Ngaji Intoleransi MATAN Pinrang

September 19, 2023 - 08:53
Ngaji Intoleransi MATAN Pinrang

Pinrang, JATMAN.OR.ID: Usai pembacaan Ratib al-Aththos yang dilaksanakan setiap malam Jumat, 17/12 dan dipimpin langsung oleh Ust. Abd. Rahim Hadi, M.Pd.I., PC. MATAN Pinrang menggelar pengajian dengan tema “Intoleransi”. Tema ini sengaja diangkat mengingat adanya sikap seorang atau kelompok muslim yang meninggalkan sikap tasamuh (toleransi) dalam beragama maupun bernegara.

Kali ini pemateri, Ust. Hardianto memberikan penjelasan tentang toleransi dengan mengutip Q.S. al-Kafirun/109:1-6, lebih khusus terjemahan ayat terakhir “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”. Bersikap tasamuh hanya sebatas pada aspek interaksi sosial atau kemaslahatan duniawi saja, tidak boleh menyentuh wilayah aqidah dan praktik hablun minallah.

Dilanjutkan dengan mengutip Q.S. al-Maidah/5: 48: “Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

Karenanya dalam konteks ke-Indonesia-an, “ukhuwah” menghimpun persaudaraan sesama Islam, persaudaraan sesama bangsa Indonesia, dan persaudaraan sesama manusia. Aplikasi penerapan persaudaraan telah banyak dijumpai pada kitab-kitab sejarah nabi, sahabat-sahabat, ulama, atau seorang tokoh berpengaruh seperti Gusdur. Melalui sejarah kita banyak belajar bertoleransi. Retaknya sebuah hubungan baik selaku makhluk beragama adalah sikap intoleran.

Kemudian dikutip pula dari buku Kemenag RI dengan judul Moderai Beragama bahwa: “Melalui sikap toleran dan saling menghargai secara substantif antar pemeluk agama, maka akan terwujud interaksi dan kesepahaman yang baik di kalangan masyarakat beragama sehingga bisa terwujud tata kehidupan yang aman, tenteram dan rukun.”

Toleransi sejati yang dimaksud di sini adalah toleransi yang tidak pasif dengan sekadar menghargai dan menghormati pemeluk keyakinan yang berbeda, namun juga aktif melakukan komunikasi, membangun kebersamaan dan kerjasama dalam kehidupan sosial budaya. Bangsa Indonesia harus mampu memelihara kebhinekaan melalui sikap toleransi aktif tersebut. Tanpanya, bangsa dengan banyak ragam keyakinan dan ratusan jenis suku atau etnis ini dapat hancur karena pertikaian.

Peran pemuda tarekat, tetap melaksanakan amalan dari mursyid, menampilkan akhlak terpuji kepada sesama manusia maupun alam, bermedsos sebagai sarana dakwah tarekat, dan membekali diri dengan ilmu.

Pada kesempatan kedua, Ust. Abd. Rahim Hadi, menyampaikan bahwa dalam menyikapi fenomena akhir-akhir ini, tentang kelompok yang lebih cenderung bersikap intoleransi, maka selaku pemuda tarekat agar banyak nyimak saja, jangan terlalu banyak berkomentar di medsos. Tetap ikut istiqomah dengan nasehat mursyid kita, dan senantiasa menjalin kebersamaan dan kekompakan.[Haris Ali]