Sufi di Dunia Melayu Jadi Inspirasi Para Pencari Kebenaran dan Penuntut Ilmu
Thailand, JATMAN Online – Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr. Rosihon Anwar menjelaskan salah satu ciri pemikiran Islam Melayu adalah penekanannya pada kasih sayang, toleransi, dan keadilan sosial. Ajaran Islam tentang kasih sayang dan kesetaraan sangat sejalan dengan etos Melayu tentang keharmonisan komunal dan rasa hormat terhadap semua orang.
Menurutnya, para sarjana Melayu telah mengembangkan penafsiran hukum Islam yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan unik masyarakat mereka, dengan memastikan bahwa agama tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman.
"Sementara para sufi di dunia Melayu menghasilkan karya-karya yang sangat indah dan berwawasan spiritual, menginspirasi generasi-generasi para pencari kebenaran dan penuntut ilmu," jelasnya.
Rekotr menyampaikan bahwa bukti sejarah menggarisbawahi ikatan yang mengakar di antara masyarakat Islam Melayu. Penyebaran Islam ke seluruh wilayah, yang difasilitasi oleh perdagangan dan migrasi, menghasilkan warisan bahasa, budaya, dan agama yang sama.
"Kesamaan ini memupuk rasa solidaritas dan saling mendukung, sehingga memungkinkan kawasan ini mampu menghadapi berbagai badai tantangan,” katanya dilansir dari laman resmi Kemenag.
Hal tersebut disampaikan Rekor UIN Sunan Gunung Djati Bandung saat sambutan pada acara International Conference on Islam in Malay World XIII (ICON-IMAD XII 2024) dari tanggal 29-31 Juli 2024.
Untuk mempertahankan dan memperkuat persaudaraan Islam Melayu regional, lanjutnya, diperlukan pendekatan multi-sektoral. Pertama, kita harus berinvestasi dalam program pendidikan dan pertukaran budaya untuk menumbuhkan pemahaman bersama tentang sejarah, agama, dan nilai-nilai.
"Kedua, inisiatif kerja sama ekonomi harus diprioritaskan untuk menciptakan manfaat nyata bagi masyarakat di Kawasan Asia Tenggara. Ketiga, organisasi masyarakat sipil harus diberdayakan untuk berperan dalam mendorong kemandirian dan kemajuan," paparnya.
Rektor mengingatkan penting untuk ditekankan bahwa persaudaraan ini bukan tentang eksklusivitas tetapi inklusivitas. Ini tentang membangun jembatan, bukan tembok. Hal ini juga tentang memanfaatkan kekuatan keberagaman untuk menciptakan wilayah yang lebih harmonis dan sejahtera.
"UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia, selalu siap untuk melestarikan tradisi kerjasama regional yang sudah bagus ini. Hal ini pun dapat dilanjutkan dengan berbagai bidang yang berkaitan dengan dharma (ihsan) perguruan tinggi bagi masyarakat, seperti pengabdian kepada masyarakat, penyebaran inovasi, dan raihan prestasi lainnya," ucapnya.
Persaudaraan Islam Melayu daerah merupakan aset berharga yang harus dijaga dan dipupuk. Ini adalah landasan di mana kita dapat membangun masa depan yang bercirikan perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bersama.
"Dengan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa warisan nenek moyang kita terus menginspirasi dan mempersatukan kita untuk generasi mendatang," pungkasnya.
Rector mengucapkan ucapan terimakasih kepada Tuan Rumah acara ini yang telah bertungkus-lumus dengan berbagai persiapannya menyukseskan ICON-IMAD ke-13 di Thailand.
"Semoga menjadi berkah untuk semua. Saya ucapkan juga terimakasih dan selamat berjumpa kepada rekan-rekan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Semoga kerjasama kita terus berkelanjutan dengan penuh keberkahan,” ujarnya.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung memberangkatkan 32 orang, peneliti dengan membawakan 22 paper dalam ICON-IMAD ke-13.
"Kita berkumpul hari ini untuk memancarkan kembali kecemerlangan intelektual Islam Melayu. Di atas hamparan permadani yang ditenun dari benang kebijaksanaan Al-Quran dan kekayaan budaya Melayu, tradisi intelektual seperti ini telah menjadi mercusuar selama berabad-abad," ungkapnya.