Ihsan adalah Ruh Ibadah

September 20, 2023
Ihsan adalah Ruh Ibadah

Ihsan adalah alur yang harus ditempuh dalam perjalanan menuju Tuhan. Pada posisi ini, murid akan banyak menemui gangguan-gangguan yang dapat menghambat perjalanan tersebut, baik yang datang dari tipuan setan maupun dari akal wahmi.

Dengan bantuan ta’yid ilahi/kekuatan dari Allah Swt, maka kita akan dapat berjalan sehingga sampai kepada tujuan utama yaitu dekat dengan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an :

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

“Perbuatan baik tidak akan dibalas kecuali dengan pahala yang baik pula.” (Qs. Ar-Rahman: 60)

Ihsan dalam pembahasan ini menjelaskan antara Ibadah dan mu’amalah yang didasarkan atas musyahadah. Jika tidak demikian, maka kita tidak akan sampai pada apa yang dijanjikan yaitu wushul ilallah, sebagaimana firman Allah Swt,

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan (Qs. An-Nisa: 125).

Ia yang sesungguhnya menyaksikan Allah Swt., memelihara hak-hak-Nya, menyerahkan wujudnya bagi Allah Swt. serta mendirikan ta’at kepada-Nya. Maka Allah Swt. akan membalas dengan berbalik memperhatikannya dan memperbaiki urusannya. Allah Swt. juga akan selalu peduli padanya. Sebagaimana firman Allah Swt:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Ingatlah oleh kamu akan Aku, maka Aku akan mengingatmu” (Qs. Al-Baqarah: 152)

Artinya, selama hamba tersebut selalu merasa diawasi Allah Swt., memprioritaskan Allah di atas segala-galanya, maka Dia tidak akan segan untuk senantiasa hadir dalam setiap amalan-amalan yang dilakukan. Sebagaimana firman-Nya dalam hadis qudsi

“Aku duduk dengan orang yang mengingatkan dan dekat dengan orang yang berterima kasih kepadaku dan patuh kepada orang yang patuh kepadaku”

Untuk melatih Ihsan, maka murid perlu memahami tingkatannya sebagai berikut:

1. Ihsan pada Qasad

Qasad secara makna adalah niat. Ihsan pada qasad berarti mengokohkan niat dengan ‘azm yang didasari oleh ilmu dan membersihkannya dengan hal. Untuk itu, kita harus memiliki niat yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt dan diajarkan oleh Rasul-Nya melalui ulama. Mengokohkan niat dengan ‘azm artinya niat tersebut harus bersifat jazm, yaitu agar tidak bergeser kepada niat lainnya. Selain itu, kita juga perlu membersihkan qasad dari riya’, ujub, nifaq, menuntut kemegahan, menuntut imbalan dan ‘illat dengan menghadirkan syuhud agar qasadnya tidak melenceng kepada hal lain.

2. Ihsan Ihwal

Yaitu memelihara ahwal dari segala nafsu dengan menutup diri dari hal-hal yang dapat merusak keyakinan kita terhadap Allah Swt. Dengan demikian, ahwal bisa dibenarkan karena merupakan buah dari amal dan bukan semata-mata hanya sebagai pemberian. Oleh karena itu, kita harus melihat bahwa ahwal itu datang dari Allah Swt. sebagaimana ‘amal yang datangnya juga dari Allah.

Seseorang yang menutup ahwal, sesungguhnya karena ia menghindari diri dari perbuatan riya’ dan ‘ujub, untuk membersihkan diri dari campuran-campuran kebatilan dengan Ilmu Ma’rifat yang dapat diamati melalui wirid-wirid.

Adapun dampak dari wirid-wirid itu akan beragam, misalnya jika setelah dibacakannya wirid-wirid tersebut dapat menyebabkan gembira dan senang melakukan taat, maka ini merupakan warid malaki (bisikan malaikat). Jika bertambah keyakinan, maka ini merupakan warid Ilahi (bisikan Tuhan). Jika setelah melakukan wirid tersebut justru membawa kita kepada sifat-sifat negatif seperti malas, kacau-balau, banyak tidur, maka ini merupakan warid syaitani (bisikan setan). Dan jika wirid tersebut membawa kepada kelezatan dan syahwat-syahwat nafsu duniawi, maka ini merupakan warid nafsani, yang datangnya hampir bersamaan dengan lintasan-lintasan hati. Maka, cara kita untuk mengetahui asal wirid-wirid tersebut adalah dengan meminta bantuan dari mursyid, untuk menghilangkan mubham (keraguan) yang ada pada diri kita

3. Ihsan Waktu

Seorang hamba harus senantiasa bermusyahadah kepada Allah Swt. dan jangan ada kerlingan hati pada selain-Nya. Sebab dengan bermusyahadah, maka akan muncul Tajalli dalam rupa yang beragam dan tidak habis-habis. Namun, kita tidak boleh berhenti hanya pada rupa-rupa tersebut, karena setelah itu, muncullah Tajalli Zat dalam batin kita, sehingga tidak ada yang terlihat di dalamnya kecuali Zat. Maka, akan sampailah kita kepada Cinta Zat, Fana’ selain-Nya dalam Baqa’ dalam Wujud-Nya.

Wallahu A’lam Bisshawwab

Ditulis berdasarkan penjelasan Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy – Pimpinan Pusat Pengkajian Tauhid dan Tasawuf Se Asia Tenggara.

Penulis: Tgk Selamet Ibnu Ahmad (Pembantu MPTT-I Kec. Wih Pesam, Kab. Bener Meriah)
Editor: Khoirum Millatin