Rais Syuriyah PBNU Ceritakan Kisah Syekh Fadhil yang Keliling Dunia Mencari Kitab Kakeknya

Cirebon, JATMAN Online – Dalam rangka safari dakwah Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani di Indonesia, salah satu agendanya bersilaturahim ke Pesantren Khas Kempek Cirebon Jawa Barat, pada Kamis (24/02).
Pengasuh Pesantren Khas Kempek KH M. Musthofa Aqil mendampingi cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di depan para jama’ah. Kiai Musthofa Aqil menceritakan perjalanan kisah Syekh kelahiran Turki itu berkeliling dunia untuk mencari sejumlah kitab kakeknya.
Dilansir dari NU Online, Menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, awalnya Syekh Fadhil didatangi oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kondisi antara tidur dan terjaga. Hal itu ia alami sampai lebih dari sepuluh kali. Dari perjumpaan dengan Syekh Abdul Qadir, Syekh Fadhil mengaku diberi mandat oleh sang kakek untuk mencari kitab karyanya yang tersebar di penjuru dunia.
Ketika telah yakin akan mimpinya, Syekh Fadhil pun memantapkan diri untuk melakukan amanah itu.
“Akhirnya, Syekh Fadhil bertekad untuk mewakafkan jiwa, pikiran, ilmu, dan hartanya untuk khidmah kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani (mencari kitabnya). Syekh Fadhil pun berkeliling (dunia) hingga 33 tahun untuk mencari kitab-kitab tersebut dan mendapat 114 judul kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jilani,” kata Kiai Musthofa.
- Baca Juga: Tasawuf dan Nilai Keadaban
Sedangkan keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani ada banyak di dunia ini, tapi hanya Syekh Fadhil yang mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas khusus ini.
“Padahal, cucu Syekh Abdul Qadir al-Jailani itu ada ribuan, di Makkah, Madinah, Syuriah, dan tempat lainnya,” ucapnya.
Kiai Musthofa menjelaskan, dari 114 judul kitab yang ditemukan, semuanya terdiri dari berbagai cabang disiplin ilmu agama seperti nahwu, sharaf, badi’, balaghah, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir dan lainnya. Dari total judul yang ada, hanya 28 yang masih bisa dicetak.
Dalam kegiatan itu Syekh Fadhil menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia. Ia menganggapnya sebagai negara kedua setelah tanah kelahirannya, yaitu Turki. Seiring berjalannya waktu Syekh Fadhil bahkan mengungkapkan kecintaannya kepada Indonesia semakin bertambah.
“Hampir 15 tahun saya berkunjung ke Indonesia dan menganggapnya sebagai negara kedua, tetapi mulai saat ini saya menganggap Indonesia adalah negaraku,” ucap Syekh Fadhil bangga dan disambut tepuk tangan para jamaah.
Ia mengaku, pada kunjungannya kali ini merasa lebih bahagia dibanding kunjungan-kunjungan sebelumnya. Sebab, kunjungan tersebut adalah yang pertama sejak pandemi Covid-19. Ia merasa sangat rindu kepada Indonesia dan orang yang dijumpainya saat ini, yaitu Kiai Musthofa.
Selain itu, alasan lain yang membuat ia sangat bahagia adalah karena Tafsir Al-Jilani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang ditahqiq langsung oleh dia sudah diterjemahkan semua ke dalam bahasa Indonesia sebanyak enam jilid dan kabarnya akhir bulan Februari ini sudah selesai cetak.
Dapat diketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Negara Turki. Beliau tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecilnya, beliau diasuh oleh kakeknya Syekh Muhammad Shiddiq Al-Jailani dan ayahanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani.