Pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

September 19, 2023 - 23:37
Pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
Teknologi Metafisika Al-Qur’an

Salah satu fenomena Islam Indonesia sejak tahun 1990-an adalah adanya perdebatan pendapat di antara ilmuwan muslim terkait hubungan agama dan sains, yang memunculkan istilah-istilah seperti islamisasi ilmu pengetahuan, ilmuisasi islam, obyektifikasi islam, keserasian, ayatisasi, integrasi, integrasi – interkoneksi, dan lainnya.

Sejak era tahun 1970-1980-an mulai dikenal nama-nama seperti Rasjidi, Moenawar Chalil, Buya Hamka, Hidajat Nataatmaja, Kuntowijoyo, Mulyadhi Kartanegara, Amin Abdullah, hingga Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yang mempelopori gerakan agama dan sains ini dalam tiga agenda, yaitu politik penguatan identitas keislaman, semangat melawan sekulerisasi barat, dan sikap defensif yang merupakan bagian dari dakwah.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menggagas pemikiran melalui ilmu metafisika eksakta yang akan mampu menjelaskan apa sebenarnya agama itu. Misteri tentang agama yang misterius, mistis, tak terlihat, dll, bisa didekati dengan menggabungkan ilmu-ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll), agar agama lebih bisa diterima oleh pikiran manusia. Umumnya, ajaran agama sulit dipahami karena tidak ada penjelasan yang logis, sehingga iman umat manusia rentan untuk bergeser ke atheisme atau sekulerisme.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menggunakan teori metafisika dari perspektif sains, untuk menunjukkan ilmiahnya ayat-ayat Al-Qur’an, dan bukan hanya sekedar dogmatis.

Menurutnya ilmu metafisika eksakta sangat efektif untuk dipakai dalam menerangkan teori-teori ilmiah dari pelaksanaan teknis ilmu agama, termasuk di dalamnya bidang ilmu tasawuf dan sufi.

Baginya, metafisika adalah fisika di alam meta, merupakan suatu kenyataan tentang keberadaan (realitas) sesuatu secara eksak di alam meta (gaib, transenden, abstrak), maka pendekatan ilmiah dalam pembahasan yang bersifat pasti dan memiliki batasan tertentu, akan lebih mudah mendapat pengertian dan pemahaman, di samping bahwa problem metafisika yang sesungguhnya dapat diterapkan dan dibuktikan eksistensinya, sehingga ilmu eksakta dapat dijadikan sebagai media pendukung dalam lingkungan metafisika dan ilmu pengetahuan.

Dengan latar belakangnya sebagai ilmuwan Fisika-Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni ilmu tasawuf dan tarekat, selain menggunakan dasar Al-Qur’an, al-Hadist dan ijma’ ulama’, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga berdakwah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dinilai sesuai dengan perkembangan umat dan zaman di abad teknologi dan informasi. Inilah yang membedakan pola penyampaian dakwah antara Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dengan ulama-ulama lainnya. 

Menurutnya, teknologi jangan selalu diartikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin atau komputer. Secara sederhana teknologi adalah serangkaian metode yang mencakup pengertian yang lebih luas. Misalnya dalam mencangkul, diperlukan suatu metode atau cara. Tanpa menguasai bagaimana metode mencangkul, maka tidak dapat diperoleh hasil cangkulan yang baik, bahkan bisa membuat orang terluka. Dalam hal contoh sederhana yang lain, memasak misalnya, meskipun telah tersedia alat dan bahan yang diperlukan untuk memasak suatu masakan, tapi jika tidak mengetahui metode atau cara dalam memasak, maka masakan yang dimaksud tentu tidak akan jadi.

Contoh yang lain, tentang air. Apabila diterapkan teknologi elektrolisa, air akan mengeluarkan tenaga dahsyat, air akan terurai menjadi oksigen dan atom hidrogen, yang jika disatukan kembali dan disulut dengan menggunakan api, maka akan meledak dan menyemburkan api yang dapat melebur besi. Jika air dialirkan melalui turbin yang dirangkai dengan dinamo, akan mengeluarkan energi listrik yang mencapai kekuatan hingga 170.000 KVA.

