Habib Luthfi merupakan Deklarator MATAN (Mahasiswa Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nahdliyyah). Dikisahkan pada tanggal 2 Agustus 2009 ada beberapa mahasiswa yang menemui dan berdiskusi dengan beliau. Gagasan dan visi pergerakan mahasiswa tersebut disambut beliau dengan penuh apresiatif.
Bahkan setelah mendengarkan deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang cenderung radikal dan pragmatis, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan: “Kita dirikan MATAN”. Ditanya oleh Kang Hamdani “Apa MATAN itu Mbah?”, beliau menjawab “MATAN itu singkatan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah”.
Habib Luthfi pun berharap besar dengan MATAN, hingga beliau mengucapkan “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN!”.
Akhirnya berselang beberapa tahun, atas arahan dan masukan dari Habib Luthfi bin Yahya, deklarasi MATAN dapat dilakukan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 – 14 Januari 2012 M / 16 – 20 Shafar 1433 H.
Berikut ini merupakan pesan penting dan amanat yang disampaikan oleh Habib Luthfi kepada seluruh kader MATAN di Indonesia.
Adik-adik mahasiswa yang saya hormati, saya selaku orang yang mempunyai inisatif berdirinya MATAN sekaligus mempunyai tujuan MATAN. Agar membuat suatu haibah atas nama MATAN, saya berani membai‟at saudara-saudara hanya bersifat tabarukan saja, setelah saya mengambil bai‟at saudara agar terhindar dari dosa-dosa besar,hal tersebut kami menyadari bahwa saudara adalah kaula muda yang emosinya kadang belum terkontrol, adakalanya satu bulan diamalkan setelah itu seterusnya malah ditinggalkan, oleh karena itu saya selaku orang tua tidak membait saudara dengan bai‟at mutlak tetapi niat kita berthoriqoh dengan tabarukan, sewaktu-waktu kita tidak mengamalkannya niatnya saja tabarukan tidak berdosa.
Mahasiswa ada dua kalimat, pertama “maha” dan kedua “siswa”, dengan satu kalimat “maha” sudah menunjukan karakter intelektualitas, keilmuan, individu, kepribadian dan disilpin keilmuan, maka dalam kalimat “maha” menunjukan prilaku yang diberi ilmu sejauh mana membawa visi dan misi tersebut kedalam kesiswaan, kalimat “maha” bukan suatu yang wah sebab kalimat maha sudah diatas segalanya dan banyak digunakan untuk menjunjung sifat-sifat Allah SWT,Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha dari berbagai sifat kalimat“maha” peganti dari pada kalimat keagungan, kalimat “maha” itu tidak ada duanya.
Ke-maha-an yang ada dalam kesiswan ini adakah predikat simbolis? ataukah dengan dasar mengangkat nilai kemahanan tersebut kita mampu merealisasikanya dalam kehidupan sehari- hari, yang pertama hubungan dengan Allah SWT,rasul, para sahabat dan para ulama, yang menjadi penyambung dari ulama- ulama yang terdahulu, apa yang dibawa oleh para ulama terdahulu? dengan modal kemahaan yang istimewa sekali untuk menjabarkan ayat perayat dalam al-Quran, karena kalau kita tidak memiliki dengan istilah “maha”, sulit untuk bisa menafsirkan ayat ayat yang telah diturunkan oleh baginda Nabi SAW.
Thoriqoh ini bukan mengandalkan lafadz laaillaha illallah saja, kalau ideologi kita kuat adalah pembentukan SDM , sejauh mana kita bisa mengelola wafima rozaqnaakum, mestinya kalian harus berperan aktif untuk negara kita Indonesia, semua ini dipundak kalian, tolong jaga ke-maha-an ini karena apa adanya MATAN mau tidak mau walau pun kita pandai didunia kita pasti mengalami kekurangan, kelemahaan dan kemunduran. Maka dari itu dipundak kalian MATAN yang disiplin ilmu intelektual bisa menunjukan inilah ahli ushuluddin, orang-orang yang laaillaha illallah. Ahli thoriqoh itu ada di pundak kalian. Apakah kita menantikan belas kasihan orang lain? itulah harapan saya sebagai Rois Aam thoriqoh, tolong satu pesan saya cuma tiga kalimat “jangan kecewakan saya!!!”.
Malang, 19 Shafar 1433 H / 13 Januari 2012 M.
Sumber: SOP dan JUKNIS MATAN