Gus Yunan Jelaskan Poin Penting dalam Berthariqah

Bekasi, JATMN Online – Pada kegiatan Halal Bihalal yang diadakan oleh pengurus JATMAN Bekasi di gedung Center Thariqah Kranji, Ahad (28/05), KH. Yunan Azkaruzzaman Ahmad, LC, M.Pd yang akrab dipanggil Gus Yunan menyampaikan dua katagori pendekatan ilmu thariqat yang ada dalam diri manusia yaitu ilmu Khudhuri dan ilmu Hushuli.
Gus Yunan menganalogikan, seorang guru meminta murid menuliskan kata lapar sebanyak seribu kali. Kemudian setelah selesai sang guru bertanya, apakah mereka lapar? lalu santri menjawab, “tidak”. Ini karena pembacaan dan penulisan sang santri hanya masuk dalam pikiran tapi tidak menyangkut di hati. Tapi kalau memakai pendekatan Khuduri, maka setiap kata dan tulisan akan masuk dalam hati manusia. Makna ringkasnya, Hushuli itu mencari keluar, sedangkan Khudhuri itu menggali,
Gus Yunan juga menegaskan bahwa setiap orang membutuhkan Murabbi yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam semua aktifitas. Murabbi tersebut mengajarkan zikir sekaligus berharap,bahwa itu bisa digunakan untuk menjawab setiap problem dalam realitas keseharian kita. Karena menurut Gus Yunan yang menukil salah satu pendapa ulama, kekalahan seorang salik itu ketika dia tidak mendawamkan zikirnya.
Dalam kajiannya, ulama yang juga menjabat sebagai pengurus Komisi Fatwa MUI itu juga menekankan pada tiga hal yang perlu menjadi titik poin setiap murid.
Pertama, Arbabul waqtu, yaitu orang yang mampu menguasai waktu atau orang yang mampu mengatur waktu. Jangan sampai kita terlena dengan masa lalu karena masa itu sudah terlewat. Fokuslah dengan masa sekarang yang hampir habis dan masa depan yang belum datang. Gunakan waktu sebaik-baiknya karena waktu adalah pedang, di mana ketika kita tidak mampu mengunakannya maka kita akan “habis”.
Kedua, Ashabul ahwali, adalah salik yang memiliki kondisi-kondisi tertentu yang dialami hati seorang karena kesucian hatinya, yang di peroleh tidak dengan jalan maqamat; mujahadah, ibadah, riyadhah dan ahwali; muraqabah, qarb, mahabbah, raja’ khauf, syauq, musyahadah, yaqin dan sebagainya. Dan ini diperoleh melalui proses memiliki mursyid. Imam Ibnu Atthaillah Assakandari berkata, “Jangan bersahabat/berguru kecuali dengan orang yang ucapannya mengantarkan kita kepada Allah Swt..
Ketiga, Arbabul anfaasi, adalah amalan orang-orang yang zikirnya sudah sirri. Zikir initidak menggunakan mulut, melainkan dzawq (perasaan) dan syu`ur (kesadaran) yang ada di dalam qalbu. Karenanya zikir ini menjadi tersamar (khafi) dan hanya pelaku serta Allah Swt. saja yang dapat mengetahuinya.