Kliwonan, Esensi Thariqah dalam Bersyariat

September 20, 2023
Kliwonan, Esensi Thariqah dalam Bersyariat

Syariat itu sejatinya bukan sekedar ucapan atau pengetahuan semata. Tapi syariat adalah ucapan yang perlu disampaikan. Adapun buah dari penyampaian itu mengakibatkan perilaku yang disebut thariqah. Contoh kaitan syariat dan thariqah dalam hal ini adalah ketika mempelajari fiqih pada bab wudlu. Apakah kita hanya belajar fiqih saja tanpa perlu mempelajari bagaimana dalamnya berwudlu.

Apakah kita sudah berwudlu dengan benar atau tidak. Kalau hanya mendengar dari penjelasan orang lain saja tanpa ada yang memberikan satu contoh bagaimana membasuh wajah, tangan, kaki, dan lain-lain, bagaimana kita mampu memahami wudlu dengan benar, karena wudlu bukan hanya sekedar membasuh saja, semua ada aturan dan batasannya.

Begitu pula ketika membasuh kedua tangan dan kaki, apakah kita meyakini bahwa kuku-kuku yang ada pada jari kita sudah bersih atau belum. Apakah kotorannya masih ada dalam kuku atau tidak. Supaya air dapat mengalir sampai pada apa yang akan kita wudlui, bagaimana cara membasuh telinga dengan benar, padahal telinga ada lika-likunya yang tidak seperti membasuh ubun-ubun.

Hal inilah yang sebetulnya tidak hanya disampaikan, tapi juga membentuk perbuatan yang seharusnya seseorang dapat memahaminya dengan baik pada bab wudlu tersebut. Barangkali ini terlihat sepele, karena banyak orangn yang mengetahui rukun wudlu, namun sayangnya ketika mempraktikkan masih banyak yang keliru.

Permasalahan dalam fiqhiyah pun tidak hanya tentang bab wudlu, tapi ada pula pembahasan haidh, nifas dan apa-apa yang wajib kita ketahui. Sehingga pengetahuan tentang fiqhiyah tidak hanya berupa pemahaman, tetapi juga dapat membentuk satu perilaku yang luar biasa. Inilah esensi thariqah pada syariat. Sehingga kalau sudah hal ini sudah terbentuk, maka dalam thariqah akan menemui perjalanan yang bermacam-macam lagi.

Pada thariqah dan tasawuf, seorang hamba perlu menitikberatkan pada taubat. Hal ini didasari karena pada taubat, ada hal yang dapat mencegah kita dari perbuatan negatif dan menghancurkan ananiyah yang ada pada diri kita masing-masing. Orang yang merasa taubat, ia akan terbiasa mengaku salah. Kalau orang mengaku salah, maka ia tidak akan berani mengaku sombong. Perilaku-perilaku tersebut dihancurkan dengan kalimat taubat. Itulah pentingnya taubat. Bukan sekedar mentaubati amal perbuatan kita yang buruk dan jelek. Sebab wasilah taubat, kita bisa dibimbing untuk berperilaku mutawadli’an , lemah lembut dan mengakui bahwa semuanya fana’, sehingga tidak ada ungkapan ‘siapa saya?’, karena selalu merasa bawah kita tidak bisa terlepas dari banyaknya dosa.