Wirid, Dzikir dan Doa Menurut Habib Luthfi Bin Yahya

September 24, 2023
Wirid, Dzikir dan Doa Menurut Habib Luthfi Bin Yahya

Pertanyaan: Habib Luthfi yang saya hormati, selama ini saya merasakan kegelisahan batin dalam diri saya, karena masih belum bisa membedakan wirid, dzikir dan do’a. Apakah ketika berdzikir dan wirid, bisa dikategorikan berdo’a, sehingga tidak perlu berdo’a lagi, begitu pun sebaliknya?

Jawaban Habib Luthfi: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Kata wirid berasal dari al warad, yang artinya ‘yang ada asal-usulnya.’ Maka dengan berdasarkan asal-usul tersebut, entah itu kalimat khususnya dari dari al-Qur’an, hadits atau kumpulan-kumpulan bacaan Baginda Nabi Muhammad saw yang diamalkan oleh para Sahabat dan para ulama sehingga menjadi bacaan rutinitas, bisa dikatakan itu sebagai kalimat wirid.

Wirid mencakup banyak hal dan wirid ini masih global. Pecahan dari wirid salah satunya adalah dzikir. Tidak semua wirid termasuk dzikir atau do’a, begitu pula sebaliknya. Karena bacaan wirid tidak mutlak berdzikir semata karena Allah swt, melainkan ada tujuan tujuan tertentu (hajat), kemudian meminta agar Allah swt mem percepat terkabulnya hajat itu dengan membaca aurad atau wirid tertentu. Selain itu, dengan membaca wirid, kita juga mendapatkan pahala besar di sisi-Nya.

Sementara dzikir tujuannya untuk mengingatkan manusia kepada sifat ke-Maha-an dan ke-Esa-an Sang Pencipta. Dengan bacaan dzikir, maka kita akan mentauhidkan ke-Esa-an-Nya, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kesyirikan, baik kecil maupun besar. Selain itu dzikir juga akan menumbuhkan kedekatan kepada Allah swt dan jikalau sudah merasa dekat, maka kita akan takut meninggalkan perintahnya, sehingga menimbulkan ketakwaan dan pada akhirnya melahirkan kecintaan kepada Allah swt.

Dzikir terbagi dalam beberapa macam. Ada dzikir khusus kepada Allah swt, yang mana hal ini disebut dzikrullah, dengan kalimat Laa ilaaha illallaah.’ Dzikrullah akan menimbulkan rasa cinta kepada Allah swt dan apabila telah ada rasa cinta, otomatis kita akan takut apabila meninggalkan perintah-Nya dan menjalanakan larangan-Nya. Selanjutnya, Allah swt. rasa takut ini akan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.

Kemudian dzikrun Nabi, yaitu dzikir khusus kepada Nabi Muhammad saw. Dengan dzikrun Nabi, kita akan melihat akhlak dan suri tauladan Baginda Nabi Muhammad saw, bagiamana ibadah dan mu’amalahnya. Sehingga diharapkan kita bisa mencontoh suri tauladan beliau saw, meskipun hal itu tidak mudah, mesti dicoba secara bertahap.

Berikutnya dzikrush shahabah, dzikir yang ditujukan kepada para sahabat Baginda Nabi saw. Dengan dzikir sahabat, kita akan melihat keteladanan para Sahabat yang hidup pada masa dan bersama Nabi Muhammad saw dalam berjuang mensyi’arkan Islam. Sesungguhnya mereka adalah orang yang paling beruntung dapat berjumpa dan hidup bersama Baginda Nabi saw. Ketaatan para Sahabat kepada Allah swt dan Rasul-Nya diharapkan menginspirasi kita untuk mengikuti mereka, walaupun tidak seutuhnya dapat kita tiru.

Dan terakhir dzikrul ulama, dzikir kepada para ulama. Dengan dzikir ini, kita akan melihat keshalihan para ulama dan kemulian hidupnya di sisi Allah swt, yang meneruskan perjuangan Baginda Nabi saw dan para Sahabat sehingga diharapkan kita bisa meneladani dan mengikutinya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi saw: Dzikrush shalihin tunazzilurrahmah,’ yang artinya ‘mengingat kehidupan orang-orang shaleh, akan menurunkan rahmat Allah swt.’

Adapun do’a belum tentu berdzikir, namun dalam do’a terdapat kalimat dzikir, seperti ‘Allahumma,’ yaitu asma (nama-nama) Allah swt. yang termasuk dzikir. Dalam do’a tersebut ada munajat dan sementara melakukan wirid atau berdzikir belum tentu yang permohonan, ada hajat atau permohonan kepada Allah swt, namun biasannya para ulama dan salafunasshalihin berdo’a dengan mendahulukan kalimat wirid, seperti ‘Yaa Hayyu, Yaa Lathif atau membaca dzikir ‘Laa ilaaha illallaah,’ semata bentuk ketaatan agar semakin dekat kepada Allah swt.

Selain menunjukkan hajat seseorang kepada Allah swt, berdo’a juga memiliki makna lain, yaitu dengan berdo’a menunjukkan kelemahan pribadinya sebagai manusia, ketidakmampuannya, walaupun ia seorang yang sangat hebat, cantik, tampan, pandai, kaya dan ibadahnya luar biasa hebatnya. Sifat meminta kepada Allah swt itu suatu keniscayaan, karena menunjukkan kelemahannya sebagai seorang hamba. Tidah ada ke mampuan atas dirinya tanpa pertolongan Allah swt dan do’a menempatkan manusia sebagai hamba yang dhaif serta lemah.

Jadi sangat berbeda wirid, dzikir dan do’a, namun ketiganya berkaitan. Dzikir mendukung do’a, begitu juga dengan wirid. sangat Tinggal bagaimana menggunakan wirid yang berbentuk dzikir, seperti Asmaul Husna atau kalimat do’a yang lainnya.

Sumber: Umat Bertanya Habib Luthfi Menjawab