Allah dan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkas Kiai Said, saat membacakan butir-butir refleksi yang ditandatangani oleh dirinya dan Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini. [Ap]