Wirid dan Manfaatnya

Wirid adalah perbuatan seorang hamba yang berbentuk ibadah lahir dan batin serta dilakukan secara tetap dan tertib. Wirid ini juga termasuk zikir yang dikerjakan terus-menerus dan tidak pernah ditinggalkan.
Orang yang melaksanakan wirid dalam ibadah adalah orang yang memelihara hubungannya dengan Allah secara tetap dan dalam waktu yang tetap pula.
Untuk menjaga keistiqamahannya, dalam keadaan apapun dan di manapun, ia harus senantiasa menjaga ibadah rutinnya itu dengan baik serta selalu membasahi jiwa dan lisannya dengan zikrullah.
Karena dikerjakan secara rutin, maka ibadah tersebut sudah menjadi kebiasaan, dikerjakan dengan senang hati dan dapat dirasakan kenikmatannya.
Lantas, dengan terbiasanya melakukan wirid, maka orang tersebut akan memperoleh al-Warid, yaitu karunia Allah yang ditancapkan ke dalam batin si hamba melalui nur yang halus, yang bersinar- sinar dan merasuk ke dalam dadanya.
Semua itu merupakan anugerah dari Allah Swt. yang wujudnya terpancar dalam ibadah si hamba berupa penjelasan, nurullah, kenikmatan merasakan ibadah, hidayah dan taufiq.
Menghidupkan wirid dalam hidup seorang hamba sangat diperlukan agar si hamba tetap dapat tersambung dengan Allah di waktu-waktu yang sudah ditentukan oleh si hamba sendiri. Sebab, amal ibadah yang paling baik ialah yang dikerjakan terus menerus, walaupun sedikit (kecil). Amal seperti ini sangat disukai oleh Allah Swt.
Diriwayatkan bahwasanya seorang ahli makrifat yang bernama Al-Jundi telah membiasakan dirinya membaca al-Qur’an dalam waktu yang sudah ia ditetapkan. Sehingga ketika ia wafat, Allah Swt, menakdirkannya dengan bertepatan ketika menghatamkan al-Qur’an.
Disebutkan juga dalam beberapa riwayat oleh Abu Qasim ad-Daraj, bahwa Al-Jundi adalah seorang ahli makrifat yang senang beribadah dan mewiridkan ibadah-ibadahnya itu, sehingga ia mendapat inayah melalui wasilah wirid tersebut.
Abu Talib al-Makky berkata,
“Orang yang senantiasa men-dawam-kan (membiasakan ibadah rutin), termasuk akhlak orang beriman dan jalan para abidin. Sebab, cara ini dapat memperkokoh iman, termasuk hal ini juga yang menjadi amalan Rasulullah saw.”
Di samping wirid yang dikerjakan secara tetap dan tertib, seorang hamba memerlukan imdad, artinya wirid yang tidak terputus-putus dan yang dipersiapkan.
Dengan persiapan melalui wirid ini, barulah al-Warid itu masuk menjadi hiasan kalbu para ahli makrifat. Maka, tanpa wirid tidak akan memperoleh al-Warid.
Syekh Ahmad Athaillah menjelaskan,
وُرُوْدُ الإِمْْدَادِ بِحَسَبِ الإِسْتِِعْدَادِ وَ شُرُوْقُُ الأَنْوَارِعَلَى حَسَبِ صَفَاءِ الأََسْرَارِِ
“Masuknya imdad itu berdasarkan persiapannya (wirid), dan munculnyanya cahaya (nur) bedasarkan bersihnya hati (sirr) pula.”
al-Warid dapat memasuki hati dan rasa seorang hamba, apabila hati si hamba tersebut telah bersih dari pengaruh duniawi yang meresahkan dan mengendorkan iman.
Dengan demikian, hati akan menjadi bersih oleh wirid yang dilakukan secara terus-menerus oleh si hamba. Sebab itu, memelihara terlaksananya wirid sangat diperlukan bagi terangnya hati manusia untuk memperoleh nurullah.
Penulis: Tgk Selamet Ibnu Ahmad (Pembantu MPTT-I Kec. Wih Pesam, Kab. Bener Meriah)
Editor: Khoirum Millatin