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan kalimah Allah (zikir) juga tidak akan mampu mengeluarkan tenaga dahsyat, selama tidak dikuasai metodologinya, yang mana teknologi itu disebut oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dengan istilah “Teknologi Metafisika Al-Qur’an”. Dengan teknologi ini, kalimah Allah dan ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat mengeluarkan energi-energi metafisis ke-Tuhan-an yang maha dahsyat.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Unsur Tak Terhingga (Infinity)

Tuhan menurunkan energi tak terhingga (infinity) dalam bentuk firman-Nya. Kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allâh, atau ayat-ayat khusus Al-Qur’an, dapat menghancurkan segala sesuatu yang negatif antara surga dan bumi. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mendapatkan akses ke faktor Tak Terhingga ini, yang hanya mungkin dilakukan dengan cara berhubungan (secara kerohanian) dengan Nabi.

Sama seperti energi listrik harus dibawa oleh kabel dari sumbernya ke lampu, energi ilahi yang tak terhingga ini hanya bisa didapatkan dengan menghubungkan (rohani) melalui Nabi dan rantai orang-orang suci, yaitu para ulama pewaris ilmu Nabi. Energi tak terbatas kalîmah Allâh ini dijelaskan Syaikh  Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dalam rumus tak terhingga pada konsep matematika:

1 / ~ = 0

[angka berapa pun] / ~ = 0

[iblis, setan, hantu, kanker, narkotika, atom, nuklir, apapun yang fisik maupun metafisika] / ~ = 0

unsur tak terhingga (~) di sini menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah kalimah Allah atau ayat-ayat Al-Qur’an

Unsur tak terhingga (~) dalam konsep matematika ini yang dipergunakan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya untuk mendefinisikan kebenaran hakiki tentang Tuhan dan tasawuf (tarekat). Unsur tak terhingga (~) ini mencerminkan keunikan Tuhan, di mana Tuhan duduk di takhta-Nya (Arsy), yang berada pada jarak tak terbatas/ tak terhingga dengan kita.

Karena jarak sama dengan kecepatan dikalikan dengan waktu

s = v x t

di mana

s = spazium = distance = jarak

v = velocitas = speed = kecepatan

t = tempo = time = waktu

maka komunikasi dengan Tuhan membutuhkan kecepatan yang tak terhingga (~), atau akan mengambil waktu yang tak terhingga (~)

s = ~, dan oleh karena itu v atau t harus = ~

Para nabi, yang secara teratur berkomunikasi dengan Tuhan, dapat melakukannya karena rohani mereka (diri spiritual mereka) memiliki “radiasi frekuensi” yang tak terhingga untuk mencapai Tuhan. Menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, ini adalah “cahaya di atas cahaya” yang disebutkan dalam Al-Qur’an 24:35.

Ini adalah cahaya dengan frekuensi dan energi tak terhingga, yang muncul dari Tuhan dan tersambung dengan diri rohani Rasulullah, yang kemudian diteruskan kepada para ulama pewaris ilmu Rasulullah (silsilah keguruan mursyid-mursyid tarekat) Inilah yang dikatakan sebagai “Tali Tuhan” (habl min Allâh), yang melaluinya individu dapat terhubung dengan unsur tak terhingga tersebut.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendefinisikan metafisika eksakta sebagai kajian yang membahas masalah-masalah metafisika, yaitu yang bersifat abstrak, transenden dan gaib melalui pendekatan pada ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll).

Syaikh Kadirun menjelaskan sintesis sains, teknologi, dan tasawuf modern, dengan menggunakan rumus eksakta fisika dan matematika sebagai metafora untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan, dan sebagai wujud atau simbol bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan secara ilmiah. Beliau menjelaskan tentang teknologi metafisika berupa penyaluran kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allah, yaitu zikir dengan metode tarekat, memusatkannya, dan mengarahkannya untuk berbagai tujuan di dunia ini.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Tarekat sebagai Metodologi

Ditegaskan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, bahwa kebenaran agama jangan hanya dipertahankan dengan hujjah akal, tetapi harus mampu dibuktikan kebenarannnya secara ‘real’, yang itu bisa didapatkan melalui metode tarekat. Dan metode tarekat itu sendiri harus bisa dibuktikan kebenarannya melalui sains matematika, fisika, dan kimia yang terukur. Ia berpandangan, bahwa menunjukkan ‘kekeramatan‘ (karamah) diperlukan untuk membuktikan kebenaran (Islam atau amalan tarekat) dan menangkis pendapat bahwa agama adalah khayalan.

Pada dasarnya ilmu tarekat di dalam al Qur’an merupakan metode pelaksanaan teknis dari suatu amalan yang sangat tinggi, yaitu zikir. Di sinilah yang dimaksudkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, bahwa tarekat merupakan sebuah metodologi di dalam ilmu tasawuf, yaitu melalui pengamalan zikir, pengamalan kalimah Allah.

Menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, kekuatan potensi kalimah Allah adalah maha dahsyat, sehingga mampu mempertahankan eksistensi dunia dari kehancuran total oleh tenaga apa pun. Maka ilmu tersebut perlu diriset, di mana letak ilmiahnya, the how to do-nya, dari amalan-amalan tarekat yang kelihatannya mubazir dan seolah-olah hanya membuang waktu. Namun sebenarnya semuanya itu akan terbukti, kalau dilaksanakan dengan metode zikir yang tepat, akan memperoleh manfaat yang besar dari kekuatan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an dan Hadist, Tuhan telah menunjukkan banyak contoh mengenai energi tak terhingga tersebut, seperti pada kejadian banjir Nabi Nuh, bencana yang dialami kaum Nabi Luth, mu’jizat Nabi Sulaiman, Nabi Daud melawan Goliath, Nabi Isa menghidupkan orang mati, kerikil batu sijjil untuk memusnahkan tentara Abrahah, Nabi Ibrahim melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara Indonesia. Saat Islam mulai mendarat di tanah Jawa, dengan para ulama yang dikenal dengan sebutan “Wali Songo” mulai mendakwahkan Islam. Semula rakyat merasa keberatan, bahkan menolaknya, dengan alasan mereka telah mempunyai agama kebatinan Jawa.

Di sinilah kemudian diterjunkan ke garda depan kekuatan-kekuatan metafisika berupa tasawuf dan ilmu sufinya, dengan berbagai fenomena keajaiban dan karamahnya. Barulah kebatinan di tanah Jawa tersebut dapat menerima Islam. Kemudian dilanjutkanlah dakwah Islam itu dengan pengajaran ilmu fiqh sebagai pengatur dalam tatakrama kehidupan umat Islam.

Demikian pula tidak sedikit kisah-kisah karamah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam mempraktekkan teknologi metafisika ini, seperti memadamkan letusan gunung Galunggung di Jawa Barat atas permintaan Pemda Tk I Jawa Barat dengan menggunakan helikopter dan melempar batu serta menyiramkan air zikir kalimah Allah, memberantas pemberontakan gerombolan komunis di Hutan Pahang Malaysia atas permintaan perwira angkatan bersenjata Malaysia dengan menggunakan helikopter dan melemparkan batu-batu bermuatan zikir kalimah Allah.

Dengan metode tarekatullah menyembuhkan berbagai penyakit berat dan penyakit ganjil, penyembuhan kecanduan narkoba, mengusir gangguan jin, dll. Semua itu merupakan praktek menyalurkan energi tak terhingga kalimah Allah, melalui berbagai media seperti batu, air, dan tongkat, yang telah didoakan dan diberi muatan zikir kalimah Allah.

Kisah-kisah menarik tentang sosok pribadi dan perjalanan spiritual Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, peran aktifnya dalam dunia pendidikan, dunia sosial kemasyarakatan, dunia militer dan ketatanegaraan, serta cerita-cerita karamahnya dengan berbagai penjelasan ilmiah mengenai teknologi Al-Qur’an ini, membuat tarekat yang dipimpinnya mendapatkan banyak pengikut.

