Harlah ke-101 NU Dibuka dengan Istighatsah di Ponpes Sunan Pandanaran Yogyakarta, Ini Pesan Ketum PBNU

Januari 29, 2024 - 03:22
Januari 29, 2024 - 06:42
Harlah ke-101 NU Dibuka dengan Istighatsah di Ponpes Sunan Pandanaran Yogyakarta, Ini Pesan Ketum PBNU

Yogyakarta, JATMAN Online – Rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU dibuka dengan istighatsah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, pada Ahad (28/1/2024).

Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 101 tahun pada 16 Rajab 1445 H yang bertepatan dalam penanggalan Masehi pada 28 Januari 2024. Istighatsah ini dipimpin oleh Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan ditutup dengan doa oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam sambutannya menyampaikan bahwa istighatsah ini merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta.

"Kita jadikan ini sebagai penanda saja untuk hari lahir NU Ke-101 ini. Sesudah ini kita akan terus beristighatsah dengan cara apa pun yang mungkin demi maslahat NU, demi maslahat Islam, demi maslahat negara bangsa Republik Indonesia, demi maslahat kemanusiaan seluruhnya," kata Gus Yahya dilansir NU Online.

101 tahun perjuangan NU rasanya sudah lama, kata Gus Yahya, tetapi sebetulnya belum apa-apa. Sebab, ia mengingatkan bahwa perjuangan NU diniatkan untuk selama-lamanya.

"Karena maksud dan ghirah (semangat) dari para muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama, para pemimpin Nahdlatul Ulama adalah perjuangan dengan Nahdlatul Ulama ini selama-lamanya ila yaumil qiyamah (sampai hari kiamat)," ucap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Gus Yahya menegaskan bahwa NU ini didirikan untuk niat akhirat dan dengan harapan-harapan akhirat. Karenanya, dalam memutarkan roda organisasi ini dilakukan dengan cara mengupayakan pelaksanaan dari tuntunan-tuntunan agama Allah.

"Itulah sebabnya sejak didirikan hingga sekarang tidak ada satu pun, tidak ada satu pun keputusan Nahdlatul Ulama kecuali didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan agama, pertimbangan-pertimbangan syariat, pertimbangan apa yang benar, apa yang salah, apa yang baik menurut syariat," jelasnya.

Gus Yahya menjelaskan bahwa NU memiliki struktur kepengurusan yang disebut syuriyah yang terdiri dari para kiai ahli syariah yang secara khusus bertugas untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan syariat.

"Kalau Ketua Umum Tanfdiziyah seperti saya, apalagi cuma ketua PWNU kayak Kang Zuhdi itu, kita ini cuma pesuruh yang melaksanakan keputusan-keputusan syuriyah," jelasntya.

Gus Yahya mengungkapkan wewenang dari kepemimpinan Nahdlatul Ulama pada dasarnya adalah wewenang hukumah. Artinya, NU sebagai jam'iyah menjalankan fungsi imamah dengan wewenang sebagaimana wewenang imam.

"Yang dikatakan bahwa hukmul imam yarfa'ul khilaf, apapun pendapat kita masing-masing, apabila sudah ada ketentuan keputusan dari organisasi, maka semua perbedaan harus ditundukkan kepada keputusan organisasi itu," pungkasnya.

Setelah istighatsah, dilaksanakan pemotongan tumpeng oleh KH Miftachul Akhyar. Potongan tumpeng yang pertama diserahkan untuk Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, lalu potongan kedua diserahkan kepada Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, dan potongan ketiga untuk Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran KH Mu'tashim Billah secara berurutan.