Cara Mencintai Nabi, Pemuda Desa Karang Konang Gelar Ngaji Budaya

Pati, JATMAN.OR.ID – Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah sosok manusia agung yang berakhlak sempurna dengan kesempurnaannya tersebut sudah seharusnya umat Muslim menjadikannya sebagai kiblat dalam berinteraksi baik vertikal maupun horizontal. Beragam pendekatan bisa dilakukan untuk meneladani akhlak Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam , salah satunya melalui pendekatan budaya, dan itulah yang yang dilakukan pemuda RT O1/02 desa Karang Konang Kecamatan Winong Kabupaten Pati.
Bertempat di musholla Wali Songo pemuda RT O1/02 desa Karang Konang mempelopori digelarnya acara bertajuk ngaji budaya pada Sabtu(13/11). Acara tersebut dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam . KH. Ilham Suprianto S.Pd..I, M.Si dan Ki Markonyik menjadi pemberi mauidzatul hasanah pada kesempatan tersebut.
- Baca Juga: Al-Fatihah ; Permulaan Suluk Cinta
Di hadapan sekitar lima ratusan warga Nahdliyyin desa Karang Konang dan sekitarnya memenuhi tempat yang disediakan panitia. Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul ulama (LDNU) kabupaten Pati memulai ngajinya dengan suluk dalang yang diiringi dengan tampilan grup Rabana Nusantara dari desa Lembah, Gabus.
“Cara sederhana untuk menakar rasa cinta kita kepada Kanjeng Nabi adalah dengan menghitung berapa kali kita bersholawat, jadi kalau merasa cinta kepada beliau perbanyaklah bersholawat”, terang Kyai yang akrab disapa Da’i Wayang Nusantara (DWN) tersebut.
Dengan gaya humor DWN juga memaparkan bahwa sudah seharusnya kaum wanita bersyukur dengan kelahiran Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam , yang telah mengangkat derajat dan martabat wanita ke tempat yang mulia.
“Ibu-ibu harus bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi, yang sudah mencanangkan emansipasi wanita dalam bingkai Islami”, pesan Kyai yang berasal dari Gunung Wungkal, Pati tersebut.
Sementara budayawan Pati, Ki Markonyik dalam paparannya menerangkan bahwa Rasulullah juga mengajarkan untuk menumbuhkan dan menjaga rasa cinta terhadap bangsa dan negara juga budaya lokalnya.
“Jangan sampai kita tercerabut dari akar budaya kita, untuk itu kita harus mencintai warisan budaya leluhur”, pesannya. (Bambang HS)