Murid-murid Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berasal dari beragam kalangan, mulai masyarakat kelas bawah, menengah, sampai kelas atas, dari usahawan, profesional, artis, seniman, akademisi (guru, mahasiswa, dosen, doktor, sampai profesor), kalangan militer (polisi dan tentara, dari pangkat rendah sampai perwira tinggi), kalangan pejabat (dari kepala daerah, menteri, sampai keluarga Diraja Malaysia), baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Namun selain mendapatkan banyak pengikut, ada pula sebagian kalangan yang menolak pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya maupun tarekat yang dibawanya. Pemikirannya tentang teknologi metafisika Al-Qur’an untuk menjelaskan tarekat, cerita-cerita karamahnya, perjalanan hidupnya, dan praktek-praktek teknis tarekat yang dilakukan jamaah tarekatnya, dianggap kontroversial oleh para penentangnya, bahkan terjadi intimidasi terhadap jamaah tarekat ini di beberapa daerah. Penolakan-penolakan dan intimidasi ini pun disanggah dengan cara damai oleh para pengikut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melalui berbagai tulisan ilmiah dan forum-forum ilmiah.

Walaupun terdapat kontroversi di sebagian kalangan, namun karya-karya ilmiah pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat.  

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Tulisan tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Berbagai tulisan ilmiah berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah, jurnal ilmiah, dan buku, yang mengambil tema tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, maupun cuplikan pemikirannya, oleh periset, akademisi, dan penulis dari Indonesia maupun luar negeri, antara lain:

