Kiai Aqil Siradj Ingatkan Pesan Nabi Bangun Akhlakul Karimah Manusia

September 18, 2023
Kiai Aqil Siradj Ingatkan Pesan Nabi Bangun Akhlakul Karimah Manusia

Yogyakarta, JATMAN Online – Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj mengingatkan pesan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam membawa misi di dunia untuk membangun akhlakul karimah manusia, dan menjadi pondasi perilaku manusia. 

“Sebelum Nabi bicara akidah dan keimanan. inilah urutan nomor satu yang harus diperjuangkan.  Serta menjadi simbol dan martabat suatu bangsa akan tergantung akhlak bukan agamanya,” kata kiai Aqil Siradj.

Hal tersebut di sampaikan dalam acara Mujahadah Dzikrul Ghofilin Pondok Pesantren Ora Aji, Yogyakarta yang diadakan setiap Minggu Pahing diasuh oleh KH. Miftah Habiburrahman. Pada acara pahingan kali ini, juga memperingati hari santri, pada Sabtu (22/10/2022) Malam.

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini dalam ceramahnya mengatakan, manusia dalam bahasa  arabnya disebut insan, kata kerjanya anas dan adjektifnya anis. feminimnya anisa. 

“Keduanya memiliki makna harmonis saling kangen dan saling melengkapi. Beliau juga menegaskan bahwa manusia dilahirkan dimuka bumi membawa “insaniyah” sebelum amanah dan jabatan lainya diraih,” terangnya.

Dari sifat insaniyah tersebut, lanjutnya, kalau dalam dua bulan manusia tidak harmonis, berarti lagi istirahat menjadi insan. dan kalau lebih dari tiga hari dapat dikatakan bukan insan. Karena keluar dari hidup yang saling melengkapi.

Kiak Aqil Siradj menyampaikan bahwa Nabi Musa menjadi orang pilihan Allah subhanahu wa ta’ala, tidak hanya dilihat dari keturunan semata, namun dididik dengan sangat luar biasa, spiritual ruhani yang kuat dari wanita yang ikhlas, yaitu Siti Asiyah.

“Sebagaimana adanya pesantren juga untuk membimbing generasi bangsa agar berakhlakul karimah. Para santri yang dipondok pesantren agar memiliki mental yang kuat, tidak mudah tergoda,” jelasnya.

Menurutnya, manusia hidup didunia tidak hanya dibutuhkan pandai semata, namun juga tahu ilmunya, memiliki tarbiyah ruhaniyah. Agar hidupnya bisa berdampingan dan hubungan dengan Tuhan dan ciptaan-Nya secara baik dan harmonis.

“Sebagaimana nasehat para Kiai agar masyarakat saling akur dan para santri memiliki  jiwa nasionalis. Para Kiai mengingatkan akan tanggungjawab pada  alghazwul tsaqafa (perang budaya) dan perang sosial yang sedang gencar saat ini, ucapnya.

Ketua Umum PBNU masa khidmat 2010-2021 ini menjelaskan, Tradisi NU harus di pertahankan, agar tercipta kekuatan sosial yang baik. Masyarakat hidup damai dan tentram, tidak terjadi permusuhan dan peperangan.

“Kalau terjadi perang budaya, munculnya konflik budaya antara kelompok sosial dan perebutan dominasi nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik, serta timbul ketidaksepakatan masyarakat umum dan muncul polarisasi dalam nilai-nilai masyarakat yang terlihat,” ujarnya.

“Kondisi kapital sosial masyarakat, yang sudah terbangun dengan sistem tatanan taat sama kiai, dan kapital budaya yang secara pribadi maupun kelompok akan menghasilkan suatu energi sosial dalam kehidupan masyarakat. Kapital budaya harus dipelihara sebagi ciri khas, bangsa Indonesia,” tambahnya.

Peringatan Maulid Nabi, menurut Kiai Aqil Siradj, menjadi momen manusia untuk banyak bersyukur. Sebagaimana pembacaan maulid Nabi baik burdah, barzanji, dan simtudduror dapat dijadikan syukuran kenaikan pangkat maupun rumah yang baru jadi.

“Kelahiran Nabi Muhammad menjadi kelahiran yang ditunggu masyarakat Mekkah saat itu, sampai pamanya beliau Abu lahab, karena sangat bahagia atas kelahiran putra dari dewi Aminah ia memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah. Tsuwaibah dibebaskan dari status budak, karena syukuran kelahiran Nabi. yang dilakukan oleh Abu Lahab,” ujarnya.

Kelahiran Nabi Muhammad dalam sejarah keturunannya  semuanya terjaga dari perilaku zina, sejak nasab Pertama Nabi Adam sampai pada orang tuanya Nabi Mubammaad, Abdullah bin Abdul Mutholib. Begitu juga dari jalur ibu Dewi Aminah.

“Hari Santri yang kita peringati, sebagai momen mengingatkan kita akan perjuangan para ulama dalam mengusir penjajah. Munculya Fatwa Resolusi jihad yang mewajibkan para ulama-santri membela dan mempertahankan tanah air,” pungkasnya.

Sementara itu, Gus Miftah berpesan kepada jama’ah untuk sering silaturahmi kepada para kiai. Jangan sampai selama Empat Puluh hari belum ketemu kiai dan pertemuan dengan kiai di pengajian menjadi salah satu medianya dan arti pentingnya dalam mengaji.

Pewarta : H. Lukman Nur Hakim (LTN NU Kabupaten Brebes)

Editor : Arip Suprasetio