  1. Nur, Prof. K. H. Djamaan (2002). “Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya.” Medan: USU Press..
  2. Ridjal, Syamsur (2013). “Tarekat Naqsyabandiyah Syeikh Kadirun Yahya dan Pengalamannya di Kota Jambi”. Innovatio : Journal for Religious Innovations Studies. Jambi: Program Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
  3. Mutmainnah, Anisah (2018). “Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syeikh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara”. Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan
  4. Wahid, Yenny Zannuba (2009). Dja’far, Alamsyah M., ed. Agama dan pergeseran representasi: konflik dan rekonsiliasi di Indonesia. Jakarta, Indonesia: Wahid Institute.
  5. Bruinessen, Martin van. (1994). Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis (edisi ke-Rev. ed). Bandung, Indonesia: Penerbit Mizan.
  6. Mohamad al-Merbawi, Abdul Manam Bin; Abdullah, Mohd Syukri Yeoh; Abdullah, Osman Chuah; Wan Abdullah, Wan Nasyrudin Bin; Ahmad, Salmah (2012). “Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah in Malaysia: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif”. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
  7. Fakhriati (2013). “Prof. Dr. H. Kadirun Yahya: Perjalanan Menuju Saidi Syeikh dalam Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah”. Jurnal Lektur Keagamaan. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta.
  8. Bruinessen, Martin Van (2007). “After The Days of Abu Qubays: Indonesian Transformations of The Naqshabandiyya-Khalidiyya”. Journal of the History of Sufism. Paris, France: Simurg Press.
  9. Erawadi, Erawadi (2014). “Pusat-Pusat Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Tapanuli Bagian Selatan”. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
  10. Lubis, Sakban (2018). “Tharekat Naqsabandiyah Kholidiyah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, MA di Universitas Pembangunan Panca Budi Medan”. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. Medan: Fakultas Agama Islam Universitas Dharmawangsa.
  11. Nurul Amin Hudin, LC (2016) “Titik Temu Ilmu Eksakta dan Tasawuf Pemikiran Syekh Kadirun Yahya.” Masters thesis, Program Studi Agama dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  12. Yudhasatria, Ebma (2014). “Pemikiran Kadirun Yahya Tentang Tasawuf 1950-2001.” Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
  13. May, Asmal (2017). “Menyingkap Energi Zikir Dalam Konsep Tasawuf Syekh Kadirun Yahya”. Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman. Pekanbaru, Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
  14. Husin, Hamidun Mohamad; Jailani, Moh. Rushdan Mohd., Prof. DR. (2013). “Kelangsungan Amalan Takziyat Al-Nafs: Instrospeksi Pengalaman Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya di Malaysia.” Proceedings from conference on “Seminar Kebangsaan Pengajian Akidah dan Agama Kali ke-3 (2013), run by Program Pengajian Akidah dan Agama dengan kerjasama Fakulti Kepimpinan dan Pengurusan, Universiti Sains Islam Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia, 28 September 2013.
  15. Abdullah, Luqman (2018). “Kontribusi Tarekat Naqsyabandiyah Terhadap Pendidikan Agama Islam Dan Perubahan Perilaku Sosial Jamaah (Studi Kasus Jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Di Dukuh Tompe, Kabupaten Boyolali)”. Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam.
  16. Triyanta, Agus (2003). “Tarekat Naqsyabandiyah dan Konservasi Alam (Etika Lingkungan Lingkungan Hidup dalam Wawasan Keagamaan)”. Fenomena, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
  17. Sutatminingsih, Raras (2016). “The Relationship Between The Practice Of Suluk With Psychological Well Being Among The Saliks At Tarekat Naqsyabandiyah And Non-Saliks“. Atlantis Press.
  18. Izzati, Nurul (2019). “Kontroversi Tasawuf Nusantara: Kadirun Yahya dan perdebatan tentang otentisitas ajaran tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah”. Masters thesis, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
  19. Hakim, U.N. Lukman (2011). “Aktualisasi Metafisika dalam Kehidupan Manusia di Abad 21”. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Medan: Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.
  20. Simamora, Nur Aisah (2016). “Integrasi Keilmuan Pada Perguruan Tinggi Islam Di Kota Medan.” Dissertation thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.
  21. Bahri, Media Zainul (2018). “Expressing Political and Religious Identity: Religion-Science Relations in Indonesian Muslim Thinkers 1970-2014″. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies (dalam bahasa Inggris). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
  22. Syarifuddin; Prof. Dr. Muzakkir, MA; Nur, Dr.Anwarsyah (2017). “Metaphysical thought Muhammad Iqbal and Correlation in the Reconstruction of the characters on Education Institutions (Case Study on Education Foundation of Prof. Dr. H. Kadirun Yahya)“. International Journal for Innovative Research in Multidisciplinary Field. Gujarat, India: Research Culture Society.
  23. Abdullah, Luqman (2018). “Model Tarekat Naqsyabandiyah dan Pengaruhnya Terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Nurul Amin di Kabupaten Boyolali)”. Masters thesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  24. Husin, Hamidun Mohamad (2014), “Kepribadian Prof. Kadirun Yahya dan Pengaruhnya terhadap Suasana Pengamalan Tarekat di bawah Bimbingannya di Malaysia.” Diarsipkan 2020-06-04 di Wayback Machine. Proceedings from the international conference on “International Research Management and Innovation Conference 2014 (IRMIC2014), run by Research Development Centre & Islamic Academy, Selangor International Islamic University College. Kuala Lumpur, Malaysia, 17 to 18 November 2014.
  25. Husin, Hamidun Mohamad (2017), “The Doctrine and Practice of Naqshabandiyyah Khalidiyyah of The Prof. DR. H. Kadirun Yahya.” Proceedings from the international conference on “3rd International Conference o Islamiyyat Studies 2017 (IRSYAD2017)”, run by Faculty of Islamic Civilization Studies, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor. Kuala Lumpur, Malaysia, 1 to 1 Agustus 2017.
  26. Aziz, Ahmad Amir (2013). “Kebangkitan Tarekat Kota”. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
  27. Ahmadi, Ghufron (2010). “Sumber Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya (Studi Kasus di Surau Saiful Amin Yogyakarta)”. Skripsi thesis, Jurusan Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  28. Faiz, Muhammad (2016). “Khazanah Tasawuf Nusantara: Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah di Malaysia”. ‘Anil Islam: Jurnal Kebudayaan dan Ilmu Keislaman. Sumenep, Madura: Institut Ilmu Keislaman Annuqayah.
  29. Howell, Julia Day (2001-08). “Sufism and the Indonesian Islamic Revival”. The Journal of Asian Studies. Association for Asian Studies, Hong Kong.
  30. Ryan, Natasha (2003). “Tauhid and Tasawwuf: Indonesian Sufism in search of unity“. Bachelor of Arts Honours thesis, Faculty of Community Services, Education and Social Sciences, Edith Cowan University, Australia.
  31. Howell, Julia Day, Professor (2002), “Seeking Sufism in the Global City: Indonesia’s Cosmopolitan Muslims and Depth Spirituality.” Proceedings from the international conference on “Islam in Southeast Asia and China: Regional Faithlines and Faultlines in the Global Ummah ” run by the City University of Hong Kong’s Southeast Asia Research Centre, Faculty of Humanities and Social Sciences. Hong Kong, 28 November to 1 December 2002.

Sumber: Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya